2 April 2012

Pencernaan


PENCERNAAN
(Kecernaan Pakan Secara IN VIVO dan IN VITRO)

Ita Apriani
C14090019
 
1.1              Latar Belakang
Pengetahuan mengenai pencernaan makanan sangat dibutuhkan dalam mengkaji pola nutrisi makanan pada makhluk hidup termasuk ikan, karena pakan memiliki peran yang sangat penting baik dalam produksi maupun pertumbuhannya. Semakin cepat pakan ikan dicerna, maka penyerapan sari makanan akan semakin mudah diserap oleh tubuh. Pencernaan adalah sebuah proses metabolisme dimana suatu makhluk hidup memproses sebuah zat makanan dan kemudian dengan cara kimia atau mekanik zat - zat makanan tersebut dirubah menjadi nutrisi. Pencernaan terjadi pada organisme multi sel, sel, dan tingkat sub-sel, biasanya pada hewan (Affandi, 2002).

Pencernaan biasanya dibagi menjadi aktivitas mekanik dan kimia. Kebanyakan hewan vertebrata, pencernaan adalah suatu proses bertingkat-tingkat dalam sebuah sistem pencernaan setelah ingesti dari bahan mentah (Affandi, 2002). Proses pencernaan ini berlangsung pada saluran pencernaan dan untuk berlangsungnya proses pencernaan ini dibutuhkan cairan digestif (enzim, HCl, bikarbonat, air dan lain-lain) dan energi, selama proses ini perubahan sifat dan bentuk zat makanan terjadi karena berbagi enzim yang terkandung dari berbagai cairan pencerna. Dimana setiap enzim mempunyai tugas khusus untuk menyaring dan bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis lainnya. Dari pentingnya proses pencernaan ini berkaitan dengan penyederhanaan zat makanan oleh enzim dan proses fisiologis yang terjadi pemahaman terhadap proses ini dibutuhkan, apalagi jika dihubungkan dengan kegiatan budidaya perikanan.

1.2              Tujuan
Mengetahui enzim mana yang paling banyak menghidrolisa protein dan mengetahui emulsifikator nama yang paling baik dalam mengemulsikan lemak


I.                   HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1              Hasil
Berikut ini adalah data hasil pengukuran pencernaan protein.
Tabel 1.Hasil pengukuran pencernaan protein.
Perlakuan
Tingkat kekeruhan
Kontrol
+
Papain
++
Brolin
+++
Pankreas
-

Keterangan:          -               : tidak keruh
                                                                                                +              : agak keruh
                                                                                                ++           : keruh
                                                                                                +++         : sangat keruh

Berdasarkan tabel 1 di atas, larutan yang terlihat paling keruh adalah larutan yang ditambahkan enzim brolin. Larutan dengan perlakuan penambahan papain terlihat keruh, larutan yang tidak di beri perlakuan (kontrol) terlihat agak keruh dan larutan yang diberi perlakuan pankreas terlihat tidak keruh.

Tabel 2. Hasil pengukuran pencernaan lemak
Waktu (menit)
Empedu
Kuning Telur
Kontrol
15
++
+++
-
30
++
+++
-
45
++
+++
-
60
++
+++
-

Keterangan:          -               : sangat cepat
                                                                                                +              : cepat
                                                                                                ++           : lambat
                                                                                                +++         : sangat lambat
Berdasarkan tabel 2 di atas, kuning telur memisah sangat lambat, empedu memisah lambat dan kontol memisah sangat cepat.

1.2              Pembahasan
Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel yang bekerja degan urutan-urutan yang teratur. Enzim mengkatalis ratusan reaksi secara bertahap dengan menguraikan molekul-molekul sel dari prekursor sederhana. Diantara sejumlah enzim yang berpartisipasi dalam metabolisme  terdapat sekelompok khusus enzim pengatur yang dapat mengenali berbagai respon metabolik dan mengubah kecepatan katalitiknya sesuai dengan respon yang diterima melalui berbagai aktifitasnya dan sistem koordinasi yang baik (Khoirunnisa, 2002 dalam Humaidy, 2009).
Untuk menentukan kualitas protein dalam bahan makanan dapat dilakukan secara in vitro, yaitu metode penentuan kulaitas protein secara khemis berdasarkan pada pemecahan protein oleh enzim proteolitik seperti papain, brolin dan pankreas (Narasinga, 1978 dalam Wirastuti, 2006). Dalam pencernaan enzim memiliki fungsi yang sangat penting dalam penyederhanaan makanan, Menurut Fujaya (2002) dalam Humaidy (2009) pencernaan protein menjadi asam animo dipercepat oleh enzim protease, lipid menjadi asam lemak oleh esterase dan lipase, sedangkat karbohidart menjadi glukosa oleh karbohidrase, bahan-bahan yang bebentuk sederhana ini yang diserap usus.
Pada tabel 1, dapat kita lihat bahwa kekeruhan terbesar ada pada bromelin, dengan hasil pengamatan ketika dikocok sangat keruh, hal ini menjelaskan bahwa enzim bromelin banyak menghidrolisa protein, yang diindikasikan dengan kekeruhan tersebut. Bromelin mampu memecah molekul-molekul protein menjadi bentuk asam animo (Kuntoro, 1979 dalam Indrawati, 1983 dalam Wijiati, 2000 dalam Humaidy, 2009). Hal ini disebabkan karena enzim bromelin mempunyai sisi aktif yang mengadung thiol (SH) sehingga mampu memecah molekul-moleku protein menjadi bentuk asam. Selain itu dilihat dari komposisi pembuatan enzim tersebut yang terbuat dari buah nanas yang banyak mengandung serat-serat sehingga serat-serat tersebut kurang tersaring dan hasil saringan yang banyak mengandung serat itu dipakai untuk indikator pencernaan protein. Namun hal itu juga disebabkan karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti pH, suhu,dan adanya inhibitor( Fox, 1982 dalam Khoirunnisa, 2002 dalam Humaidy, 2009).
Kekeruhan kedua yang besar terdapat pada enzim papain, karena enzim papain terdiri atas 212 residu asam amino yang aktif pada kisaran pH 5,0 – 8,0 dan suhu 50OC hingga 60OC, sehingga dapat melarutkan sari makanan dan kekeruhannya hampir sama dengan enzim bromelin. Sedangkan untuk nilai kekeruhan terkecil terdapat pada pepsin, karena pepsin sangat aktif pada pH rendah (pH 1,0) ketika hampir semua enzim lain inreaktif (Khoirunnisa, 2002 dalam Humaidy, 2009).
Emulsifikator merupakan bahan untuk menstabilkan cairan emulsi, dimana pengertian dari emulsi itu sendiri adalah suatu campuran yang terdiri dari dua bahan tidak bisa bercampur, dengan satu bahan (fasa tersebar) tersebar di dalam fasa yang lain (Anonima 2008). Cairan empedu berperan sebagai bahan emulsi. Cairan empedu terdapat sebagai asam empedu dan garam empedu. Tetapi empedu mengandung sejumlah besar garam-garam empedu terutama dalam bentuk garam natrium terionisasi yang sangat penting dalam proses emulsifikasi lemak (Anonimb 2008).
Pada tabel 2, larutan empedu mudah mengalami pencampuran dengan lemak, sedangkan larutan kuning telur mudah mengalami pencampuran dan pemisahan lebih lambat daripada larutan empedu. Hal ini menunjukan bahwa kuning telur dapat mengemulsi lemak dengan baik. Kuning telur dapat stabil karena lemak dalam telur berbentuk emulsi yang juga dapat bergabung dengan air sehingga menjadi lebih mudah dicerna, hal ini disebabkan karena sepertiga kuning telur merupakan gliserida asam lemak yang mudah dicerna lambung dan dapat diserap dengan baik oleh usus halus. Sedangkan pada cairan empedu yang mengandung zat anorganik dan beberapa zat organik seperti asam empedu, bilirubin dan kolesterol serta adanaya asam empedu sebagai emulgator maka lemak dalam usus dapat dipecah-pecah menjadi partikel kecil sehingga luas permukaan lemak menjadi lebih besar tetapi sulit diserap oleh usus tersebut (Rosmawati, 2004 dalam Humaidy, 2009). Pengemulsian kontrol dan minyak tidak mengalami pencampuran karena sangat cepat memisah ketika di kocok.


I.                   SIMPULAN

1.1              Kesimpulan
Protein dan lemak merupakan zat makanan yang sangat penting dalam tubuh dan diproses secara kimia dalam tubuh, dimana hasil akhirnya adalah asam animo dan asam lemak. Enzim pencernaan berperan sebagai alat bantu pencernaan secara kimiawi. Bahan yang paling baik untuk pencernaan protein pada ikan adalah enzim bromelin, karena enzim bromelin mampu memecah molekul-molekul protein menjadi bentuk asam animo. Emulsifikator merupakan bahan untuk menstabilkan cairan emulsi, pengemulsian lemak oleh kuning telur adalah emulsifikator yang paling baik dibandingkan empedu. Bahan vortivikasi yang paling baik untuk meningkatkan laju kecernaan protein dan lemak dalam pakan ikan adalah enzim bromelin buah nanas emulsifikator kuning telur.
1.2              Saran
Untuk praktikum selanjutnya di harapkan jenis enzim dan emulsifikator yang digunakan sebagai bahan lebih beragam lagi, dan lebih baik lagi tidak hanya uji kecernaan terhadap protein dan lemak saja, namun juga ditambahkan uji kecernaan terhadap karbohidrat, vitamin dan mineral yang akhinya akan menambah pengatahuan mahasiswa akan berbagai macam enzim yang bermanfaat bagi kegiatan budidaya.


DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Ridwan. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: Unri Press.

Humaidy, D, Fahrulsyah dan Zewita, M. 2009. Pengukuran Laju  Kecernaan Pakan Secara In Vitro Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) [terhubung berkala] http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/19915  (27 April 2011).

Wirastuti, dkk. 2006. Pengaruh pengolahan terhadap kecernaan atau digestibilitas protein. Jurusan teknologi pangan dan hasil pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada :Yogyakarta.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu