2 April 2012

Pertumbuhan Ikan


PERTUMBUHAN IKAN

Ita Apriani
C14090019
 
1.1              Latar Belakang
Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang populer dan diminati di kalangan masyarakat. Untuk itu, budidaya merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar. Pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas dan pertumbuhan ikan yang dibudidaya. Pakan yang akan diberikan harus sesuai dengan kebutuhan ikan. Tetapi disisi lain, upaya pemberian pakan buatan juga dapat meningkatkan biaya produksi, karena urnumnya sebanyak 60 % dari total biaya produksi berasal dari pakan. Tinggi rendahnya harga pakan ditentukan oleh besar kecilnya protein yang terkandung dalam pakan. Dengan demikian semakin tinggi kandungan protein dalam pakan maka harga pakan juga ikut meningkat. Ikan nila (Oreochoromis niloticus) pada saat ini banyak dibudidayakan. Ikan  nila merupakan jenis ikan yang mudah dipelihara di air tawar, relatif tahan terhadap perubahan lingkungan, pertumbuhannya cepat, dan tahan  terhadap serangan penyakit. Daging ikan nila mempunyai kandungan protein 17,5%, lemak 4,1%, dan air 74,8% (Suyanto, 2002 dalam Faridah, 2008 ).

Pada dasarnya sumber utama pakan bagi ikan budidaya berasal dari pakan alami dan pakan buatan. Jumlah  pakan alami dalam kolam atau perairan sangat terbatas dan kurang memadai. Untuk itu, agar tercapai laju pertumbuhan ikan yang optimal perlu diberikan pakan buatan sesuai dengan kebutuhan ikan. Permasalahan yang sering menjadi kendala adalah penyediaan pakan buatan ini memerlukan biaya yang relatif tinggi, bahkan dapat mencapai 60%-70% dari komponen biaya produksi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menekan biaya produksi tersebut adalah membuat pakan buatan sendiri melalui teknik sederhana. dengan memanfaatkan sumber-sumber bahan baku lokal, termasuk pemanfaatan limbah hasil industri pertanian yang relatif murah (Sahwan, 2002 dalam Faridah, 2008).
1.2              Tujuan
Mengetahui pengaruh faktor yang diperlakukan (lingkungan, pakan, jenis, dan ukuran) ikan terhadap pertumbuhan.


I.                   HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1              Hasil
Berikut ini adalah tabel hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap pertumbuhan ikan nila dan ikan patin.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Beberapa Parameter Pertumbuhan Ikan Nila dan Ikan Patin dengan Perlakuan pakan yang berbeda
No
Ikan
Jenis Pakan
Perlakuan
Parameter
SGR
SR
GR
1
Nila
Pakan Alami
FR 5%
0,0124
40%
0,34
FR 7%
-0,27
20%
0,1
FR 10%
-0,03
40%
-0,17
FR 12%
0,0038
80%
0,12
Adsatiation
-0,0384
40%
0,07
Pakan Buatan
FR 5%
0,006
20%
0,008
FR 7%
Tak hingga
0%
0
FR 10%
0,011
60%
0,092
FR 12%
0,0004
20%
0,18
Adsatiation
0,9121
40%
0,08
2
Patin
Pakan Alami
FR 5%
0
0%
0
FR 7%
-0,0115
20%
-0,04
FR 10%
-0,051
60%
-3,12
FR 12%
0
0%
0
Adsatiation
-0,025
40%
0,04
Pakan Buatan
FR 5%
-0,61%
20%
0,032
FR 7%
-0,0067
0%
-1,176
FR 10%
-0,028
40%
-4,5
FR 12%
0,0036
40%
0,05
Adsatiation
0,059
40%
0,9

Berdasarkan tabel 1 di atas, pada ikan nila yang diberi pakan alami dengan perlakuan FR 12% mempunyai nilai SR yang paling tinggi yaitu mencapai 80%, SGR 0.0038 dan GR 0.12 sedangkan pada pakan buatan yang memperoleh perlakuan FR 10% mempunyai nilai SR yang tinggi yaitu mencapai 60%, SGR 0.011 dan GR 0.09.  Pada ikan patin yang diberi pakan alami dengan perlakuan FR 10% memiliki nilai SR yang tinggi yaitu mencapai 60%, SGR -0.051 dan SR -3.32 sedangkan pada pakan buatan secara umum nilai SR  40% namun pada perlakuan adsatiation SGR 0.059 dan GR 0.9.

1.2              Pembahasan
Protein merupakan suatu molekul kompleks yang besar, yang terbentuk dari molekul asam amino dimana asam-asam amino tersebut satu sama lain dihubungkan dengan ikatan peptida. Protein diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh, pembentukan enzim dan beberapa hormon, serta antobodi di dalam tubuh. Disamping itu, protein juga berfungsi sebagai sumber energi. Kualitas dan kuantitas protein yang diberikan akan mempengaruhi retensi protein tubuh dan selanjutnya ke pertumbuhan ikan (Herver, 1972 dalam Faridah dkk, 2008).
Jika kebutuhan protein tidak tercukupi dalam pakan maka akan terjadi penghentian pertumbuhan kerena ikan akan menggunakan kembali protein dari beberapa jaringan untuk mempertahankan fungsi dari jaringan yang lebih vital (NCR, 1983 dalam Faridah, dkk, 2008). Akan tetapi jika suplai protein terlalu berlebih maka energi yang digunakan untuk proses deaminasi asam amino akan meningkat sehingga mengurangi energi untuk pertumbuhan. Kisaran kebutuhan protein dalam pakan ikan berkisar 35-50% (Hapner, 1990 dalam Faridah dkk, 2008).
Pertumbuhan ikan sangat bergantung kepada pasokan energi dalam pakan dan pembelanjaan energi tersebut. kebutuhan energi untuk katabolisme harus dipenuhi terlebih dahulu dan kelebihan energi akan digunakan untuk metabolisme (Affandi, 2002). Kebutuhan protein dalam pakan, selain harus tersedia dalam jumlah yang sesuai juga harus mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan ikan. Kebutuhan protein bervariasi tergantung pada umur ikan. Ikan pada stadia larva pada umumnya membutuhkan protein yang lebih tinggi untuk mendukung pertumbuhannya bila dibandingkan dengan yang sudah dewasa. Rasio pertumbuhan ikan catfish stadia benih yang sedang dalam pertumbuhan secara umum membutuhkan 32% protein kasar (Stickney, 1993 dalam Faridah dkk, 2008).
Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran tubuh yang dapat berupa panjang atau berat suatu organisme dalam waktu tertentu ( Affandi, 2002). Pada umumnya pertumbuhan diakibatkan oleh adanya peningkatan jumlah dan ukuran sel. Pertumbuhan adalah perubahan bentuk dan ukuran, baik panjang, bobot atau volume, yang secara fisik diekspresikan dengan perubahan jumlah atau ukuran sel penyusun jaringan tubuh dalam jangka waktu tertentu. Secara morfologi, pertumbuhan diwujudkan dalam perubahan bentuk (metamorfosis). Sedangkan secara energetik, pertumbuhan dapat diekspresikan dengan perubahan kandungan total energi (kalori) tubuh pada periode tertentu. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal meliputi sifat genetik dan kondisi fisiologis dan faktor eksternal yakni berkaitan dengan lingkungan yang menjadi media pemeliharaan. Faktor-faktor eksternal tersebut diantaranya yaitu, komposisi kimia air, substrat dasar, temperatur air dan ketersediaan pakan (Affandi, 2002).
Efisiensi pakan atau Food Eficiency (FE) digunakan untuk mengetahui jumlah pakan yang masuk kedalam sistem pencernaan ikan untuk melangsungkan metabolisme dalam tubuh, yang salah satunya dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Absorbsi makanan terutama terjadi dalam intestinum melalui pembuluh darah pada jonjot intestinum. Makanan yang telah dicerna, diabsorbsi melalui pembuluh darah menuju hepar secara difusi pasif, dan transport aktif. Protein diabsorbsi dalam bentuk asam amino.
Pertumbuhan paling rendah secara umum terdapat pada semua perlakuan dengan nilai negatif. Hal ini karena tidak mau makan pakan yang diberikan dan sehingga ikan kekurangan energi. Kerana jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuh ikan sedikit, akibatnya laju pertumbuhan ikan menjadi terhambat. Hasil praktikum menunjukan bahwa pakan yang paling baik adalah pada perlakuan FR 12% (pemberian pakan alami cacing tubifex) hal ini dikarenakan cacing Tubifek mengadung protein yang sangat tinggi yakni 57% yang digunakan ikan untuk pertumbuhannya. Menurut Jauhari (1990) dalam Faridah (2008) protein adalah salah satu nutrisi yang penting karena sebagai pembentuk jaringan tubuh. Literatur lain menambahkan, kandungan protein sangat berpengaruh terhadap perumbuhan ikan.
Selain faktor protein, faktor daya tarik makanan diduga juga memainkan peran yang penting dalam pertumbuhan ikan. Makanan yang memiliki daya tarik yang lebih baik akan dapat merangsang nafsu makan ikan. Sedang pakan buatan (pelet) merupakan pakan yang tidak bergerak sehingga diduga hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan pada perlakuan FR 5%, 7% dan 10% lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan FR 12%.
Pakan buatan (pelet) merupakan pakan ikan paling populer. Meskipun produsen pakan ikan kering telah mebuat pakan kering ini sedemikian rupa sehingga cocok untuk ikan karnivra, herbivora, dan omnivora, terdapat kecenderungan mereka memproduksi jenis khusus yang berbeda untuk karnivora dan herbvora. Untuk itu perlu diperhatikan dengan baik pada saat membeli pakan kering yang bersangkutan. Sangat penting dipertimbangkan agar hanya membeli pakan-pakan yang telah diformulasikan secara saintifik dan diproduksi oleh perusahan berepusasi baik, serta khusus dipertuntukkan bagi ikan, meskipun pakan kering lain dengan harga lebih murah tersedia. Keuntungan dari jenis pakan ini adalah mudah dalam penyimpanan dan penggunaan; tersedia secara konstan; semua elemen-elemen esensial yang diperlukan ikan telah disediakan dengan baik; tidak ada bahaya pencemaran hama dan penyakit. Sedangkan kerugiannya adalah terdapat kecenderungan pakan kering saat ini dibuat lebih pekat dan lebih mudah dicerna, sedangkan para akuaris cenderung boros dalam pemberian. Hal ini dapat memicu terjadinya pencemaran amonia dan nitrit. Beberapa jenis ikan menunjukkan gejala kurus, dan mengalami kelainan pencernaan apabila hanya diberikan pkan kering saja, dan beberapa jenis lainnya enggan memakan pakan kering. Beberapa jenis vitamin, seperti vitamin C terdegradasi dalam penyimpanan yang lama (Purwakusuma, 2011).
Pakan hidup terdiri dari ikan hidup, cacing, invertebrata akuatik, seperti daphnia atau artemia, larva serangga seperti bloodworm, dan jentik nyamuk  infusoria, rotifera, paramecium. Beberapa jenis dapat dibeli, sedangkan jenis yang lain harus dikumpulkan sendiri. Keuntungan jenis pakan ini adalah banyak pakan hidup merupakan pakan alami ikan yang bersangkutan atau setidaknya setara dengan pakan alaminya. Pakan tersebut  mengandung banyak serat sehingga pencernaannya akan tetap terjaga dengan baik.  Pakan hidup dapat membantu ikan untuk memasuki kondisi kawin dan  merangsang masa kawin, terutama, pada spesies-spesies yang masa kawinnya di alam didahului dengan meningkatnya pesediaan pakan hidup. Sedangkan kerugiannya adalah sering kali pakan hidup bersifat musiman, sehingga pada saat tertentu sulit didapat. Dapat membawa hama dan penyakit, seperti cacing sutera (Tubifex sp), yang hidup pada lumpur tercemar, sehingga bisa mengimpor bakteri terhadap lingkungan akuarium.  Hama seperti larva capung atau hydra bisa secara tidak sengaja ( melalui Daphnia atau Cyclops) masuk ke akuarium dan memangsa burayak (Purwakusuma, 2011).

II.                KESIMPULAN

2.1              Kesimpulan
Berdasarkan data praktikum pengamatan pertumbuhan diatas maka dapat disimpulakan bahwa tingkat SR, SGR, FCR, EPP, Yield mempunyai nilai tertinggi pada ikan dengan perlakuan menggunakan pakan alami. Pakan ikan dalam usaha pembenihan adalah pakan alami yang mengandung nutrisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan ikan. Kebutuhan nutrisi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan ikan agar pertumbuhan optimal. Setiap ikan memiliki batasan nilai nutrisi tersendiri untuk tumbuh optimal.

2.2              Saran
Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya ikan yang di amati setiap kelompok berbeda spesies ikan supaya pengetahuan tentang motilitas dan daya tahan hidup sperma dapat dipelajari lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Ridwan dan Tang, Usman Muhammad. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekan baru. Universitas Riau Press.

Faridah, dkk. 2008. Pertumbuhan ikan patin yang diberi pakan keong mas hasil pelunakan dengan ekstrak daun pepaya sebagai sumber protein tambahan. [Terhubung Berkala]            http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/36589/pertumbuhan_ikan_patin.pdf?sequence=1   (25 Mei 2011).

Purwakusuma, W. 2011. Pakan Ikan [terhubung berkala] http://o-fish.com/PakanIkan/pakan_2.php  (25 Mei 2011).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu