14 April 2012

Senja di Gerbang Terminal

Detik arloji di pergelangan tangan tak mau berhenti, seakan tahu apa yang aku rasakan saat ini yaitu berpacu dengan waktu untuk bertemu pengisi hari nan indah di esok pagi. senja itu, aku berangkat berbekal semangkuk harapan dengan penuh keyakinan, yaitu semoga ini keputusan yang benar. Panasnya udara di terminal kumuh itu sudah tidak terasa lagi seiring dengan melajunya elep yang aku tumpangi. diujung perempatan dengan lampu merah yang setiap beberapa detik menyala sang sopir mengambil arah kekiri, ya..itulah jalur menuju subang. subang oh subang...kau punya cerita tersendiri bagiku, kini aku berjumpa lagi denganmu.
apa kabar subang?
semoga kau masih seperti yang dulu.

subang kota terpencil dipinggiran jawa barat, yah disana aku datang kembali untuk sebuah tujuan yang pasti. tapi senja ini kita harus berpisah, sedih rasanya untuk meninggalkanmu. namun aku telah menanam benih janji, bulan juni nanti aku akan kembali lagi bersamamu. meninggalkan subang rasa berton-ton beban dihati, namun kesedihan itu terhapus dengan perlahan ketika ku lemparkan pandanganku disepanjang jalan menuju lembang. jalanan berkelok membuat perut serasa di sentrifuge 3000rpm. tak apalah, semua tak sebanding dengan keindahan yang subang sajikan dipenghujung pertemuan ini.

aspal hitam kini mulai berlubang dimakan masa, perumahan penduduk berjejer rapi ditepi pematang sawah nan damai, alam memang tidak pernah dusta akan keindahannya. semua menyatu, satu hati, satu harapan, dan satu tujuan untuk menjadi yang lebih baik lagi. tiada terasa, senja yang kunikmati perlahan meninggalkan diriku yang duduk tepesona dipinggir jendela. tetes air membasahi wajah yang penuh rasa syukur ini, itu lah kabut. kabut mulai turun diketinggian 2000dpl. kabut dengan lembut menyelimuti kebun teh yang tumbuh subur di sepanjang sisi jalan. udara segar merasuk kedalam rongga paru-paru yang haus akan nuansa udara yang berasal dari alam. kuhirup dengan sangat dalam, sedalam cintaku yang tetanam di subang.

damai hati ini semakin dalam dengan kicauan burung yang menyapaku meskipun kami tak saling mengenal. deru mesin elep juga semakin membuatku hanyut dalam dekapan. puncak bukit berbaris, elep menjerit seakan mengingatkan kami bahwa 30 menit lagi harapan di ujung jalan akan kami jumpai. aku tersentak, memandang sekeliling ternyata sudah bukan hamparan teh nan hijau dan jalanan yang menanjak lagi yang kulihat, namu sebuah hutan yang mengingatkanku pada praktikum biologi beberapa tahun yang lalu yaitu hutan pinus. kembali lagi dalam fikiranku, bahwa keindahan alam tidak pernah dusta, yah,, itu lah kalimat yang selalu ternging ditelingaku.

pepohonan menjulang tinggi menantang langit, seakan menyatakan bahwa inilah hidupku, inilah bumiku, inilah keramahan alam yang aku miliki. jika selama dikebun teh elep meraung dan menjerit karena gasnya terinjak, maka sekarang elep mengeluarkan suara nyaris mendecit karena tetangganya gas yaitu rem mulai disentuh oleh kaki-kaki kasar pencari sumber kehidupan. elep yang kutumpangi terus menyusuri jalan lurus yang kadang  sedikit menikung. sampai akhirnya terlihat atap-atap rumah penduduk yaitu warga Lembang, keramaiannya memberikan keramahan tersendiri bagiku. bisingnya kandaraan kota tak bisa mengalahkan keindahan yang kunikmati selama di atas bukit. namun, kembali aku disadarkan bahwa sudah saatnya elep untukberistirahat diteminal dan penumpang diwajibkan untuk turun. ya itu lah teminal ledeng.

senja itu, didepan pintu gerbang terminal Ledeng terlihat seorang pemuda sengan tas ransel ukuran kecil dipundaknya. dari raut wajahnya dapat ditebak bahwa ada seseorang yang sedang dinantinya. aura cemas menyelimuti disetiap sudut wajahnya yang tegas. seteguk air mineral mebasahi kerongkongannya, namun spertinya itu tidak bisa menghapus rasa cemas dalam hatinya. aku coba untuk menhampiri pemuda itu, dengan sedikit berjingkat, kutepuk pundaknya dari belakang. dia tersentak dan menoleh disertai dengan senyum manisnya yang mengembang. sangat jelas diraut mukanya rasa bahagia, matanya berbinar seraya mengambil tas ranselku yang lumayan berat. dan dengan cekatan tas itu berpindah kepunggungnya bersamaan dengan lirikan sendu darinya yang menyatakan bahwa aku sangat bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu