PERTUMBUHAN IKAN
Ita Apriani
C14090019
1.1
Latar
Belakang
Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan salah
satu jenis ikan air tawar yang populer dan diminati di kalangan masyarakat.
Untuk itu, budidaya merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar. Pakan merupakan salah satu faktor yang
menentukan kualitas dan pertumbuhan ikan yang dibudidaya. Pakan yang akan
diberikan harus sesuai dengan kebutuhan ikan. Tetapi disisi lain, upaya
pemberian pakan buatan juga dapat meningkatkan biaya produksi, karena urnumnya
sebanyak 60 % dari total biaya produksi berasal dari pakan. Tinggi rendahnya
harga pakan ditentukan oleh besar kecilnya protein yang terkandung dalam pakan.
Dengan demikian semakin tinggi kandungan protein dalam pakan maka harga pakan
juga ikut meningkat. Ikan nila (Oreochoromis
niloticus) pada saat ini banyak dibudidayakan. Ikan nila merupakan jenis ikan yang mudah
dipelihara di air tawar, relatif tahan terhadap perubahan lingkungan,
pertumbuhannya cepat, dan tahan terhadap
serangan penyakit. Daging ikan nila mempunyai kandungan protein 17,5%, lemak
4,1%, dan air 74,8% (Suyanto, 2002
dalam Faridah, 2008 ).
Pada dasarnya sumber
utama pakan bagi ikan budidaya berasal dari pakan alami dan pakan buatan.
Jumlah pakan alami dalam kolam atau
perairan sangat terbatas dan kurang memadai. Untuk itu, agar tercapai laju
pertumbuhan ikan yang optimal perlu diberikan pakan buatan sesuai dengan
kebutuhan ikan. Permasalahan yang sering menjadi kendala adalah penyediaan
pakan buatan ini memerlukan biaya yang relatif tinggi, bahkan dapat mencapai
60%-70% dari komponen biaya produksi. Salah satu alternatif yang dapat
dilakukan untuk menekan biaya produksi tersebut adalah membuat pakan buatan
sendiri melalui teknik sederhana. dengan memanfaatkan sumber-sumber bahan baku
lokal, termasuk pemanfaatan limbah hasil industri pertanian yang relatif murah
(Sahwan, 2002 dalam Faridah, 2008).
1.2
Tujuan
Mengetahui pengaruh faktor yang diperlakukan (lingkungan, pakan, jenis,
dan ukuran) ikan terhadap pertumbuhan.
I.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.1
Hasil
Berikut ini adalah tabel hasil pengamatan
yang telah dilakukan terhadap pertumbuhan ikan nila dan ikan patin.
Tabel
1. Hasil Pengamatan Beberapa Parameter Pertumbuhan Ikan Nila dan Ikan Patin
dengan Perlakuan pakan yang berbeda
No
|
Ikan
|
Jenis
Pakan
|
Perlakuan
|
Parameter
|
||
SGR
|
SR
|
GR
|
||||
1
|
Nila
|
Pakan Alami
|
FR
5%
|
0,0124
|
40%
|
0,34
|
FR
7%
|
-0,27
|
20%
|
0,1
|
|||
FR
10%
|
-0,03
|
40%
|
-0,17
|
|||
FR
12%
|
0,0038
|
80%
|
0,12
|
|||
Adsatiation
|
-0,0384
|
40%
|
0,07
|
|||
Pakan Buatan
|
FR
5%
|
0,006
|
20%
|
0,008
|
||
FR
7%
|
Tak
hingga
|
0%
|
0
|
|||
FR
10%
|
0,011
|
60%
|
0,092
|
|||
FR
12%
|
0,0004
|
20%
|
0,18
|
|||
Adsatiation
|
0,9121
|
40%
|
0,08
|
|||
2
|
Patin
|
Pakan Alami
|
FR
5%
|
0
|
0%
|
0
|
FR
7%
|
-0,0115
|
20%
|
-0,04
|
|||
FR
10%
|
-0,051
|
60%
|
-3,12
|
|||
FR
12%
|
0
|
0%
|
0
|
|||
Adsatiation
|
-0,025
|
40%
|
0,04
|
|||
Pakan Buatan
|
FR
5%
|
-0,61%
|
20%
|
0,032
|
||
FR
7%
|
-0,0067
|
0%
|
-1,176
|
|||
FR
10%
|
-0,028
|
40%
|
-4,5
|
|||
FR
12%
|
0,0036
|
40%
|
0,05
|
|||
Adsatiation
|
0,059
|
40%
|
0,9
|
Berdasarkan tabel 1 di atas, pada ikan nila yang diberi pakan alami
dengan perlakuan FR 12% mempunyai nilai SR yang paling tinggi yaitu mencapai
80%, SGR 0.0038 dan GR 0.12 sedangkan pada pakan buatan yang memperoleh
perlakuan FR 10% mempunyai nilai SR yang tinggi yaitu mencapai 60%, SGR 0.011
dan GR 0.09. Pada ikan patin yang diberi
pakan alami dengan perlakuan FR 10% memiliki nilai SR yang tinggi yaitu
mencapai 60%, SGR -0.051 dan SR -3.32 sedangkan pada pakan buatan secara umum
nilai SR 40% namun pada perlakuan
adsatiation SGR 0.059 dan GR 0.9.
1.2
Pembahasan
Protein merupakan suatu molekul kompleks yang besar, yang terbentuk dari
molekul asam amino dimana asam-asam amino tersebut satu sama lain dihubungkan
dengan ikatan peptida. Protein diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan
jaringan tubuh, pembentukan enzim dan beberapa hormon, serta antobodi di dalam
tubuh. Disamping itu, protein juga berfungsi sebagai sumber energi. Kualitas
dan kuantitas protein yang diberikan akan mempengaruhi retensi protein tubuh
dan selanjutnya ke pertumbuhan ikan (Herver, 1972 dalam Faridah dkk, 2008).
Jika kebutuhan protein tidak tercukupi dalam pakan maka akan terjadi
penghentian pertumbuhan kerena ikan akan menggunakan kembali protein dari
beberapa jaringan untuk mempertahankan fungsi dari jaringan yang lebih vital
(NCR, 1983 dalam Faridah, dkk, 2008).
Akan tetapi jika suplai protein terlalu berlebih maka energi yang digunakan
untuk proses deaminasi asam amino akan meningkat sehingga mengurangi energi
untuk pertumbuhan. Kisaran kebutuhan protein dalam pakan ikan berkisar 35-50%
(Hapner, 1990 dalam Faridah dkk,
2008).
Pertumbuhan ikan sangat bergantung kepada pasokan energi dalam pakan dan
pembelanjaan energi tersebut. kebutuhan energi untuk katabolisme harus dipenuhi
terlebih dahulu dan kelebihan energi akan digunakan untuk metabolisme (Affandi,
2002). Kebutuhan protein dalam pakan, selain harus tersedia dalam jumlah yang
sesuai juga harus mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan ikan.
Kebutuhan protein bervariasi tergantung pada umur ikan. Ikan pada stadia larva
pada umumnya membutuhkan protein yang lebih tinggi untuk mendukung
pertumbuhannya bila dibandingkan dengan yang sudah dewasa. Rasio pertumbuhan
ikan catfish stadia benih yang sedang
dalam pertumbuhan secara umum membutuhkan 32% protein kasar (Stickney, 1993 dalam Faridah dkk, 2008).
Pertumbuhan merupakan
perubahan ukuran tubuh yang dapat berupa panjang atau berat suatu organisme
dalam waktu tertentu (
Affandi, 2002). Pada umumnya pertumbuhan diakibatkan
oleh adanya peningkatan jumlah dan ukuran sel. Pertumbuhan adalah perubahan bentuk dan ukuran, baik panjang, bobot atau
volume, yang secara fisik diekspresikan dengan perubahan jumlah atau ukuran sel
penyusun jaringan tubuh dalam jangka waktu tertentu. Secara morfologi,
pertumbuhan diwujudkan dalam perubahan bentuk (metamorfosis). Sedangkan secara
energetik, pertumbuhan dapat diekspresikan dengan perubahan kandungan total
energi (kalori) tubuh pada periode tertentu. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor internal meliputi sifat genetik dan kondisi fisiologis dan
faktor eksternal yakni berkaitan dengan lingkungan yang menjadi media
pemeliharaan. Faktor-faktor eksternal tersebut diantaranya yaitu, komposisi
kimia air, substrat dasar, temperatur air dan ketersediaan pakan (Affandi, 2002).
Efisiensi pakan atau Food
Eficiency (FE) digunakan untuk mengetahui jumlah pakan yang masuk kedalam
sistem pencernaan ikan untuk melangsungkan metabolisme dalam tubuh, yang salah
satunya dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Absorbsi makanan terutama terjadi dalam
intestinum melalui pembuluh darah pada jonjot intestinum. Makanan yang telah
dicerna, diabsorbsi melalui pembuluh darah menuju hepar secara difusi pasif,
dan transport aktif. Protein diabsorbsi dalam bentuk asam amino.
Pertumbuhan paling
rendah secara umum terdapat
pada semua perlakuan
dengan nilai negatif.
Hal ini karena tidak mau
makan pakan yang diberikan dan sehingga ikan kekurangan energi. Kerana jumlah
makanan yang masuk ke dalam tubuh ikan sedikit, akibatnya laju pertumbuhan ikan
menjadi terhambat. Hasil
praktikum menunjukan bahwa pakan yang paling baik adalah pada
perlakuan FR 12% (pemberian
pakan alami cacing tubifex) hal ini dikarenakan cacing Tubifek mengadung
protein yang sangat tinggi yakni 57% yang digunakan ikan untuk pertumbuhannya.
Menurut Jauhari (1990) dalam Faridah (2008) protein adalah salah satu nutrisi yang
penting karena sebagai pembentuk jaringan tubuh. Literatur lain menambahkan, kandungan
protein sangat berpengaruh terhadap perumbuhan ikan.
Selain faktor protein,
faktor daya tarik makanan diduga juga memainkan peran yang penting dalam
pertumbuhan ikan.
Makanan
yang memiliki daya tarik yang lebih baik akan dapat merangsang nafsu makan ikan. Sedang pakan buatan (pelet) merupakan pakan
yang tidak bergerak sehingga diduga hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan
pada perlakuan FR 5%, 7%
dan 10% lebih
rendah dibandingkan dengan perlakuan FR 12%.
Pakan buatan (pelet) merupakan pakan ikan paling
populer. Meskipun produsen pakan ikan kering telah mebuat pakan kering ini
sedemikian rupa sehingga cocok untuk ikan karnivra, herbivora, dan omnivora,
terdapat kecenderungan mereka memproduksi jenis khusus yang berbeda untuk
karnivora dan herbvora. Untuk itu perlu diperhatikan dengan baik pada saat
membeli pakan kering yang bersangkutan. Sangat penting dipertimbangkan
agar hanya membeli pakan-pakan yang telah diformulasikan secara saintifik
dan diproduksi oleh perusahan berepusasi baik, serta khusus dipertuntukkan bagi ikan, meskipun
pakan kering lain dengan harga lebih murah tersedia. Keuntungan dari jenis
pakan ini adalah mudah
dalam penyimpanan dan penggunaan; tersedia secara konstan; semua
elemen-elemen esensial yang diperlukan ikan telah disediakan dengan
baik; tidak ada bahaya pencemaran hama dan penyakit. Sedangkan kerugiannya adalah terdapat kecenderungan pakan kering
saat ini dibuat lebih pekat dan lebih mudah dicerna, sedangkan para akuaris
cenderung boros dalam pemberian. Hal ini dapat memicu terjadinya
pencemaran amonia dan nitrit. Beberapa jenis ikan menunjukkan gejala kurus, dan
mengalami kelainan pencernaan apabila hanya diberikan pkan kering saja, dan
beberapa jenis lainnya enggan memakan pakan kering. Beberapa jenis
vitamin, seperti vitamin C terdegradasi dalam penyimpanan yang lama
(Purwakusuma, 2011).
Pakan hidup terdiri dari ikan hidup, cacing, invertebrata
akuatik, seperti daphnia atau artemia,
larva serangga seperti bloodworm, dan jentik nyamuk infusoria, rotifera, paramecium. Beberapa jenis dapat dibeli,
sedangkan jenis yang lain harus dikumpulkan sendiri. Keuntungan jenis pakan
ini adalah banyak
pakan hidup merupakan pakan alami ikan yang bersangkutan atau setidaknya setara
dengan pakan alaminya. Pakan tersebut mengandung banyak serat sehingga
pencernaannya akan tetap terjaga dengan baik. Pakan hidup dapat membantu
ikan untuk memasuki kondisi kawin dan merangsang masa kawin, terutama,
pada spesies-spesies yang masa kawinnya di alam didahului dengan meningkatnya
pesediaan pakan hidup. Sedangkan kerugiannya adalah sering kali pakan hidup bersifat musiman, sehingga pada saat
tertentu sulit didapat. Dapat membawa hama dan penyakit, seperti cacing sutera
(Tubifex sp), yang hidup pada lumpur tercemar, sehingga bisa mengimpor bakteri
terhadap lingkungan akuarium. Hama seperti larva capung atau hydra bisa
secara tidak sengaja ( melalui Daphnia atau Cyclops) masuk ke akuarium dan
memangsa burayak (Purwakusuma, 2011).
II.
KESIMPULAN
2.1
Kesimpulan
Berdasarkan data praktikum pengamatan
pertumbuhan diatas maka dapat disimpulakan bahwa tingkat SR, SGR, FCR, EPP,
Yield mempunyai nilai tertinggi pada ikan dengan perlakuan menggunakan pakan
alami. Pakan ikan dalam usaha
pembenihan adalah pakan alami yang mengandung nutrisi yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan ikan. Kebutuhan nutrisi tersebut harus sesuai dengan
kebutuhan ikan agar pertumbuhan optimal. Setiap ikan memiliki batasan nilai
nutrisi tersendiri untuk tumbuh optimal.
2.2
Saran
Untuk praktikum
selanjutnya sebaiknya ikan yang di amati setiap kelompok berbeda spesies ikan
supaya pengetahuan tentang motilitas dan daya tahan hidup sperma dapat
dipelajari lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Affandi, Ridwan dan
Tang, Usman Muhammad. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekan baru. Universitas
Riau Press.
Faridah, dkk. 2008. Pertumbuhan ikan patin yang diberi
pakan keong mas hasil pelunakan dengan ekstrak daun pepaya sebagai sumber protein
tambahan. [Terhubung Berkala] http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/36589/pertumbuhan_ikan_patin.pdf?sequence=1 (25 Mei 2011).
Purwakusuma, W. 2011. Pakan Ikan [terhubung berkala] http://o-fish.com/PakanIkan/pakan_2.php (25 Mei 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu