PENCEGAHAN PROSES KEMUNDURAN MUTU IKAN
DENGAN CARA PENGASINAN
Ita Apriani
C14090019
1.1
Latar
Belakang
Lautan
Indonesia merupakan karunia yang tidak ternilai harganya, dimana terkandung
kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Salah satu kekayaan laut
itu adalah ikan yang terdiri dari berbagai macam spesies. Ikan merupakan salah
satu komoditas penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani (
Rismawaty 2002).
Peranan
sektor perikanan diharapkan dapat menjadi salah satu sumber devisa negara
karena Indonesia memiliki potensi perikanan yang besar. Pada tahun 1998
produksi perikanan di Indonesia sebesar 4.579.766 ton yang terdiri dari
produksi perikanan laut sebesar 3.612.961 ton dan produksi perikanan darat
sebesar 966.805 ton. Di Indonesia perikanan disajikan dalam dua bentuk yaitu
segar dan olahan. Dari jumlah tersebut sejumlah 3.076.808 ton dipasarkan segar
dan 457.406 ton diolah secara tradisional, terutama dalam bentuk produk ikan
asin (Direktorat Jendral Perikanan 1999 dalam
Rismawanty 2002)
.
Sebagai
sumber zat gizi terutama protein, kedudukan ikan sangat penting karena
mengandung komponen yang diperlukan oleh tubuh. Selain memiliki keunggulan,
ikan tergolong bahan pangan yang cepat rusak, sebagai akibat dari aktivitas
mikroba, aktivitas enzim dan perubahan kimia lainnya. Penurunan mutu pada suhu
kamar sejak ikan ditangkap atau dipanen hingga dinyatakan tidak layak untuk
dikonsumsi hanya berlangsung dalam beberapa jam, sehinggga harus dilakukan
penanganan yang tepat dan cepat untuk memperhatikan kesegaran ikan dan
menghambat laju proses penurunan mutu. Hal ini dilakukan agar dihasilkan produk
olahan yang berkualitas. Salah satu cara untuk menghambat aktivitas tersebut adalah
dengan pendinginan melalui pemberian es untuk ikan segar dan
penggaraman/pengeringan untuk ikan pengolahan (Rismawanty 2002).
1.2
Tujuan
Praktikun ini bertujuan mempelajari teknik hasil olahan produk perikanan dengan cara
pengasinan meliputi pembersihan, pengolahan, pengemasan hingga pendistribusian
ke pasar-pasar lokal maupun luar daerah.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Biologi
Ikan
Pengasinan merupakan suatu
cara pengolahan ikan dengan hasil produk berupa ikan asin. Cara ini telah umum
dilakukan dengan tujuan agar ikan lebih awet atau tahan lama. Menurut Huss
(1994) dalam Resmiati (2003),
pengasinan adalah suatu proses pengolahan ikan dengan cara memberikan garam
sehingga mempunyai kandungan garam sangat tinggi (NaCl yang jenuh pada fase
masih mengandung air) yang kemudian dikeringkan. Cara pengolahan tersebut telah
lama dilakukan untuk beraneka ragam spesies ikan. Salah satu spesies ikan
sering dibuat menjadi ikan asin adalah ikan lemuru dan kuniran. Ikan
Kuniran termasuk
salah satu sumberdaya perikanan yang menjadi spesies sasaran pada kegiatan
perikanan demersal dengan alat tangkap cantrang (Kuncoro 2010).
Berikut ini adalah
jenis-jenis ikan yang digunakan dalam pengasinan :
1.
Biologi
ikan lemuru (Sardinella longiceps)
Ikan
lemuru memiliki panjang mksimum 23 cm SL jantan. Ikan ini termasuk ikan
pelagis-neritik pada laut kisaran kedalaman 20-200 m. distribusi ikan lemuru di
daerah Samudra, pada bagian utara dan barat hanya terdapat di Teluk Aden, Teluk
Oman.
Ikan
lemuru (Sardinella longiceps) adalh
jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting. Jenis ikan ini merupakan
salah satu sumberdaya ikan yang sangat penting karena potensinya cukup besar
dan mempunyai prospek pemanfaatan yang baik. Dalam pemanfaatannya, ikan lemuru
dapat diolah menjadi ikan lemuru kaleng, ikan pindang, ikan asin, dan limbahnya
dapat diolah menjadi tepung ikan.ikan lemuru juga dapat digunakan sebagai
umpan. Ikan lemuru adalah ikan berlemak karena kandungan lemaknya relative
tinggi pada saat tertentu dan bervariasi dari tahun ketahun. Lemak ikan lemuru
mengandung cukup banyak asam-asam lemak polienat penting yang dianggap
bermanfaat untuk mencegah penyakit jantung koroner (Moeljanto 1988).
2.
Biologi
ikan Kuniran (Uphenus sulphureus)
Ikan
kuniran (Uphenus sulphureus) merupakan
jenis ikan yang memiliki bentuk badan memanjang sedang, pipih samping dengan
penampang melintan g bagian depan punggung, serta ukuran tubuhnya yang mencapai
20 cm.
Ikan
Kuniran (Uphenus sulphureus) adalah
ikan yang hidup di perairan pantai sampai kedalaman 40 m. Ikan ini biasa
menyendiri, terkadang membetuk gerombol, makanannya binatang-binatang yang
hidup di dasar, panjangnya bisa mencapai 28 cm tapi umumnya 20 cm. ikan kuniran
tergolong ikan domersal, penangkapan ikan ini dengan menggunakan trowl,
cantrang, dan sejenisnya. Pemasaran ikan ini dalam bentuk segar atau
asin-kering. Kelebihan ikan ini adalah harganya yang murah dan daerah
penyebarannya di perairan pantai, persebarannya di seluruh Indonesia dan
perairan Indo-Pasifik lainnya (Juliandika 2010).
3.
Ikan
Selar Kuning (Selaroides leptolepis)
Selar kuning, Selaroides leptolepis (Carangidae), hidup bergerombol di perairan pantai, panjang ikan dapat mencapai
20 cm, umumnya 15 cm. Termasuk ikan buas, pemakan ikan kecil dan udang-udang
kecil, penangkapan dengan payang, purse seine, sero, jaring insang, dipasarkan
dalam bentuk segar, asin-kering, asin-rebus, harga sedang. Daerah penyebaran;
daerah pantai seluruh Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai
laut Cina Selatan. Ke selatan meliputi perairan tropis Australia (Anonim, 2010).
Ikan
Selar Kuning (Selaroides leptolepis)
memiliki bentuk tubuh lebih kecil. Panjang tubuh ikan ini sampai dengan 16 cm.
Jenis ikan ini ditandai dengan garis lebar berwarna kuning dari mata sampai
ekor. Sirip punggung ikan selar terpisah dengan jelas, bagian depan disokong
oleh jari-jari keras dan banyak jari-jari lunak. Sirip ekor berbentuk cagak
dengan lekukan yang dalam. Sirip perut terletak di bawah sirip dada. Ikan selar
termasuk ikan laut perenang cepat dan kuat. Daerah penyebaran ikan ini adalah
semua laut di daerah tropis dan semua
lautan Indopasifik, ikan ini banyak tertangkapi di perairan pantai serta hidup
berkelompok sampai kedalaman 80 m, ikan selar ini banyak tersebar di beberapa
daerah misalnya, Batu putih, Kema, Belang (Djuhanda 1981).
III.
METODOLOGI
3.1
Waktu
dan Tempat
Studi lapang ini di laksanakan pada hari Sabtu tanggal
5 Maret 2011 di pengolahan ikan asin, kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa
Barat.
3.2
Prosedur
Pengolahan
Pengolahan ikan asin merupakan cara pengawetan ikan
secara tradisional yang bertujuan mempertahankan mutu ikan selama mungkin
dengan cara menghambat atau menghentikan proses kemunduran mutu dengan
mengurangi kadar air dan menciptakan perubahan-perubahan tertentu pada produk.
Bahan baku diperoleh dari tempat pelelangan ikan dengan harga Rp
50.000,-/bakul. Sedangkan proses produksi secara komersial yang dilakukan dalam
pembuatan ikan asin dimulai dari tahap pemotongan kepala sampai pengemasan dan
penyimpanan.
3.2.1
Pembersihan Jeroan
Pembersihan jeroan dilakukan agar ikan lebih tahan
lama dan penampilan ikan lebih menarik. Cara pembersihan jeroan dilakukan
dengan meletakan ikan di atas talenan, kemudian diiris tepat di bagian perut kemudian
dikeluarkan dengan menggunakan pisau yang dipakai.
3.2.2
Penggaraman
Setelah pembersihan lalu ikan dicuci kemudian ikan
digarami dan dimasukan ke dalam bak penggaraman. Bagian-bagian tubuh yang
dibelah ditaburi garam. Konsentrasi garam yang digunakan adalah untuk ikan
ukuran kecil diberikan garam sekitar 15-20% sedangkan ikan untuk ukuran besar
dibri garam sekitar 20-30% dari berat ikan. Cara penggaramannya adalah ikan
disusun dalam bak penggaraman dan diberi lapisan garam secukupnya. Setiap
pelapisan ikan diberi garam dan lapisan paling atas juga diberi garam
secukupnya. Kemudiian bak penggaraman ditutup rapat dan diikan dengan tali.
Lama penggaraman berkisar antara 1- 2 hari.
3.2.3
Pencucian
Pencucian
dilakukan setelah proses penggaraman selesai. Caranya adalah dengan memasukan
ikan ke dalam bakul kemudian dimasukan ke dalam air bersih dan dibilas secara
berulang-ulang sampai kotoran, darah, dan garam yang menempel pada tubuh ikan
hilang. Pada proses pencucian ikan hanya dibersihkan dengan air bersih tanpa
menggunakan bahan kimia lainnya.
3.2.4
Pengeringan
Pengeringan
adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan yang memerlukan
energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan
bahan yang dikeringkan oleh media pengering biasanya berupa panas. Pengeringan
secara tradisional dilakukan di bawah terik matahari selama 2 hari dengan
intensitas penyinaran maksimum.
3.2.5
Pengemasan dan Penyimpanan
Setelah ikan diangkat dari pengeringan, ikan
diangin-anginkan. Setelah ikan benar-benar kering kemudian di masukan dalam
kemasan yang terdiri dari kardus yang telah dilapisi kertas semen. Ikan disusun
berlapis-lapis kedalam kardus yang telah dilapisi kertas semen kemudian diikat
dengan tali rapia dan siap untuk dipasarkan.
IV.
PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Berukut ini adalah gambar pengolahan dan hasil
pengasinan ikan Lemuru, ikan Selar kuning, dan ikan Kuniran.
Gambar 4. Produk Akhir Hasil Pengolahan Ikan Dengan
Cara Pengasinan.
Sumber : Tim Studi Lapang
4.2
Pembahasan
Pemilihan
komoditas ikan untuk diasinkan dalam hal ini ikan lemuru, ikan selar kuning,
dan ikan kuniran disesuaikan dengan selera konsumen. Komoditas ikan-ikan ini
dijadikan ikan asin karena banyak diminati masyarakat, selain rasa dagingnya
yang enak juga ikan-ikan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan kadar
lemak yang rendah serta harga jual yang relatif tinggi di pasaran. Selain itu,
ketersediaan ikan-ikan ini juga merupakan hasil tangkapan sampingan para
nelayan sehingga pemanfaatannya selah satunya dengan menjadikan produk berupa
ikan asin dapat menaikkan nilai tambah untuk ikan-ikan hasil tangkapan
sampingan yang biasanya dibuang ketika di laut karena tidak dibutuhkan.
Komposisi ikan lemuru, ikan selar kuning, dan ikan kuniran dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1.
Komposisi ikan Lemuru (Sardinella
longiceps)
Komposisi
Kimia
|
Jumlah (%)
|
1. Ikan Lemuru (Sardinella
longiceps)
Kadar air
Kadar abu
Kadar protein
Kadar lemak
2. Ikan Kuniran (Upeneus
selphureus)
Kadar air
Kadar abu
Kadar protein
Kadar lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
3. Ikan Selar kuning (Caranx leptolepis)
Kadar air
Kadar abu
Kadar protein
Kadar lemak
Kalsium
Fosfor
|
74,1 - 80,1
0,7 - 1,4
11,7 - 20,2
0,2 - 2,9
69,8 – 78, 3
0,6 – 1,5
14,3 – 19,1
1,2 – 2,8
0,4 – 0,7
13,0 – 80,2
138,2 – 375, 3
mg
73,2 – 81,3
1,3 – 1,8
15,1 – 19,3
0,3 – 2,1
11, 4 – 84,2
mg
130,0 – 355,2
mg
|
Berdasarkan
tabel 1 di atas, kadar protein ikan Lemuru berada pada kisaran 11,7 – 20,2 %,
sedangkan ikan Kuniran berada pada kisaran 14,3 – 19,1 % dan ikan Selar kuning
berada pada kisaran 15,1 – 19,3 %.
Dibandingkan
dengan kadar protein normal ikan, kadar ikan Lemuru, ikan Selar kuning, dan
ikan Kuniran termasuk ikan yang memiliki kadar protein cukup tinggi. Pada
umumnya, kadar protein normal ikan adalah antara 8 – 20 % (Saputra 2008).
Metode pengasinan merupakan salah satu metode penanganan produk hasil laut yang
mudah dan murah sehingga masyarakat sekitar pantai banyak yang melakukan
kegiatan pengasinan ikan ini. Berikut
ini adalah tabel macam-macam metode penganganan produk hasil laut yang biasa
dilakukan:
Tabel 2. Jenis Pengawetan Produk Hasil Laut
Jenis Pengawetan
|
Keterangan
|
1. Pengasapan
- Penggaraman
- Pengeringan
-
Pemanasan
-
Pengasapan
2. Penggaraman
-
Penggaraman kering
-
Penggaraman kedap air
3. Pemidangan
-
Pemidangan garam
-
Pemidangan air garam
|
Dilakukan dengan cara penggaraman kering dan penggaraman basah.
Penggaraman menyebabkan daging ikan menjadi lebih kompak, karena garam
menarik air dan menggumpalkan protein dalam daging ikan. Pada konsentrasi
tertentu,garam dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Disamping itu garam juga
menyebabkan daging ikan menjadi enak.
Dimasukkan ke dalam kamar asap yang berisi asap panas hasil
pembakaran. Pemanasan secara tidak langsung menyebabkan terjadinya penguapan
air pada daging ikan, sehingga permukaan air dan dagingnya mengalami
pengeringan. Hal ini akan memberikan efek pengawetan karena bakteri-bakteri
pembusuk lebih aktif pada produk-produk berair.
Dilakukan den cara pengasapan panas atau dingin. Suhu yang tinggi
dapat menghentikan aktifitas enzim-enzim yang tidak diinginkan, menggumpalkan
protein ikan dan menguapkan sebagian air dari dalam jaringan daging ikan.
Jadi disini ikan selain diasapi juga terpanggang sehingga dapat langsung
dimakan.
Dilakukan dengan diasapi di atas tungku. Mengawetkan dan memberi
warna serta rasa spesifik pada ikan. Asap sendiri daya pengawetnya sangat
terbatas (yang tergantung kepada lama dan ketebalan asap), sehingga agar ikan
dapat tahan lama, pengasapan harus dikombinasikan dengan cara-cara pengawetan
lainnya
Menggunakan garam kering. Ikan
disiangi lalu dilumuri garam dan disusun secara berlapis-lapis dengan garam.Penggaraman basah (brine salting)
dengan menggunakan larutan garam jenuh. Ikan ditumpuk dalam bejana/wadah
kedap air lalu diisi dengan larutan garam.
Menggunakan garam kering. Ikan
disiangi lalu dilumuri garam dan disusun secara berlapis-lapis dengan garam.Penggaraman basah (brine salting)
dengan menggunakan larutan garam jenuh. Ikan ditumpuk dalam bejana/wadah yang
digunakan tidak kedap air, maka larutan/cairan garam yang terbentuk akan
langsung mengalir ke bawah dan dibuang.
Lapisan ikan yang digarami dengan garam kering, disusun
berlapis-lapis di dalam wadah yang terbuat dari plat logam, pendil atau paso
tanah (belanja tanah) atau lainnya. Kemudian direbus dalam jangka waktu yang
cukup lama (sekitar 4 – 6 jam), cairan perebus kemudian dibuang melalui
lubang kecil bagian bawah wadah atau ditiriskan. Pada lapisan atas ditutup
dengan selembar kertas dan di atas permukaan kertas ini disebarkan merata
selapis garam.
ikan ditaburi garam disusun diatas keranjang atau rak bambu disebut
“naya”. Beberapa naya diisi ikan dan disusun vertikal pada suatu kerangka
lalu dicelupkan kedalam air garam mendidih di dalam wadah yang terbuka dan
lama pembuatan relatif jauh lebih singkat daripada teknik pemindangan garam.
Setelah proses perebusan selesai, wadah di mana ikan tersusun diangkat,
kemudian direndam atau disiram dan didinginkan untuk siap didistribusikan dan
dipisahkan.
|
V. KESIMPULAN
4.3
Kesimpulan
Penanganan hasil tangkapan sampingan dengan cara
pengasinan merupakan cara yang umum digunakan oleh masyarakat sekitar pantai
karena metodenya yang mudah dan murah. Ikan Lemuru, ikan Kuniran, dan ikan
Selar kuning memiliki kandungan protein dengan kisaran yang tinggi sehingga
baik untuk dimakan.
4.4
Saran
Lembaga pemerintah seperti KUD seharusnya bisa lebih
mendukung kegiatan ini dengan cara menyaurkan modal dan pemasaran kepada
masyarakat agar lebih maju.
DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro, E. 2010.Ikan Kuniran
[terhubung berkala] http: //eprints .undip. ac.id/ 16930/ [25 Maret 2011].
Azhar, I. 1992. Beberapa Aspek Biologi dan Karakteristik Tubuh Ikan
Kuniran (Apeneus tragula) di Perairan
Muara Kamal, Jakarta Utara [terhubung berkala]http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40097/C92IAZ.pdf?sequence=1 [25 Maret 2011].
Buyung, M. 2007.
Teknologi Pengawatan Ikan dengan Cara Pengasapan [terhubung berkala] http://bisnisukm.com/teknologii-pengawetan-ikan
dengan-cara-pengasapan.html [25 Maret 2010].
Resniati, T, Skalalis, D, Sey astuty. 2003. Pengasinan Ikan. [terhubung berkala] http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/07/pengasinan_ikan.pdf [25 Maret 2011].
Juliandika. 2010. Penanganan
Pasca Panen dan Menghitung bagian yang dapat dimakan pada ikan. Kementrian
Pendidikan Nasional, Politeknik Negeri Jember, Joint Program PPPPTK-VEDCA.
Cianjur.
Bleeker.1853.Taxonomi
Ikan Lemuru.[terhubung berkala].http://zipcodezoo.com [30
Maret 2011].
Block.1791.
Taxonomi Ikan Selar Kuning. [terhubung berkala]. http://zipcodezoo.com. [30
Maret 2011].
Moeljanto. 1988. Hubungan
kandungan lemak ikan lemuru dengan beberapa sifat biologinya. [disertasi]. Mathematics and natural science,
Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Anonim. 2010. Ikan Selar
Kuning. [terhubung berkala]. www.oseanografi. lipi. go.id. [30 Maret
2011].
Djuhanda, T. 1981. Dunia
Ikan. Bandung: Armiko
Saputra D. 2008. Pembuatan Pepton Ikan Selar (Caranx
leptolepis ) Hasil Tangkapan Sampingan ( HTS ) pada Kondisi Post Rigor dan Busuk. [Skripsi]. Program Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Make $1,000's Weekly with a Health Internet Business of Your Very Own
BalasHapusNow get a complete fully-operational "Health eBiz" in a box!
This amazing site:
* Closes sales automatically for you!
* Has a complete electronic sales manager that makes all upsells for you!
* Collects subscribers and leads automatically!
* Contains a complete "health e-Mall!"
* Contains up to 90 additional income streams!
* Contains several powerful videos!
Has a "live" spokesmodel that walks out onto your visitors' screens and closes up to 396% MORE sales for you!
Includes complete professional set-up by Expert Web Development & Programming Team!
This NEW "Health Biz In a Box" complete and fully-operational website allows you to make all the cash you want from a fully-operational automatic cash-generating web business!
Read how it works here:
=> best affiliate website
But rumor has it there may be a ceiling on the number of these Internet "health-biz" sites being given out in order to avoid everyone having one and risking market saturation.
Join the ranks of these people above and read how it works by going to:
=> best affiliate website