PENGARUH BAHAN ANTIMIKROBA TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI
Ita Apriani
C14090019
1.1
Latar
Belakang
Mikroorganisme
dapat hidup sebagai organisme yang merugikan maupun yang berguna bagi organisme
lain. Bakteri merupakan salah satu
mikroorganisme yang dapat hidup dimana-mana (tanah, air, udara, mahluk hidup),
hidup secara autotrof, dan bereproduksi dengan cara membelah diri. Bakteri
tersebut beraneka ragam jenisnya. Beberapa diantaranya ada yang bermanfaat
seperti bakteri pencernaan dan bakteri dekomposer serta bakteri yang bersifat
patogen karena menimbulkan penyakit bagi organisme lain.
Beberapa bahan
kimia seperti senyawa fenol, alkohol, formalin dan lain-lain diketahui dapat
menghambat atau mematikan mikroorganisme. Berbagai substansi tersebut
menunjukkan efek antimikrobialnya dalam berbagai cara dan terhadap berbagai
mikroorganisme. Sifat ini digunakan untuk mengendalikan populasi bakteri atau
untuk desinfeksi suatu alat.
Antibiotik
merupakan produk metabolit yang dihasilkan suatu mikroorganisme tertentu, yang
dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lain.
Dengan perkataan lain, antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh
suatu mikroorganisme yang menghambat mikroorganisme lain. Cara
kerja zat-zat kimia dalam menghambat atau mematikan mikroorganisme itu
berbeda-beda, beberapa diantaranya adalah mendenaturasi protein, merusak
membran, mengganggu sintesis protein serta menghambat pembentukan dinding sel.
1.2
Tujuan
Mengamati
pengaruh berbagai bahan antimikroba terhadap viabilitas bakteri.
II.
METODOLOGI
2.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum
pengaruh bahan antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri dilaksanan pada hari
Rabu, tanggal 18 Mei 2011 pukul 07.00–10.00 WIB sedangkan pengamatannya
dilakukan pada hari Kamis, 19 Mei 2011 pukul 10.00 WIB s/d selesai, di
Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
2.2
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum adalah bunsen, pinset, pipet steril, batang penyebar,
kertas saring steril yang berbentuk bulat dengan diameter 1 cm, inkubator, botol
semprot, korek api, plastik transparan, tissue serta cawan petri dan
label. Sedangkan bahan - bahan yang digunakan antara lain alkohol 70%, media
TSA, biakan cair bakkteri Aeromonas
hydrophila dan Bacillus sp. dalam
eppendorf, larutan PBS, larutan antibiotik (penicilin), larutan alkohol 70%,
dan larutan formalin 10%.
2.3
Prosedur
Kerja
Cawan
yang telah berisi media TSA padat dibuat garis dengan spidol pada pertengahan
petri sehingga menjadi 4 sektor lalu beri tanda menggunakan kertas label sesuai
dengan larutan yang digunakan. Kemudian diambil 0.1 ml suspensi bakteri, dan
diteteskan pada media TSA, kemudian sebar secara merata menggunakan batang
penyebar. Kemudian ambil pinset dan bakar sebentar di atas nyala api, lalu
kertas saring diambil dengan menggunakan pinset satu persatu. Kertas saring
yang telah diambil dicelupkan ke dalam larutan formalin 10% dan diletakan di
atas permukaan media TSA yang telah disebari biakan bakteri sesuai dengan
sektor dan label yang telah ditentukan. Kemuadian kertas saring kedua diambil
lagi dan dicelupkan ke dalam larutan penicilin dan diletakan pada cawan petri
yang sama dengan jarak tertentu, dilakukan hal yang sama untuk jenis
antibakteri yang lain. Kemudian di inkubasi pada suhu kamar selama 24 jam. Dan
diamati pertmbuhan yang terjadi serta diukur diameter daerah/zona bening yang
ditimbulkan.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Berdasarkan
praktikum pengaruh bahan antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri yang telah
dilakukan, diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengaruh Bahan Antimikroba
Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila dan
Bacilus sp.
Kelompok
|
Bakteri
|
Diameter Bahan Antimikroba (cm)
|
||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
||
7
|
Aeromonas hydrophila
|
-
|
-
|
3.6
|
2.6
|
-
|
Bacilus sp.
|
-
|
-
|
5.73
|
1.37
|
-
|
|
8
|
Aeromonas hydrophila
|
-
|
0.633
|
2.9
|
1.5
|
0.67
|
Bacilus sp.
|
-
|
0.7
|
4
|
0.967
|
-
|
|
9
|
Aeromonas hydrophila
|
-
|
1.26
|
3.93
|
2.23
|
-
|
Bacilus sp.
|
-
|
0.7
|
6.33
|
1.8
|
-
|
|
10
|
Aeromonas hydrophila
|
0.5
|
0.56
|
3.26
|
2.06
|
-
|
Bacilus sp.
|
0.5
|
1.63
|
4.5
|
1.26
|
-
|
|
11
|
Aeromonas hydrophila
|
0.76
|
0.8
|
5.167
|
2.6
|
-
|
Bacilus sp.
|
-
|
1.1
|
7.33
|
1.47
|
-
|
|
12
|
Aeromonas hydrophila
|
0.57
|
0.57
|
-
|
2.71
|
-
|
Bacilus sp.
|
-
|
0.6
|
4.67
|
1.47
|
0.57
|
Keterangan : A
= Alkohol 70%
B
= Bawang Putih 20 ppt
C
= Formalin 10 %
D
= Penisilin
E
= PBS
Berdasarkan
tabel 1 di atas, bahan antimikroba yang membentuk zona bening terbesar dan
menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas
hydrophila adalah formalin 10% yang diameternya sebesar 5.167 cm. Sedangkan
bahan antimikroba yang memebentuk zona bening dan menghambat pertumbuhan
bakteri Bacillus sp. adalah formalin
10% yang diameternya sebesar 7.33 cm.
3.2
Pembahasan
Antibakteri
merupakan bahan atau senyawa yang khusus digunakan oleh mikroorganisme untuk menghambat atau membunuh
mikroorganisme lain. Antibakteri dapat dibedakan
berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu antibakteri yang menghambat pertumbuhan
dinding sel, antibakteri yang mengakibatkan perubahan permeabilitas membran sel
atau menghambat pengangkutan aktif melalui membran sel, antibakteri yang
menghambat sintesis protein, dan antibakteri yang menghambat sintesis asam
nukleat sel. Aktivitas antibakteri dibagi menjadi 2 macam yaitu aktivitas
bakteriostatik (menghambat pertumbuhan tetapi tidak membunuh patogen) dan
aktivitas bakterisidal (dapat membunuh patogen dalam kisaran luas).
Antibakteri merupakan zat yang
mencegah terjadinya pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Anti bakteri dapat
dibagj kedalam dua kelompok berdasarkan
kemampuan zat tersebut untuk membersihkan bakteri atau residu yang dihasilkan.
Kelompok pertama adalah zat yang dapat bekerja secara cepat untuk membasmi bakteri,
namun dapat hilang dengan cepat (dengan cara penguapan atau dengan cara penguraian) dan tidak
meninggalkan residu aktif (dikenal sebagai zat yang menghasilkan residu).
Contoh zat-zat seperti ini seperti alkohol,
klorin, peroksida, dan aldehid. Kelompok kedua adalah zat yang memiliki
unsur-unsur jenis baru yang meninggalkan residu dalam jangka panjang di
permukaan sehingga dapat membasmi kuman dalam jangka panjang dan tindakan
pembasmian kuman dapat dilakukan dalam jangka panjang (dikenal sebagai zat yang
menimbulkan residu). Contoh-contoh umum dari kelompok ini adalah triclosan, triclocarbon,
dan benzalkonium khlorie.
Keefektifan penghambatan merupakan
salah satu kriteria pemilihan suatu senyawa
antimikroba untuk diaplikasikan sebagai bahan pengawet bahan pangan. Semakin kuat penghambatannya semakin efektif
digunakan. Kerusakan yang ditimbulkan komponen antimikroba dapat bersifat
mikrosidal (kerusakantetap) atau mikrostatik (kerusakan sementara yang dapat
kembali). Suatu komponen akan
bersifat mikrosidal atau mikrostatik tergantung pada konsentrasidan kultur yang
digunakan. Mekanisme penghambatan
mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapatdisebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain: gangguan pada
senyawa penyusun
dinding sel, peningkatan permeabilitas membran sel yang dapatmenyebabkan
kehilangan komponen penyusun sel, menginaktivasi enzim, dan destruksi atau kerusakan fungsi material genetik.
Mekanisme
pertama menggangu pembentukan dinding sel, mekanisme ini disebabkan karena adanya akumulasi komponen
lipofilat yang terdapat pada
dinding atau membran sel sehingga menyebabkan perubahan komposisi penyusun dinding sel. Terjadinya
akumulasi senyawa antimikroba dipengaruhi
oleh bentuk tak terdisosiasi. Mekanisme kedua bereaksi dengan
membran sel, komponen bioaktif dapat mengganggu dan
mempengaruhi integritas membran sitoplasma,
yang dapat mengakibatkan kebocoran materi intraseluler, seperti senyawa
phenol dapat
mengakibatkan lisis sel dan meyebabkan deaturasiprotein, menghambat pembentukan
protein sitoplasma dan asam nukleat, danmenghambat ikatan ATP-ase pada membran
sel. Mekanisme ketiga menginaktivasi enzim, mekanisme yang terjadi menunjukkan
bahwa kerja enzim akan terganggu dalam mempertahankan
kelangsungan aktivitas mikroba, sehingga mengakibatkan enzim akan memerlukan energi dalam jumlah besar untuk
mempertahankan kelangsungan
aktivitasnya. Akibatknya energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan menjadi berkurang sehingga aktivitas mikroba
menjadi terhambat atau jika
kondisi ini berlangsung lama akan mengakibatkan pertumbuhan mikroba terhenti (inaktif). Efek senyawa antimikroba dapat menghambat kerja enzim
jika mempunyai spesifitas
yang sama antara ikatan komplek yang menyusun struktur enzim dengan komponen senyawa antimikroba. Mekanisme keempat menginaktivasi fungsi material genetik, komponen bioaktif dapat mengganggu pembentukan asam nukleat
(RNA danDNA), menyebabkan terganggunya transfer informasi genetik yang
selanjutnya akan
menginaktivasi atau merusak materi genetik sehingga terganggunya proses pembelahan sel untuk pembiakan.
Ethanol atau
yang lebih dikenal luas sebagai alkohol merupakan salah satu contoh dari
senyawa non-esensial yang dikonsumsi oleh manusia. Makanan yang kita konsumsi
bukanlah sekedar kombinasi zat hidrat arang, lemak, protein, vitamin dan
mineral saja, tetapi ada ribuan senyawa lain yang terkandung dalam makanan dan
masuk ke tubuh kita, mekipun kadarnya sangat rendah. Senyawa-senyawa inilah
yang dikenal sebagai senyawa non-esensial. Alkohol sebagai disinfektan
mempunyai aktivitas bakterisida, bekerja terhadap berbagai jenis bakteri,
tetapi tidak terhadap virus dan jamur. Disamping memiliki efek bakterisidal,
alkohol juga merupakan pelarut organik yang dapat melarutkan lemak dan sebum
pada kulit tangan. Sehingga pada pemakaian yang lama dari alkohol dapat
meningkatkan kemungkinan kulit tangan terkena infeksi karena hilangnya lapisan
pelindung dari tangan. Pemakaian bahan antiseptik yang bebas alkohol misal:
bensalkonium klorida, klorheksidin, triklosan dapat mencegah terjadinya hal
tersebut.
Berdasarkan pengamatan, bahan antibakteri alkohol 70%
membentuk zona bening dengan diameter sekitar 0.5-1 cm dan mengambat
pertumbuhan bakteri bacillus sp. dan
bakteri Aeromonas hydrophila. Zona bening
terjadi kerena larutan alkohol mengandung banyak senyawa yang disinfektan terhadap aktivitas bakteri. Beberapa
senyawa yang terkandung dalam alkohol
adalah pinocembrin, terpenes, benzyl alkohol,
syringic acid, methyl
syringate, 1,4-dihydroxybenzene dan flavonoid. Mekanisme dan cara kerja senyawa fenol
sebagai zat antibakteri adalah dengan cara meracuni protoplasma, merusak dan menembus
dinding sel, serta mengendapkan protein sel mikroba. Komponen fenol juga dapat
mendenaturasi enzim yang bertanggung jawab terhadap germinasi spora atau
berpengaruh terhadap asam amino yang terlibat dalam proses germinasi. Senyawa
fenolik bermolekul besar mampu menginaktifkan enzim esensial di dalam sel
mikroba meskipun pada konsentrasi yang sangat rendah. Senyawa fenol mampu
memutuskan ikatan peptidoglikan saat menerobos dinding sel. Ikatan
peptidoglikan ini secara mekanis memberi kekuatan pada sel bakteri. Jenis bakteri yang digunakan dalam praktikum sebagai bakteri uji
adalah bakteri Gram negatif
dengan dinding sel terdapat peptidoglikan yang sedikit sekali dan berada
diantara selaput luar dan selaput dalam dinding sel. Dinding sel bakteri Gram
negatif mengandung fosfolipid, lipopolisakarida, dan lipoprotein. Menurut Naidu (2000) dalam
Yulianti (2009) dalam Lela
(2010) setelah menerobos dinding sel, senyawa
fenol akan menyebabkan kebocoran isi sel dengan cara merusak ikatan hidrofobik
komponen membran sel (seperti protein dan fosfolipida) serta larutnya
komponen-komponen yang berikatan secara hidrofobik yang berakibat meningkatnya
permeabilitas membran. Terjadinya kerusakan pada membran sel mengakibatkan
terhambatnya aktivitas dan biosintesis enzim-enzim spesifik yang diperlukan
dalam reaksi metabolisme.
Formalin adalah
nama dagang larutan formaldehida dalam air dengan kadar 36 – 40%, tidak
berwarna dan baunya sangat menusuk dan biasanya ditambah methanol hingga 15%
sebagai stabilisator. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah
diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehida 30, 20 dan 10%. Disamping
dalam bentuk cairan, formalin dapat diperoleh dalam bentuk tablet yang
masing-masing mempunyai berat 5 gram (Winarno, 2004 dalam Veteriner,
2009). Formaldehida pertama kali disintesis oleh
kimiawan Rusia Aleksander Butlerov pada tahun 1859 namun diidentifikasi lebih
lanjut oleh August Wilhelm von Hofmann pada tahun 1867. Formaldehida mudah
larut dalam air sampai kadar 55%, sangat reaktif dalam suasana alkalis serta
bersifat sebagai zat pereduksi kuat, mudah menguap karena titik didihnya yaitu -21°C (Veteriner, 2009).
Berdasarkan
pengamatan, bahan antibakteri formalin 10% dapat memebentuk zona bening
terbesar pada media tumbuh bakteri Bacillus
sp. dan bakteri Aeromonas hydrophila
yang masing-masing berdiameter 7.33 cm dan 5.167 cm. Formalin sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri karena formalin mengandung formaldehid
yang didalamnya terdapat unsur aldehida. Formaldehid
membunuh bakteri dengan
membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi (kekurangan air). Menurut Dewi (2010) unsur
aldehida didalamnya bersifat mudah bereaksi dengan protein, karena ketika dimasukan ke media, formalin akan
mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan hingga terus meresap ke
bagian dalam. Protein yang telah rusak, tidak akan digunakan bakteri untuk bermetabolisme dan menghasilkan energi, sehingga
tidak terjadi pertumbuhan bakteri kerena
sumber nutrien untuk tumbuh telah dirusak oleh antibiotik formalin.
Berdasarkan hasil pengamatan,
bahan antibakteri bawang putih dapat membentuk zona bening dengan diameter
sekitar 0.5-1.67 cm pada media tumbuh bakteri Aeromonas hydrophila dan Bacillus
sp. yang akhirnya menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Hal ini tidak sesuai
dengan pendapat Buana (2009) yang menyatakan bahwa konsentrasi
ekstrak bawang putih yang paling baik untuk menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas
hydrophila adalah pada konsentrasi 25%. Ekstrak bawang putih dijadikan bahan antimikroba yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri karena mengandung flavonoid, tannin, alkaloid, dan saponin. Bawang putih menunjukkan aktivitas antimikroba
(termasuk aktivitas antibakteri, antiviral, antifungi, antiprotozoa, dan
antiparasit). Allicin dianggap merupakan komponen bawang putih yang
penting dalam aktivitas antimikroba secara in vitro. Sejak tahun 1858, Louis
Pasteur telah menyatakan bahwa bawang putih mempunyai sifat
antibakteri (Admin, 2010). Kemampuan bawang putih sebagai
antibakteri juga didukung oleh penelitian Yamada dan
Azama (1977) dalam Admin (2010) yang
menyatakan bahwa selain bersifat antibakteri, bawang putih juga bersifat anti jamur. Kemampuan bawang putih ini berasal dari zat kimia yang terkandung di dalam umbi. Komponen kimia
tersebut adalah allicin. Allicin
berfungsi sebagai penghambat atau penghancur berbagai pertumbuhan jamur dan bakteri. Alkaloid dari ekstrak bawang putih
mengandung racun yang mampumenghambat pertumbuhan bakteri atau dapat
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis bila
terpapar oleh zat tersebut. Selanjutnya tannin yang juga terkandung dalam ekstrak akan mengganggu sel bakteri dalam
penyerapan protein oleh cairan sel.
Hal ini dapat terjadi karena tannin menghambat proteolitik yang berperan menguraikan protein menjadi asam amino
(Harborne, 1996 dalam Admin, 2010).
Berdasarkan hasil pengamatan, bahan
antimikroba penicilin 20 ppt dapat membentuk zona bening dengan diameter
sekitar 0.9-2.7 cm pada media tumbuh bakteri Bacillus sp. dan Aeromonas
hydrophila. Konsentrasi ini kurang efektif dalam menghambat pertumbuhan
bakteri karena konsentrasinya terlalu sedikit, pernyataan ini dibuktikan dengan
kecilnya ukuran diameter zona bening yang terbentuk. Hasil pengamatan tidak
sesuai dengan pendapat Satiawihardja (2000) yang menyatakan bahwa bahan
antimikroba penicilin pada konsentrasi
100 g/L yang efektif dan berpengaruh positif pada bakteri tersebut sehingga dapat dihasilkan lisin yang lebih besar dari kontrol. Antimikroba penicillin dapat
menghambat pertumbuhan bakteri karena mengandung cincin β-laktam dengan struktur cincin
heteroatom, yang terdiri dari tiga atam carbon dan satu atom nitrogen.Cincin
β-laktam merupakan bagian struktur dari beberapa famili antibiotik, terutama penicillin. Menurut
Necel (2010) mekanisme
kerja cincin β-laktam pertama
melekat
pada protein dan mengikat
penisilin yang spesifik (PBPs) yang berlaku sebagai obat reseptor pada bakteri, selanjutnya menghambat
sintesis dinding sel dengan menghambat transpeptidase dari peptidoglikan, dan yang
terakhir mengaktifkan enzim autolitik di dalam dinding
sel, yang menghasilkan kerusakan sehingga akibatnya bakteri mati.
Dari berbagai macan
bahan yang diujikan, antimikroba yang paling berperan dalam menghambat
pertumbuhan bakteri adalah formalin 10% kerena bakteri sangat sensitif dengan
senyawa formaldehid yang terkandung didalamnya. Bahan ini sangat efektif jika
digunakan dalam budidaya kerena termasuk zat yang dapat bekerja secara cepat untuk membasmi bakteri,
dapat hilang dengan cepat (dengan cara penguapan atau dengan cara penguraian) dan tidak
meninggalkan residu aktif (dikenal sebagai zat yang menghasilkan residu) sehingga selain
menghemat biaya, juga efisien terhadap waktu dan tenaga. Namun, bahan ini
sebaiknya digunakan pada saat persiapan kegiatan budidaya kerena jika digunakan
pada saat kegiatan budidaya tengah berlangsung maka yang akan terjadi bukan
hanya bakteri atau fungi yang mati tetapi ikan yang dibudidayakan juga akuan
ikut teracuni. Jadi penggunaan serta dosis yang tepat sangat mempengaruhi
proses pembasmian. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan situasi dan kondisi
yang terjadi supaya tidak terjadi kerugian selama proses produksi. Penggunaan bahan-bahan antimikroba dalam dunia
akuakultur adalah untuk menghindari penyakit yang disebabkan oleh
bakteri-bakteri yang merugikan dan juga untuk menyembuhkan jika sudah terserang
penyakit akibat bakteri. Karena penyebaran penyakit akibat bakteri dalam
perairan sangat cepat, oleh karena itu penanggulangannya harus cepat diatasi
I.
KESIMPULAN
DAN SARAN
1.1
Kesimpulan
Antimikroba
yang paling berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri adalah formalin 10%
kerena bakteri sangat sensitif dengan senyawa formaldehid yang terkandung
didalamnya. Bahan ini sangat efektif jika digunakan dalam budidaya dibanding
bahan antimikroba yang lain, kerena termasuk zat
yang dapat bekerja secara cepat
untuk
membasmi bakteri, dapat hilang dengan cepat (dengan cara penguapan atau dengan
cara penguraian)
dan tidak meninggalkan residu aktif (dikenal sebagai zat yang menghasilkan
residu) sehingga selain menghemat biaya, juga efisien
terhadap waktu dan tenaga.
1.2
Saran
Pada
praktikum selanjutnya diharapkan bakteri-bakteri yang diuji viabilitasnya
terhadap bahan antimikroba agar diperbanyak jenisnya. Hal ini dikarenakan
sangat banyak bakteri-bakteri yang hidup pada lingkungan budidaya.
DAFTAR PUSTAKA
Admin.
2010. Mikroba dan antibiotik dari tumbuhan [terhubung berkala] http://www.scribd.com/doc/48563603/Antimikroba-dari-Tumbuhan (19 Mei 2011).
Buana, R.
2009. Bawang putih sebagai antimikroba [terhubung berkala] http://www.sith.itb.ac.id/abstract/s1/2009_S1_Rika.Fithri.NBDayaAntibakteriEkstrakBawangPutihAlliumSativumDalamMenghambatPertumbuhanStaphylococcusAureusDanEscherichiaColiPadaDagingSapi.pdf. (19 Mei 2011).
Dewi,
FK. 2010. Aktivetas antibakteri akstrak etanol buah mengkudu terhadap bekteri
pembusuk daging segar [terhubung berkala] http://eprints.uns.ac.id/388/1/169682309201001141.pdf (19 Mei 2011).
Lela,
FH. 2010. Aktivitas antibakteri berbagai jenis madu lebah hutan terhadap mikroba pembusuk pada daging segar [terhubung berkala] http://eprints.uns.ac.id/526/1/170552511201011471.pdf (19 Mei 2011).
Necel, F. 2010. Antimikroba golongan
penicilin, chephalosporin, dan vancomycin [terhubung berkala] http://www.scribd.com/doc/13095489/Anti-Mikroba-Golongan-Penicillin-Cephalosporin-Dan-Vancomycin
(19 Mei 2011).
Satiawihardja, B. 2000. Pengaruh penambahan
antibiotika biosinteis 1-lisin oleh Brevibacterum lactofermentium BL-1M76 di
dalam medium molase [terhubungberkala]http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/9505/Budiatman_Satiawihardja_Pengaruh_penambahan.pdf?sequence=1(19 Mei 2011).
Veteriner.
2009. Senyawa-senyawa antibakterial [terhubung berkala] http://duniaveteriner.com/2009/06/studi-literatur-senyawa-senyawa-anti-bakterial/print (19 Mei 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu