PERHITUNGAN BAKTERI DENGAN METODE HITUNGAN CAWAN
Ita Apriani
C14090019
1.1
Latar
Belakang
Organisme mikroskopis adalah organisme yang hanya bisa dilihat dengan menggunakan
mikroskop. Salah satunya adalah bakteri yang merupakan organisme mikroskopis. Keadaan
bakteri di alam ini ada yang bersifat menguntungkan dan ada yang bersifat
merugikan bagi kepentingan manusia. Bakteri yang menguntungkan dan merugikan
bagi kepentingan organisme akuatik perlu dipelajari supaya bakteri yang menguntungkan,
keberadaannya (kapasitas jumlahnya) dapat diperbanyak sedangkan untuk bakteri
yang merugikan (patogen) jumlah populasinya dapat ditekan dan dapat dilakukan
tindakan pencegahan atau antisipasi
infeksi bakteri tersebut (Umam, 2008).
Setelah kita mempelajari
bagaimana menumbuhkan suatu koloni bakteri, tentu harus mengatahui kuantitas
dan kualitas dari bakteri tersebut. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah
bagaimana mengetahui kuantitas dari suatu bakteri. Ada berbagai cara untuk menghitung
jumlah sel bakteri, antara lain hitungan langsung dengan menggunakan mikroskop,
dan hitungan tidak langsung dengan metode hitung cawan baik dengan metode cawan
tuang maupun metode cawan sebar.
Pengukuran kuntitatif populasi mikroba dari suatu
sampel dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan atau tujuan lain berdasarkan
jumlah mikroba yang ada dalam sampel tersebut. Sehingga dengan kita dapat
mengetahui apakah mikroba tersebut berbahaya atau bahkan baik bagi lingkungan
dalam jumlah tertentu.
1.2
Tujuan
Mempelajari cara
melakukan pengenceran serial dan menentukan jumlah bakteri dalam suatu sampel
dengan metode hitungan cawan.
I.
METODOLOGI
1.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 27 April 2011 pada pukul 12.00-15.00 WIB, bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, dan dilakukan pengamatan pada hari
kamis, tanggal 28 April 2011 pukul 14.00-15.00 WIB di R. Gam, Departemen Budi Daya Perairan, Institut
Pertanian Bogor.
1.2
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah rak
tabung reaksi, pipet 1 ml yang steril, cawan petri kosong yang steril, bunsen,
alkohol 95%, alkohol 75%, tissue, korek
api dan bunsen. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah suspensi bakteri Pseudoalteromonas sp. tabung berisi 12
ml media SWC cair bersuhu 50oC, tabung berisi 9 ml larutan
fisiologis (0,85% NaCl), dan media SWC dalam cawan petri.
1.3
Prosedur
Kerja
Tabung
berisi garam fisiologis disiapkan dan disusun berderet. Sampel suspensi bakteri
dikocok dengan baik sampai kekeruhannya merata. Kemudian dilakukan pengenceran
serial sampel suspensi bakteri dan ambil secara aseptik 1 ml suspensi bakteri
lalu dimasukkan kedalam tabung 9 ml pertama, dikocok agar homogen. Lalu secara
aseptik dipipet 1 ml sampel dari tabung pengencer kedua, dan seterusnya untuk
tabung pengencer selanjutnya. Kemudian disiapkan 3 cawan petri steril dan 3
cawan petri berisi media SWC, beri kode sesuai dengan kode tabung pengencer
yang akan dituang/disebar. Kemuadian dipipet 0.1 ml sampel dari tabung
pengencer 5, 4 dan 3 lalu disebar pada media SWC menggunakan batang penyebar.
Pipet 0.1 ml sampel dari tabung 5, 4, dan 3 sekali lagi lalu dituang ke dalam
cawan petri steril kemudian ditambahkan media SWC cair dan selanjutnya digoyang
secara perlahan. Agar dibiarkan dalam cawan supaya padat, setelah itu diletakan
dalam posisi terbalik untuk diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam. Kemudian
dihitung jumlah koloni yang tumbuh (30-300) dan dikalikan dengan faktor
pengencernya.
II.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
2.1
Hasil
Berdasarkan hassil pengamatan yang telah dilakuakn,
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil
pengamatan perhitungan bakteri
Hasil
Kelompok
|
Metode
|
10-3
cfu/ml
|
10-4
cfu/ml
|
10-5
cfu/ml
|
Keterangan
|
||
10-3
|
10-4
|
10-5
|
|||||
VII
|
Cawan
Tuang
|
TBUD
|
1,52 x
107
|
TBUD
|
-
|
-
|
-
|
Cawan Sebar
|
TBUD
|
2,5 x
105
|
5,2 x
104
|
-
|
-
|
-
|
|
VIII
|
Cawan
Tuang
|
0
|
TBUD
|
0
|
-
|
-
|
-
|
Cawan
Sebar
|
TBUD
|
TBUD
|
31 x
106
|
-
|
-
|
-
|
|
IX
|
Cawan
Tuang
|
TBUD
|
74 x
105
|
0
|
-
|
-
|
+
|
Cawan
Sebar
|
TBUD
|
TBUD
|
0
|
-
|
-
|
+
|
|
X
|
Cawan
Tuang
|
134 x
104
|
24 x
105
|
13 x
106
|
+
|
+
|
+
|
Cawan
Sebar
|
TBUD
|
TBUD
|
9 x 106
|
-
|
-
|
+
|
|
XI
|
Cawan
Tuang
|
0
|
0
|
0
|
-
|
+
|
-
|
Cawan
Sebar
|
0
|
0
|
3,3 x
105
|
-
|
-
|
+
|
|
XII
|
Cawan
Tuang
|
TBUD
|
291 x
105
|
0
|
-
|
+
|
-
|
Cawan
Sebar
|
218 x
104
|
0
|
0
|
+
|
-
|
-
|
Keterangan : + = Kontaminan
-
= Tidak
kontaminan
TBUD = Tidak Bisa Untuk Dihitung
Berdasarkan
tabel 1 di atas, rata-rata
menunjukkan hasil yang sama yakni jumlah koloni akan semakin berkurang. Tabung 1 (10-3
cfu/ml) > tabung 2 (10-4 cfu/ml ) > tabung 3 (10-5 cfu/ml ) karena jumlah konsentrasi bakteri yang semakin sedikit akibat adanya proses
pengenceran.
Contoh perhitungan :
Jumlah Sel Bakteri = ∑ koloni x 1/faktor pengenceran x 1/volume
= 33 x 1/10-5 x 1/10-1
= 3.3 x 105 cfu/ml.
2.2
Pembahasan
Pseudoalteromonas
sp. pertama kali terisolasi dari alga
laut di lingkungan pesisir laut. Bakteri ini termasuk bakteri gram negatif yang dapat ditemukan di laut
seluruh dunia, bergerak dengan alat satu flagellum di
ujung/kutub yang membantu untuk bergerak
bolak-balik antara solid permukaan laut dan perairan terbuka
dalam mencari sumber makanan. Tipe sel bakteri biasanya satu atau berpasangan serta memperoleh energi melalui mekanisme kemoorganotrofik. Kemoorganotrofik membentuk
biofilm-bakteri yang penting
untuk bioremidiasi. Biofilm
penting dalam pengendalian konsentrasi logam beracun dalam lingkungan
laut karena dapat menyerap 20-40% dari tumpahan logam timah (Jakcob, 2006).
Berikut ini
adalah Pseudoalteromonas
atlantica yang
merupakan salah satu spesies yang termasuk ke dalam genus Pseudoalteromonas sp. :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Alteromonadales
Family : Pseudoalteromonadaceae
Genus :
Pseudoalteromonas sp.
Spesies : Pseudoalteromonas atlantica
Pseudoalteromonas atlantica biasanya
ditemukan berinteraksi antara eukaryot dan laut, seperti kepiting dan rumput laut. Genus P.
atlantica sangat sekuen karena produksi asam amino
polisakarida ekstraseluler selama pembentukan biofilm yang menunjukkan potensi daur ulang elemen, detoksifikasi, dan
bahan-bahan untuk produksi makanan. P. atlantica juga
merupakan agar-decomposing bakteri
yang memproduksi agarase yang banyak digunakan sampai sekarang,
karena P. atlantica dapat dibuat secara komersial. P. atlantica adalah psikothrofik dan kemoorganotrofik. Hal ini
mampu merombak molekul organik menjadi anorganik untuk metabolisme dan menghasilkan energi, tetapi bakteri ini tidak melakukan fermentasi. Beberapa
molekul penting yang dihasilkan adalah acidic extracellular
polysaccharide (EPS), enzim (agarase, agar hidrolase, alginat,
dan karagenan), signaling molekul (homoserin laktones dan protease). EPS diproduksi dalam jumlah
besar untuk konsentrasi dan memberikan substrat gizi di dalam biofilm bagi mikroorganisme laut lainnya. P. atlantica memperoleh
energi untuk produksi EPS dari koloni padat di permukaan
dengan cepat, dengan mensekresikan enzim dapat memproses
dan mengambil substrat. kemampuan menarik lainnya dari bakteri ini adalah memiliki
kemampuan untuk mengambil alih adhesin melalui pertukaran dan ini sangat penting untuk siklus kehidupan bakteri karena perlu bermigrasi dari laut ke permukaan yang solid. Adhesins
akan dinonaktifkan bila bakteri cadangan
makanan cukup ketika ke permukaan dan dalam perjalanan
laut. Setelah permukaan yang baik dan cocok ditemukan,
bakteri adhesin diperlukan untuk tambahan
makanan. Dan dimulai untuk membentuk biolfilms (Jakcob, 2006).
P. atlantica yang tidak
mampu menggunakan DL-Malate, D-sorbitol, atau m-hydroxybenzoat untuk
metabolisme katabolik, hal ini mampu
hidrolisis gelatin. Gelatin
adalah protein yang mengandung asam amino esensial dan berasal dari hidrolisis
dari kolagen dari sumber-sumber alam. Bakteri ini menguraikan gelatin polimer asam amino ke dalam individu untuk
gizi. P. atlantica dapat menyebabkan infeksi penyakit shell
edible kepiting. Studi
menunjukkan bahwa produk eksrtaseluler atau ECP
yang diproduksi oleh P. atlantica cepat
menyebabkan kematian bila disuntikkan ke kepiting sehat. Tidak ada studi yang menunjukkan bahwa P. atlantica merugikan atau pathogen terhadap manusia (Jakcob, 2006).
Menurut Pelczar (1986) untuk mendapatkan koloni mikroba dapat
dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya dengan menggunakan metode cawan
tuang maupun cawan sebar. Setelah didapatkan koloni yang tumbuh pada suatu
media agar, kemudian kita juga dapat mengetahui jumlah koloni bakteri yang
tumbuh setelah proses inkubasi selama 24 jam. Metode yang dilakukan pada praktikum kali ini
yaitu metode cawan sebar dan cawan tuang. Metode ini dianggap lebih baik, dan
akurat bila dibandingkan dengan menghitung jumlah bakteri secara langsung
menggunakan mikroskop karena metode hitungan cawan hanya menghitung jumlah
bakteri yang hidup dan yang membentuk koloni saja, sedangkan yang mati tidak
ikut terhitung. Selain itu metode ini lebih mudah dan praktis. Kelemahannya
yakni membutuhkan banyak bahan, media yang digunakan adalah media SWC (Sea Water Complete) yang digunakan untuk sampel bakteri dari air
laut yakni Pseudoalteromonas sp. yang
dapat tumbuh pada lingkungan laut sehingga dapat dengan mudah ditumbuhkan di
media SWC, dan selanjutnya dapat dihitung jumlah koloni yang tumbuh.
Metode cawan tuang (pour
plate) mudah dilakukan
karena tidak membutuhkan keterampilan khusus dengan hasil biakan yang cukup
baik. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sumber isolat yang telah
diketahui beratnya ke dalam 9 ml garam fisiologis (NaCl 0.85%) atau larutan
buffer fosfat. Larutan ini berperan sebagi penyangga pH agar sel bakteri tidak
rusak akibat menurunnya pH lingkungan. Pengenceran dapat dilakukan beberapa
kali agar biakan yang didapatkan tidak terlalu padat atau memenuhi cawan (biakan terlalu padat akan
mengganggu pengamatan). Sekitar 1 ml suspensi dituang ke dalam cawan petri steril,
dilanjutkan dengan menuangkan media penyubur (nutrien agar) steril hangat
(40-50oC) kemudian ditutup rapat dan diletakkan dalam inkubator (37oC)
selama 24 jam. Penuangan dilakukan secara aseptik
atau dalam kondisi steril agar tidak terjadi kontaminasi atau tumbuh atau
masuknya organisme yang tidak diinginkan. Media yang dituang hendaknya tidak
terlalu panas, karena selain mengganggu proses penuangan, media panas masih
mengeluarkan uap yang akan menempel pada cawan penutup, sehingga mengganggu
proses pengamatan. Pada metode ini koloni akan tumbuh di dalam media
agar. Kultur diletakkan terbalik, dimasukkan di dalam plastik dengan diikat
kuat kemudian diletakkan dalam inkubator (Riesama, 2010).
Metode cawan sebar (spread
plate) sebar, 0.1 ml suspensi bakteri yang telah diencerkan disebar pada
media penyubur steril yang telah disiapkan. Selanjutnya, suspensi dalam cawan
diratakan dengan batang penyebari agar koloni tumbuh merata pada media dalam cawan tersebut,
kemudian diletakkan dalam inkubator (37oC) selama 24 jam. Metode ini cukup sulit terutama
saat meratakan suspensi dengan batang penyebar. Oleh karena itu, batang penyebar harus benar-benar steril, yaitu
dengan mencelupkannya terlebih dahulu dalam alkohol kemudian dipanaskan dengan
api bunsen. Batang
penyebar yang masih panas akibat pemanasan
dengan api bunsen, dapat merusak media agar, sehingga harus didinginkan
terlebih dahulu dengan meletakkannya di sekitar api bunsen (±15 cm). Dengan
metode ini, satu sel bakteri akan tumbuh dan berkembang menjadi satu koloni
bakteri. Satu koloni bakteri yang terpisah dengan koloni lainnya dapat diamati
tipe pertumbuhan pada masing-masing media, diantaranya dilakukan terhadap
konsistensi, bentuk koloni, warna koloni dan permukaan koloni (Riesama, 2010).
Hasil pengamatan jumlah koloni bakteri yang
ditunjukkan pada tabel diatas menyatakan tidak semua cawan koloni
bakterinya dapat dihitung atau
disebut TBUD (tidak
bisa
untuk
dihitung)
dan ada yang hasilnya nol karena jumlah koloni kurang dari 30. Hasil TBUD secara umum paling banyak terjadi pada tabung nomor 1 (10-3 cfu/ml) karena faktor pengenceran dan konsentrasi
bakteri di dalam suspensi masih banyak. Ketika jumlah
sampel yang dipipet sedikit
serta ketika pemipetan yang terambil hanya larutannya saja (bukan bakterinya), karena
suspensi tidak teraduk secara merata menyebabkan jumlah mikroba yang diencerkan kurang sehingga begitu
disebar
atau dituang menghasilkan jumlah koloni kurang dari
30 koloni sehingga dinyatakan tidak tumbuh dan bernilai nol. Tapi berdasarkan tabel diatas, rata-rata menunjukkan
hasil yang sama yakni jumlah koloni akan semakin berkurang dari tabung 1 (10-3 cfu/ml), tabung 2 (10-4 cfu/ml ) dan tabung 3 (10-5 cfu/ml ) karena jumlah konsentrasi
bakteri yang semakin sedikit akibat adanya proses pengenceran. Pengenceran
sendiri dapat berhasil apabila semakin besar pengenceran dilakukan maka jumlah
koloni yang tumbuh akan semakin sedikit terkait
dengan semakin berkurangnya konsentrasi bakteri.
I.
KESIMPULAN
DAN SARAN
1.1
Kesimpulan
Penghitungan bakteri dengan metoda hitungan
cawan dilakukan karena mempunyai kelebihan yakni mudah dan efektif dalam proses
penghitungan mikroba dan juga bakteri yang dihitung adalah bakteri yang tumbuh
saja. Sedangkan kekurangannya yakni bahan yang digunakan relatif lebih banyak.
Hasil pengenceran bakteri dapat dikatakan berhasil karena semakin besar pengencerannya maka jumlah
koloni bakteri yang tumbuh akan semakin kecil terkait konsentrasi bakteri yang
semakin kecil pula, namun jumlah bakteri yang tumbuh semakin besar
karena dikalikan dengan faktor pengencernya. Dari hasil praktikum diperoleh
jumlah bakteri pada tabung 3 pada pengenceran 10-5 cfu/ml sebesar 31
x 106, sedangkan pada
tabung 1 (10-3 cfu/ml) sebesar 134 x 104 ,
dan tabung 2 (10-4 cfu/ml) sebesar 291 x 105.
1.2
Saran
Penghitungan bakteri dengan metode hitungan cawan dilakukan
menggunakan isolat bakteri yang beragam, sehingga dapat dengan mudah mengetahui
jumlah berbagai macam koloni bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Jakcob. 2006. Pseudoalteromonas sp. dan Pseudoalteromonas
Atlantica T6 [terhubung berkala]
http://genome.jgipsf.org/finished_microbes/pseat/pseat.home.html. (1 Mei 2011).
Pelczar MJJr, Chan ECS.
1986. Dasar-dasar Mikrobiologi.
Volume 1. Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah; Jakarta:
UI-Press. Terjemahan dari: Elements of
Microbiology.
Riesma. 2010. Perhitungan bakteri [terhubung berkala] http://riesama.blog.friendster.com/dunia-mikrobiologi/ (1 Mei 2011).
Umam, AH. 2008.
Perhitungan jumlah bakteri pada suatu bahan. [terhubung berkala]http://www.scribd.com/doc/15564954/8317266pertumbuhanbakteri (1 Mei 2011)
makasih banyak kak :)
BalasHapus