9 Maret 2012

Pewarnaan Gram Negatif dan Positif Bakteri

PEWARNAAN GRAM BAKTERI
Ita Apriani
C14090019

1.1     Latar belakang
        Teknik pewarnaan Gram dikembangkan oleh Hans Christian Gram (dokter berkebangsaan Denmark, 1884). Pewarnaan Gram merupakan salah satu langkah awal untuk mengidentifikasi sel bakteri. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri gram positif dan gram negatif yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap suatu pewarnaan. Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri itu tidak berwarna, transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi. Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna (Purnomo, 2005).

        Teknik pewarnaan gram dapat menghasilkan warna merah muda dan ungu. Bakteri Gram negatif ditandai dengan pewarnaan merah muda sedangkan yang bakteri Gram positif berwarna ungu. Reaksi dan  sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya.

1.2     Tujuan
            Tujuan praktikum ini adalah Mengenal dan mempelajari prosedur pewarnaan Gram, serta memahami pentingnya setiap langkah dalam prosedur tersebut

II.          METODOLOGI

1.1     Waktu dan Tempat
         Praktikum pewarnaan Gram dilakukan pada hari Rabu , 23 Maret 2011 pada pukul 07.00-10.00 WIB bertempat di Laboraturium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

1.2     Alat dan Bahan
        Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pewarnaan gram kali ini yaitu jarum ose, botol semprot isi alkohol 70%, mikroskop, pipet tetes, tissue, gelas objek,  korek api, bunsen, larutan kristal violet, alkohol 70%, alkohol 90%, larutan kalium iodide, akuades dan  larutan safranin.

1.3     Prosedur Kerja
            Alat-alat seperti meja, kaca objek, serta tangan harus disterilisasi dengan alkohol 70%. Setelah steril, tetesi kaca objek dengan larutan akuades sebanyak 1 tetes. Kemudian jarum ose dipanaskan dan langsung didinginkan sebentar agar saat pengambilan kultur cair, bakteri yang diambil tidak mati karena panas dari jarum ose tersebut. Jarum ose dicelupkan kedalam kultur cair yang berkodekan C, D dan F. Kemudian, kultur cair yang menempel pada jarum ose segera diletakkan dan diratakan pada kaca objek yang telah ditetesi 1 tetes akuades yang berada di kaca objek hingga tipis dan diratakan tetapi tidak terlalu luas. Setelah itu gelas objek difiksasi dengan menggunakan pembakar Bunsen dengan cara diletakan pada jarak 10 cm dari pusat api kemudian digoyang-goyangkan hingga kultur cair yang ada di atas kaca objek menguap dan hanya meninggalkan plak (preparasi). Setelah itu larutan kristal violet diteteskan sebanyak 2-3 tetes pada olesan bakteri tersebut dan didiamkan selama 1 menit. Kemudian olesan preparat dibilas dengan akuades lalu dikering-anginkan hingga kering. Kemudian larutan kalium iodida diteteskan sebanyak 1 tetes olesan preparat tadi dan didiamkan selama 1 menit. Setelah satu menit kaca objek dibilas dengan akuades dan dikering-anginkan lagi hingga kering. Setelah kering, olesan preparat ditetesi 2-3 tetes alkohol 95% dan didiamkan selama 30 detik kemudian dibilas lagi dengan akuades dan dikeringanginkan hingga kering lagi. Setelah kering, olesan preparat tersebut ditetesi 2-3 tetes larutan safranin dan didiamkan selama 30 detik kemudian preparat olesan kembali dibilas dengan akuades dan dianginkan hingga kering. Pada tahap yang terakhir, preparat olesan  diberi minyak emersi lalu diamati dengan mikroskop.

III.          HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1     Hasil
Berikut adalah tabel hasil pengamatan praktikum pewarnaan Gram pada preparat isolate C, D dan F.
Tabel 1. Hasil pengamatan pewarnaan Gram pada preparat isolate (C, D dan F)
Kode Isolate
Gambar
Warna
Bentuk
Penataan
Tipe gram
C

Merah muda
coccus
Berkoloni
Negatif
D

Merah muda
coccus
diplokokus
Negatif
F

Ungu dan merah muda
Ungu:coccus
Merah:Batang
Ungu:berkoloni
Merah:berkoloni
Negatif dan positif
        Berdasarkan tabel 1 di atas, kode isolat C memiliki warna merah muda, beebentuk kokus, penataannya berkoloni dan termasuk tipe bakteri gram negatif. Kode isolat D memiliki warna merah muda, berbentuk kokus, penataannya diplokokus dan termasuk tipe bakteri gram negatif. Sedangkan kode isolat F memiliki warna merah muda dan ungu, berbentuk kokus dan batang, penataannya berkoloni dan termasuk tipe gram negatif dan gram positif kerana terdapat dua jenis bakteri dalam isolat.

1.2     Pembahasan
         Perbedaan antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada lapisan dinding selnya. Pada bakteri gram positif, dinding selnya sebagian besar terdiri atas peptidoglikan sehingga akan menghasilkan warna ungu pada pewarnaan gram. Sedangkan bakteri gram negatif, dinding selnya sebagian besar terdiri atas lipid/lemak dan kadar peptidoglikan sangat rendah sehingga akan menghasilkan warna merah pada pewarnaan gram. Perbedaan bakteri gram positif dan negatif apabila dilihat di bawah mikroskop adalah warna yang dihasilkan bakteri. Bakteri gram positif menyerap warna ungu sedangkan pada bakteri gram negatif menyerap warna merah dari pewarna safranin. Menurut Wahyuni (2011) pada bakteri gram positif, larutan ungu kristal membuat sel berwarna ungu. Saat penetesan larutan iodium, kompleks ungu kristal-iodium terbentuk di dalam sel. Dinding sel mengalami dehidrasi, pori-pori mengecil, dan membran menurun akibat penetesan alkohol. Kompleks ungu kristal-iodium tidak dapat keluar dari sel, sehingga saat penetesan safranin sel tetap berwarna ungu.
         Menurut Pelczar dan Chan (1986) dalam Wahyuni (2011) bentuk-bentuk dasar bakteri terdiri atas bentuk bulat (coccus), batang (basil), dan spiral (spirilia). Penataan bakteri jenis coccus terdiri dari monococcus (sel bakteri kokus tunggal), diplococcus (dua sel bakteri kokus berdempetan), tetracoccus (empat sel bakteri kokus berdempetan berbentuk segi empat), sarkina (delapan sel bakteri kokus berdempetan membentuk kubus), streptococcus (lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan membentuk rantai), dan stapilococcus (lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan seperti buah anggur). Penataan bakteri jenis basil terdiri dari monobasil (sel bakteri basil tunggal), diplobasil (dua sel bakteri basil berdempetan, dan streptobasil (beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk rantai). Sedangkan penataan bakteri jenis spirilia diantaranya spiral (bentuk sel bergelombang), spiroseta (bentuk sel seperti sekrup), dan vibrio (bentuk sel seperti tanda baca koma).

            Pada isolate F dapat kita lihat bahwa bakteri berbentuk batang, berwarna merah muda yang berarti bakteri tersebut termasuk Gram negatif dengan pola penataannya berkoloni. Dari ciri-ciri tersebut dugaan sementara bakteri pada preparat olesan tersebut adalah bakteri  Escherichia coli . hal ini sesuai dengan Wahyuni (2011) yang menyatakan bahwa bakteri E. coli mempunyai bentuk sel batang. Diameter koloni 1,1-1,5 x 2-6 μm. koloni muncul di atas permukaan media NA. koloni bakteri berwarna putih susu dan termasuk ke dalam bakteri gram negatif. Sedangkan tanda-tanda yang menunjukkan adanya bakteri Gram positif yang berwarna ungu dengan bentuk coccus dengan pola penataanya berkoloni. Warna ungu menandakan bahwa isolat tersebut merupakan bakteri gram positif, Menurut Austin (1999) dalam Puspitasari (2003) selama penambahan alkohol dinding sel akan terhidrasi dan pori-pori mengecil sehingga permeabilitas dinding sel berkurang. Akibatnya kompleks kristal violet-yodium tidak terekstrak keluar dan tetap berwarna ungu. Berdasarkan ciri-ciri diatas dugaan sementara bakteri yang terdapat pada preparat olesan adalah Staphylococcus sp. Hal ini sesuai dengan Wahyuni (2011) bahwa bentuk sel Staphylococcus sp bulat. Dimeter koloni 0,5-1,5 μm. koloni muncul di atas permukaan media NA. koloni berwarna putih. Permukaan koloni mengkilat dan termasuk ke dalam bakteri gram positif.
            Sedangkan pada kode isolat C yang merupakan bakteri berbentuk Coccus, berwarna merah muda yang berarti bakteri tersebut termasuk Gram negatif dengan pola penataannya berkoloni.. Dari ciri-ciri di atas dugaan sementara bakteri pada preparat olesan tersebut adalah bakteri Pseudomonas sp. Hal ini sesuai dengan Wahyuni (2011) bahwa bentuk selnya bulat, diameter koloni 0,5-0,8 μm. koloni muncul di atas permukaan media NA. Koloni bakteri berwarna kuning, permukaan koloni mengkilat termasuk ke dalam bakteri gram negatif.
            Sedangkan pada kode isolat D yang merupakan bakteri berbentuk Coccus, berwarna merah muda yang berarti bakteri tersebut termasuk Gram negatif dengan pola penataannya diplokokus. Dari ciri-ciri di atas dugaan sementara bakteri pada preparat olesan tersebut adalah bakteri Corynebacterium diptheri. Menurut Pelczar & Chan (1986) dalam Wahyuni (2011) gram negatif  pada saat ditetesi alkohol, preparat olesan akan mengalami ekstraksi lipid dari dinding sel, pori-pori mengembang, kompleks ungu kristal-iodium ke luar dari sel, dan sel menjadi tak berwarna. Pada saat ditetesi safranin sel menyerap zat pewarna dan menjadi merah.

IV.          KESIMPULAN DAN SARAN

1.1     Kesimpulan
        Bakteri dapat digolongkan menjadi dua sifat yaitu sebagai bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif ditandai dengan terbentuknya pigmen ungu seperti pada pengamatan pada isolat berkode F sedangkan bakteri gram negatif ditandai dengan terbentuknya warna merah muda seperti pada pengamatan isolat berkode C, D dan F. Bakteri yang teramati memiliki keanekaragaman bentuk yang berupa batangan (basil) dan bulat (kokus). Diamping itu, keanekaragaman juga terdapat dalam hal penataan seperti diplokokus, dan berkoloni. Dengan demikian bakteri-bakteri tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan sifatnya dengan menggunakan teknik pewarnaan Gram.

1.2     Saran
        Semoga praktikum tentang dasar-dasar mikrobioloogi kedepannya dapat dilakukan lebih teliti lagi oleh para praktikan dengan mendapatkan pengarahan yang lebih baik lagi dari asisten meja masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA


Purnomo, B. 2005. Tipe Penataan Bakteri [terhubung berkala] http://www.geocities.ws/bpurnomo51/mik_files/mik3.pdf.   [29 Maret 2011]

Puspitasari, FB. 2003. Identifikasi dan Uji Postulat Koch Cendawan Penyebab Penyakit pada Gurami. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Wahyuni, I. 2011. Tipe Panataan Bakteri. [terhubung berkala] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21773/1/Appendix.pdf.   [28 Maret 2011].




2 komentar:

  1. The 550d of Rim mау be thе blacκberry's largest obstacle to surmount if they are there to ruin your day, you can easily deliver messages and information to your smartphones.

    Feel free to surf to my weblog; http://cuongnguyen.net/projectsocial/groups/phones-blackberry-rarely/

    BalasHapus
  2. Αttгactiѵe component of content.

    Ι simply stumbleԁ upon your blog and in accession cаpital to say
    that I acquire in fаct enjoyed account your blog pοstѕ.
    Anyway I'll be subscribing for your feeds or even I fulfillment you access constantly rapidly.

    my page: faming

    BalasHapus

silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu