2 April 2012

analisa proksimat pellet ikan


ANALISA PROKSIMAT BERBAGAI PELET IKAN

Ita Apriani
C14090019
budidaya perairan, Institut Pertanian Bogor
 
1.1         Latar Belakang
Pengembangan usaha budidaya adalah sarana dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat, baik dari kesehatan, pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan sebagainya. Produksi perikanan budidaya harus ditingkatkan untuk pencapaian gizi masyarakat luas dalam memenuhi kebutuhan akan protein. Peningkatan kebutuhan masyarakat akan ikan, akan meningkatkan produksi peikanan dan mempengaruhi faktor produksi lainnya, terutama pakan ikan. Komposisi pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan ikan agar menghasilkan ikan yang berkualitas. Pakan ikan yang diberikan tergantung dari bahan baku yang dibuat. Ketersediaan bahan baku harus berlimpah, baik secara kualitas dan kuantitas.

Pemeliharaan ikan dalam budidaya secara intensif, selain didukung oleh teknologi juga harus memperhatikan pakan yang diberikan. Pakan yang diberikan harus dijaga kuantitas dan kualitasnya. Komposisi dalam setiap pakan hendaknya mengandung komponen penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Kadar protein, karbohidrat, lemak, abu, serat, air, vitamin, dan mineral merupakan syarat mutlak yang harus ada dalam setiap pakan, baik pada pakan protein rendah, sedang, dan tinggi. Pakan buatan yang berkualitas baik harus memenuhi beberapa  kriteria, yaitu kandungan gizi pakan terutama protein harus sesuai dengan kebutuhan ikan, kandungan nutrisi pakan mudah diserap tubuh, kandungan abunya rendah dan tingkat efektivitas tinggi. Perlu diperhatikan juga bentuk dan sifat pakan yang disesuaikan dengan kebiasaan makan ikan. Setiap ikan berbeda kebutuhan pakannya berdasarkan ukuran, jenis, variabel lingkungan, dan stadia hidup ikan. Apabila kebutuhan nutrisi yang diberikan kurang, maka akan mengganggu pertumbuhan dan waktu panen akan lama. Hal tersebut mengakibatkan tidak efisiesinya waktu dan biaya produksi semakin besar.

1.2         Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrisi dan mengetahui proses analisis proksimat berbagai macam jenis pakan ikan.


I.       TINJAUAN PUSTAKA

Protein adalah senyawa organik yang terbentuk dari serangkaian asam amino yang berikatan sesamanya melalui ikatan peptia dan ikatan silang antara ikatan sulfhidril, ikatan hidrogen, dan ikatan ven der wall. Dengan kata lain, protein merupakan suatu polimer heterogen yang terdiri atas ratusan, bahkan ribuan, molekul senyawa asam amino, yaitu komponen terkecil yang menyusun protein. Protein selalu mengandung unsur karbon (50-55%), hidrogen (5-7%), oksigen (20-25%), dan nitrogen (15-18%). Beberapa protein tertentu mengandung unsur fosfor, belerang, dan besi. Protein merupakan material organik utama dalam jaringan dan organ tubuh ikan. Persentase protein di dalam tubuh ikan berada pada posisi kedua setelah air, yakni berkisar antara 18-30%. Protein bersama komponen nitrogen lainnya juga membentuk senyawa-senyawa tertentu, seperti asam nukleat, enzim, hormon, vitamin, dan lain-lain (Afrianto dan evi, 2005).
Pakan sangat berperan dalam budidaya Mendapatkan hasil optimal dalam budidaya diperlukan pakan yang berkualitas. Namun bahan baku pakan yang berkualitas biasanya  mahal, selain kontinuitas keberadaan bahan pakan yang baik tidak selalu terjamin. Ikan membutuhkan pakan yang cukup, lengkap, dan seimbang kandungan nutriennya seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral untuk pertumbuhan, reproduksi serta untuk mempertahankan fungsi fisiologis yang normal (Lovell, 1989 dalam Nuraeni, 2004). Ketersediaan pakan untuk ikan tidak hanya tersedia di alam namun dapat diproduksi dengan kandungan nutrient yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan ikan.
Pakan ikan yang baik bagi ikan adalah pakan yang mengandung nutrisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan ikan. Nutrisi yang harus ada dalam pakan ikan adalah protein, lemak, abu, air, serat kasar, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Kebutuhan nutrisi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan ikan agar pertumbuhan optimal
Protein merupakan elemen penting pada organ dan otot dari tubuh hewan, berperan dalam membentuk jaringan baru untuk pertumbuhan, pengganti jaringan yang rusak, pembentukkan enzim dan hormon serta pengatur berbagai metabolisme dalam tubuh (Furuichi, 1988 dalam Merantica, 2007). Kebutuhan protein pada pakan untuk spesies ikan memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda tergantung jenis spesies. Kandungan protein pakan optimal untuk ikan dipengaruhi oleh keseimbangan protein dan energi, komposisi asam amino, kecernaan protein dan sumber energi pakan. Pemanfaatan protein secara terus-menerus sangat diperlukan, apabila terjadi kelebihan maka akan digunakan ikan untuk menyusun jaringan baru dan sisanya diubah menjadi energi.
Karbohidrat dalam pakan ikan terdapat dalam bentuk serat kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN), namun serat kasar mempunyai nilai nutrisi yang sanagat rendah (Zonneveld et.al, 1991 dalam Hasibuan, 2007). Ikan memanfaatkan karbohidrat pakan hingga 45% untuk pertumbuhannya (Shimeno et.al 1997 dalam Merantica 2007) dan serat kasar yang diperlukan ikan antara 10%-13% (Anonim 2001). Penambahan 3%-6% karbohidrat umumnya akan menambah serat kasar dimana serat kasar merupakan bahan yang tidak dapat dicerna oleh ikan (Merantica 2007).
Lemak adalah pakan mempunyai peranan penting sebagai sumber energi. Bahkan dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, lemak dapat menghasilkan energi yang lebih besar. Kandungan lemak yang baik untuk makanan ikan rata-rata berkisar antara 4-8% (Hasting, 1976 dalam Nuraeni, 2004). Nilai gizi lemak dipengaruhi oleh kandungan asam lemaknya, khususnya asam lemak essensial. Asam lemak essensial terdiri dari asam lemak tak jenuh yang dikenal dengan istilah PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) yaitu asam oleat, linoleat, dan linolenat. Lemak juga diperlukan untuk memelihara bentuk dan fungsi fosfolipid, membantu absorpsi vitamin yang larut dalam lemak, dan mempertahankan daya apung (NRC, 1993 dalam Merantica, 2007)
            Kebutuhan kadar air di dalam pakan juga sangat penting, kadar air berfungsi menyatukan semua bahan yang ada dipakan dan membuat pakan bisa dibentuk. Kadar air dimanfaatkan dalam penentuan tempat penyimpanan bahan pakan dan sebagai faktor koreksi untuk membandingkan kualitas nutrient bahan dalam kondisi yang sama.
Kebutuhan nutrient yang terakhir adalah kadar abu, di dalam abu terdapat berbagai maacam bahan anorganik (mineral) yang bergabung menjadi satu. Mineral tidak dibutuhkan dalam jumlah yang banyak oleh ikan. Keberadaan mineral dalam pakan diperlukan untuk mempertahankan kondisi tubuh tetap normal dan juga diperlukan untuk pembentukan kerangka tulang (Sutajaya, 2006). Kadar abu merupakan kumpulan bahan organik atau mineral yaitu terdiri dari phosphor, Zn, magenesium, kalsium, kalium, dan bahan-bahan organik lainnya, dalam pakan dikarenakan selain kandungan lemak, protein dan karbohidrat dalam pakan mineral dan vitamin juga berperan dalam pembentukkan kerangka tulang dan mempertahankan kondisi tubuh. Semakin besar kadar abu dalam pakan maka kadar mineral dalam pakan tersebut juga semakin tinggi.


I.          HASIL

Berikut merupakan hasil pengamatan uji proksimat terhadap beberapa jenis sampel pakan buatan.
Tabel.1 Uji proksimat pada beberapa jenis pakan buatan
Bahan
Protein
(%)
Lemak
(%)
Abu
(%)
Serat Kasar
(%)
BETN
(%)
Energi
(Kkal/kg pakan)
Pakan A
30,98
2,0379
13,36
5,516
48,11
138727
Pakan B
20,07
5,7161
9,45
2,830
61,93
123620
Pakan C
18,81
5,4169
10,31
4,721
46,26
172194
Keterangan :     Pakan A : protein tinggi
                                                                                     Pakan B : protein sedang
                                                                                     Pakan C : protein rendah
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kadar protein pakan tertinggi terdapat pada pakan A dengan persentase 30,98% dan terendah pada pakan C dengan presentase 18.81%. Kadar lemak pakan tertinggi yaitu pakan B dengan persentase 5,7161% dan terendah terdapat pada pakan A dengan persentase 2,0379%. Kadar serat kasar tertinggi terdapat pada pakan A dengan persentase 5,516% dan terendah yaitu pakan B dengan persentase 2,830%. Kadar mineral (abu) tertinggi pada pakan terdapat pada pakan A dengan persentase 13,36% dan terendah terdapat pada pakan B dengan persentase 9,45%, sedangkan untuk BETN tertinggi terdapat pada pakan B dengan persentase 61,93% dan terendah terdapat pada pakan C dengan persentase rata-rata 46,26%. Untuk energi pakan tertinggi terdapat pada pakan C sebesar 172194 kkal/kg pakan, sedangkan energy pakan terendah pada pakan B sebesar 123620 kkal/kg pakan.


I.   PEMBAHASAN

Protein berperan penting untuk pertumbuhan, karena mengandung asam amino esensial dan non-esensial. Kandungan Protein mencapai 60-75%  dari bobot ikan, sehingga ikan membutuhkan protein untuk pertumbuhannya, yaitu melalui pasokan pakan yang mengandung protein (Watanabe, 1986) dalam Rostika, 1997). Umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 25%-50% dalam pakannya (Anonim1, 2008). Protein merupakan sumber energi utama pada ikan, jika kebutuhan protein tidak dicukupi dalam makanannya, maka akan terjadi penurunan drastis atau penghentian pertumbuhan atau kehilangan bobot tubuh karena ikan akan menarik kembali protein dari beberapa jaringan untuk mempertahankan fungsi dari jaringan yang lebih vital (NRC, 1983 dalam Anonim1, 2008). Proporsi protein dalam pakan tidak boleh berlebih. Jika berlebih, ikan akan mengggunakan energi yang lebih besar untuk melakukan proses deaminasi asam amino, sehingga energi untuk pertumbuhan akan berkurang.
Berdasarkan uji yang telah dilakukan, didapatkan kadar protein pakan tertinggi terdapat pada pakan A dengan persentase 30,98% dan terendah pada pakan C dengan presentase 18.81%.  Berdasarkan literatur yang didapatkan kadar protein optimum untuk ikan adalah 25-50 %, jika dibandingkan dengan hasil yang didapatkan kadar protein pakan A sesuai untuk pertumbuhan ikan. Namun baik tidaknya kandungan protein pakan tidak dilihat dari tingginya kadar protein, tetapi dari kelengkapan asam aminonya (Watanabe, 1988 dalam Rostika, 1997).
Lemak adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air, namun larut dalam pelarut organik sebagai sumber energi terpenting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan (Watanabe, 1988 dalam Rostika, 1997). Fungsi lemak antara lain sebagai sumber energi, berperan dalam pemeliharaan struktur dan membran sel, pelarut dalam proses penyerapan vitamin A, D, E, dan K, membantu proses metabolisme, menjaga keseimbangan daya apung ikan dalam air. Lemak mempengaruhi rasa dan mutu pakan. Beberapa sumber lemak antara lain minyak ikan, minyak jagung, minyak kelapa, dan minyak kelapa sawit.
Pakan yang baik umumnya mengandung 4 –18% lemak. Sedangkan menurut Suyanto (1994), kadar lemak yang optimal dalam menunjang pertumbuhan ikan adalah 2.57%. Kadar lemak harus optimum namun tidak berlebihan, jika terjadi kelebihan kadar lemak maka akan mengakibatkan pakan akan mudah mengalami oksidasi (mudah tengik), mengakibatkan penimbunan lemak pada usus ikan, hati ataupun ginjal sehingga ikan menjadi terlalu gemuk dan nafsu makan berkurang (Suyanto, 1994).
Berdasarkan uji yang telah dilakukan, didapatkan nila kadar lemak pakan tertinggi yaitu pakan B dengan persentase 5,7161% dan terendah terdapat pada pakan A dengan persentase 2,0379%.  Jika dibandingkan dengan literatur, maka pakan yang masuk kategori baik jika dilihat dari kadar lemaknya adalah pakan B. Pada pakan A kadar lemaknya terlalu rendah, hal ini dapat menyebabkan ikan kekurangan energi dan pada stadia larva pembentukan gelembung renang tidak sempurna karena kekurangan lemak (Suyanto, 1994).
Abu total didefinisikan sebagai residu yang dihasilkan pada proses pembakaran bahan organik, berupa senyawa anorganik dalam bentuk oksida, garam dan juga mineral. Abu total yang terkandung di dalam suatu produk dibatasi jumlahnya. Kandungan abu total yang tinggi dalam bahan merupakan indikator yang sangat kuat bahwa bahan tersebut potensi bahayanya sangat tinggi. Mineral merupakan unsur anorganik yang dibutuhkan oleh ikan dalam jumlah sedikit namun memiliki fungsi yang penting diantaranya komponen utama dalam struktur gigi dan tulang, sebagai struktur dari jaringan, menjaga keseimbangan asam basa, berperan dalam fungsi metabolisme, dan sebagai komponen utama dari enzim, vitamin, hormon, dan pigmen. Ikan sebagai organisme air mempunyai kemampuan untuk menyerap beberapa unsur anorganik ini tidak hanya dari makanannya saja tetapi juga dari lingkungannya. Kadar abu pada pakan mewakili kadar mineral pakan, kadar yang sesuai adalah 3-7 % (Winarno, 1997).
Setelah dilakukan uji kadar abu, didapatkan Kadar mineral (abu) tertinggi pada pakan terdapat pada pakan A dengan persentase 13,36% dan terendah terdapat pada pakan B dengan persentase 9,45%. Jika dibandingkan pada literatur, semua jenis pakan tidak sesuai dengan kebutuhan ikan karena memiliki kandungan mineral yang berlebih.
Serat kasar merupakan pengurangan sisa residu yang dikeringkan pada saat pembakaran setelah penguraian atau sampel dengan larutan H2SO4 1.25% dan NaOH 1.25 % pada kondisi tertentu (Watanabe, 1996). Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat yang tidak dapat dicerna dan bukan nutrisi penting bagi ikan laut. Serat kasar akan menimbulkan pengotoran dalam wadah kultur, akan tetapi tetap diperlukan untuk memudahkan pengeluaran feses. Jika terlalu banyak serat kasar (>10%) akan mengakibatkan daya cerna menurun, penyerapan menurun, meningkatnya sisa metabolisme, penurunan kualitas air kultur (Watanabe, 1996). Menurut Rukmana (1997), pada ikan nila kadar serat kasar yang optimal dalam menunjang pertumbuhan ikan adalah 4-8%.
Berdasarkan uji yang telah dilakukan, didapatkan kadar serat kasar tertinggi terdapat pada pakan A dengan persentase 5,516% dan terendah yaitu pakan B dengan persentase 2,830%. Jika dibandingkan dengan literatur, pakan A memiliki kadar serat kasar yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Sedangkan pakan B memilki kada serat kasar yang rendah sehingga akan mengakibatkan daya cerna menurun, penyerapan menurun (Watanabe, 1996).
Karbohidrat dalam pakan ikan terdapat dalam bentuk serat kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN). Ikan nila memanfaatkan karbohidrat pakan hingga 45% untuk pertumbuhannya (Shimeno et.al, 1997 dalam Merantica, 2007). Pada uji yang telah dilakukan, didapatkan kadar BETN tertinggi terdapat pada pakan B dengan persentase 61,93% dan terendah terdapat pada pakan C dengan persentase rata-rata 46,26%. Jika dibandingkan dengan literatur pakan B merupakan sumber karbohidrat bagi ikan karena nilai BETN > 45%.

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum analisis proksimat pada beberapa jenis sampel pakan buatan dapat dikatakan berhasil. Praktikan telah mengetahui langkah-langkah dalam uji proksimat pakan ikan. Berdasarkan uji proksimat yang telah dilakukan pakan yang komposisi nutrisinya cocok dan mendekati  kebutuhan nutrisi ikan yaitu pakan A (pakan protein tinggi) dengan kadar protein 30.98%, lemak 2.0379%, kadar abu 13.36%, serat kasar 5.516%, nilai BETN 48.11% dan energi yang dihasilkan 138727 kkal/kg pakan.


DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E dan Evi, L. 2005. Pakan Ikan. Yogyakarta: kanisius.
Anonim. 2007. Kebutuhan kadar air ikan nila. [terhubung berkala] http://www.petambakaceh.org/article pembenihan ikan nila.htm. [27 Maret 2010].
Anonim1. 2008. Formulasi Pakan Ikan Air Tawar. www.alexa.com/data/details.   [27 Maret 2011].
Hasibuan R.D. 2007. Penggunaan Meat and Bone Meal (MBM) Sebagai Bahan Subtitusi Tepung Ikan dalam Pakan Ikan Patin Pangasius sp. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Merantica, W. 2007. Pemanfaatan Meat and Bone Meal (MBM) Sebagai Penganti Tepung Ikan pada Pakan Ikan Nila. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Nuraeni, C. 2004. Pengaruh Lemak Patin sebagai Sumber Lemak dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) [skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Rostika, R. 1997, Performan Juwanan Ikan Mas yang Dipengaruhi Berbagai imbangan protein-energi pada pakan. [Tesis]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran. Jatinangor.
Rukmana. 1997. Ikan Nila. Yogyakarta : Konisius.
Sutajaya R. 2006. Pengaruh Perbedaan Kadar Protein Pakan Terhadap Kinerja Pertumbuhan Fingerlings Ikan Mas (Cyprinus carpio). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Suyanto SR. 1994. Budidaya Ikan Nila Cetakan ke-1. Jakarta : Penebar Swadaya.
Watanabe et al. 1996. Effect of polar and nonpolar lipids from krill on quality of eggs of red seabream pagrus major. Nippon Suisan Gakkaishi.
Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka.



 

1 komentar:

  1. Assalamualaikum,
    Salam kenal mba ita apa bole minta no tlp atau emailnya mba?karena saya ingin tanya ttg pakan ikan?

    BalasHapus

silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu