PENGARUH SUHU DAN SALINITAS TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI
Ita Apriani
C14090019
1.1
Latar
Belakang
Pertumbuhan dan aktivitas bakteri dapat dikendalikan dengan
beberapa cara, baik secara fisik, kimia ataupun biologi. Salah satu
pengendalian aktivitas mikrobia adalah mengatur faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhinya. Faktor- faktor tersebut meliputi faktor biotik dan abiotik.
Faktor abiotik meliputi faktor fisik dan kimia lingkungan. Beberapa faktor
abiotik yang perlu mendapat perhatian ialah temperatur, pH, daya logam berat
(daya oligodinamik), sinar gelombang pendek, kelembaban, pengeringan, dan tekanan
osmosis. Sedangkan faktor biotik meliputi assosiasi atau kehidupan bersama
antara mikrobia. Asosiasi ini dalam bentuk sinergisme, sintropisme, dan
antibiose.
Seperti organisme pada umumnya, mikroorganisme
mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui penyesuaian diri terhadap
lingkungan. Untuk itu, mikroorganisme mampu menggunakan bahan-bahan kimia yang
ada di sekitar lingkungannya sebagai sumber energi dan zat pembangun. Kehidupan bakteri khususnya Aeromonas
hydrophila dan Bacillus sp. sangat dipengaruhi oleh fluktuasi faktor
lingkungan terutama fluktuasi suhu. Jika suhu lingkungan sesuai dengan syarat
hidupnya, maka bakteri tersebut akan tumbuh dengan baik. Namun, jika suhu
lingkungan di luar batas toleransi bakteri untuk hidup, maka pertumbuhannya akan
terhambat bahkan dapat menyebabkan
kematian.
Setiap bakteri memiliki
respon yang berbeda terhadap pengaruh suhu dan salinitas. Pengaruh suhu dan salinitas tersebut dapat diketahui
dengan melihat tingkat pertumbuhan koloni bakteri pada medium agar yang telah
diinkubasi dengan perlakuan
suhu dan salinitas yang berbeda-beda. Berdasarkan hal di atas
maka perlu diketahui batas toleransi suhu dan salinitas yang berpengaruh
terhadap aktivitas dan pertumbuhan A. hydrophila dan Bacillus sp.
di alam khususnya lingkungan budidaya yang dapat mengganggu atau
bahkan menghentikan aktifitas budidaya.
1.2
Tujuan
Mengamati dan
mempelajari pengaryh suhu dan salinitas terhadap viabilitas bakteri
I.
METODOLOGI
1.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum
pengaruh suhu dan salinitas terhadap pertumbuhan bakteri dilaksanan pada hari
Rabu, tanggal 11 Mei 2011 pukul 09.30–12.30 WIB sedangkan pengamatannya
dilakukan pada hari Kamis, 12 Mei 2011 pukul 10.00 WIB s/d selesai, di
Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
1.2
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum adalah bunsen, ose, inkubator dengan berbagai macam
suhu, botol semprot, korek api, plastik transparan, tissue serta cawan
petri dan label. Sedangkan bahan - bahan yang digunakan antara lain alkohol
70%, media TSA, biakan cair bakkteri Aeromonas
hydrophila dan Bacillus sp. dalam
eppendorf, media TSA dalam cawan petri dengan konsentrasi NaCl 0%, 1.5%, 3%,
10%, biakan cair TSB dari bakteri Aeromonas
hydrophila dan Bacillus sp.
berumur 24 jam.
1.3
Prosedur
Kerja
1.3.1
Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Biakan
cair bakteri diinkubasi pada temeratur ksmsr, 4oC (lemari es), suhu
37oC dan 70oC selama 30 menit. Masing-masing biakan
bakteri digores pada media TSA (setiap petri untuk dua jenis bakteri dan dua
macam suhu hasil inkubasi), kemudian biakan hasil goresan di inkubasi pada suhu
kamar selama 24 jam lalu catat pertumbuhan bakteri masing-masing biakan.
1.3.2
Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Cawan agar yang sudah padat di balik dan di buat garis
dengan spidol pada pertengahan petri sehingga menjadi 2 sektor, kemudian biakan
bakteri digores pada cawan petri disetiap konsentrasi NaCl, lalu seluruh biakan
yang sudah digores di inkubasi selama 24 jam, kemudian diamati pertumbuhan
bakteri pada setiap sektor dan setiap cawan petri.
II.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
2.1
Hasil
Berdasarkan
praktikum pengaruh suhu dan salinitas terhadap pertumbuhan bakteri yang telah
dilakukan, diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila dan Bacillus
sp.
No
|
Perlakuan Suhu
|
Bakteri
|
|
Aeromonas hydrophila
|
Bacillus sp.
|
||
1
|
Suhu Kamar
|
+
|
+++
|
2
|
4oC
|
+
|
+++
|
3
|
37oC
|
+
|
++
|
4
|
70oC
|
-
|
-
|
Keterangan : +++ :
Tumbuh Sangat Banyak
++ :
Tumbuh Banyak
+ :
Tumbuh Sedikit
-
: Tidak Tumbuh
Berdasarkan
tabel 1 di atas, bakteri Aeromonas
hydrophila tidak tumbuh pada suhu 70oC namun tumbuh sedikit pada
suhu kamar, 4oC dan 37oC. Sedangakan bakteri Bacillus sp. tumbuh sangat banyak pada
suhu kamar dan suhu 4oC, tumbuh banyak pada suhu 37oC dan
tidak tumbuh pada suhu 70oC.
Tabel 2. Pengaruh
salinitas terhadap pertumbuhan bakteri Aeromonas
hydrophila dan Bacillus sp.
No
|
Perlakuan Salinitas
|
Bakteri
|
|
Aeromonas
hydrophila
|
Bacillus sp.
|
||
1
|
Salinitas 0%
|
+
|
++
|
2
|
Salinitas 1.5%
|
++
|
+
|
3
|
Salinitas 3%
|
++
|
+
|
4
|
Salinitas 10%
|
-
|
-
|
Keterangan : +++ :
Tumbuh Sangat Banyak
++ :
Tumbuh Banyak
+ :
Tumbuh Sedikit
-
: Tidak Tumbuh
Berdasarkan
tabel 2 di atas, bakteri Aeromonas
hydrophila tumbuh banyak pada salinitas 1.5% dan salinitas 3%, tumbuh
sedikit pada salinitas 0% dan tidak tumbuh pada salinitas 10%. Sedangkan bakteri
Bacillus sp. tumbuh banyak pada
salinitas 0%, tumbuh sedikit pada salinitas 1.5% dan salinitas 3% dan tidak
tumbuh pada salinitas 10%.
2.2
Pembahasan
Mikrobiologi
adalah suatu kajian tentang mikroorganisme. Mikroorganisme merupakan merupkan
mahluk hidup yang mikroskopik dan kosmopolitan. Bakteri termasuk dalam
mikroorganisme. Pertumbuhan
dan aktivitas bakteri dapat dikendalikan dengan beberapa cara, baik secara
fisik, kimia ataupun biologi. Salah satu pengendalian aktivitas mikrobia adalah
mengatur faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Faktor- faktor tersebut
meliputi faktor biotik dan abiotik. Cahaya merupakan salah satu faktor abiotik. Cahaya
sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel
mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan
terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau
menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai
dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan. Jika keadaan lingkungan tidak
menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan atau zat-zat kimia tertentu,
beberapa spesies dari Bacillus sp. yang
aerob dapat mempertahankan diri dengan spora. Spora tersebut dibentuk dalam sel
yang disebut endospora. Endospora dibentuk oleh penggumpalan protoplasma yang
sedikit sekali mengandung air. Oleh karena itu endospora lebih tahan terhadap
keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan bakteri aktif.
Apabila keadaan lingkungan membaik kembali, endospora dapat tumbuh menjadi satu
sel bakteri biasa. Letak endospora di tengah-tengah sel bakteri atau pada salah
satu ujungnya (Umam, 2008).
Selain cahaya ada faktor lain yang juga mempengaruhi
pertumbuhan bakteri yaitu konsentrasi gas. Jenis
dan konsentrasi gas dalam lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme, selain oksigen dan karbondioksida yang sangat penting untuk
kehidupan bakteri adalah nitrogen
dan amonia. Nitrogen dan ammonia esensial dalam siklus nitrogen, sedangkan H2S
mengambil peranan utama dalam siklus sulfur. Tetapi selain gas-gas yang
diperlukan untuk pertumbuhan, ada pula gas-gas toksik yang digunakan sebagai
bahan untuk mematikan mikrobia, seperti formalin dan etilenoksida yang sering
dipakai untuk bahan disinfeksi (Irianto, 2006 dalam Umam,
2008).
Tekanan osmotik juga
mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Tekanan osmotik terjadi
akibat perbandingan zat terlarut di dalam dan di luar sel (substratnya)
tidak sama. Secara umum ada tiga keadaan yang berhubungan dengan tekanan osmotik,
yaitu:
(1) Hipertonik, keadaan pada saat konsentrasi zat terlarut di lingkungan
lebih tinggi daripada konsentrasi zat terlarut dalam sel. Keadaan ini akan mengakibatkan pelarut di dalam sel, keluar dari sel dan menyebabkan sel mengkerut. (2) Hipotonik, keadaan
saat konsentrasi zat terlarut di lingkungan lebih rendah dari pada konsentrasi zat terlarut di dalam sel. Keadaan ini akan menyebabkan
pelarut di lingkungan masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel
mengembang yang akhirnya sel akan pecah dan rusak. (3) Isotonik, keadaan
konsentrasi zat terlarut di lingkungan seimbang dengan konsentrasi zat terlarut
di dalam sel. Keadaan ini adalah keadaan yang paling
baik untuk pertumbuhan dari suatu jenis organisme. Kondisi ini juga dikenal
sebagai kondisi keseimbangan osmotik (Umam, 2008).
Menurut
Feliatra (2004) bakteri Bacillus sp.
termasuk bakteri yang bersifat mesofilik kerena tumbuh optimum pada suhu 30-37oC
dan tumbuh baik pada NaCl 1-3%. Bakteri ini mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut: warna koloni putih susu atau agak krem, bentuk koloni bulat dengan tepian keriput. Sel adalah bentuk batang dan lurus, berukuran 0,5-2,5 x 1,2-10 mm,
dan sering tersusun dalam bentuk sepasang atau
rantai, dengan ujung bundar atau empat persegi.
Pewarnaan sel Gram +, motil, katalase dan oksidase
positif. Menurut Holt et al, (1994) dalam
Feliatra (2004) , Bacillus sp. Gram + dan biasanya
motil oleh flagel peritrichous. Endospora oval,
kadang-kadang bundar atau silinder dan sangat resisten
pada kondisi yang tidak menguntungkan. Mereka tidak lebih dari satu spora per
sel dan sporulasi tidak tahan pada udara terbuka. Bakteri ini bersifat aerobik atau fakultatif anaerobik. Kemampuan fisiologi beragam, sangat peka terhadap panas, pH dan salinitas, kemoorganotrof dengan metabolisme
fermentasi atau pernapasan. Biasanya katalase dan oksidase
positif serta tersebar luas pada bermacam-macam habitat.
Berdasarkan
hasil pengamatan, pada pengaruh suhu terhadap pertumbuhan, bakteri Bacillus sp. tumbuh sangat banyak pada suhu
kamar dan suhu 4oC, tumbuh banyak pada suhu 37oC dan
tidak tumbuh pada suhu 70oC. Pada pengaruh salinitas terhadap
pertumbuhan, Bacillus sp. tumbuh
banyak pada salinitas 0%, tumbuh sedikit pada salinitas 1.5% dan salinitas 3%
dan tidak tumbuh pada salinitas 10%. Hal ini menunjukan
bahwa Bacillus sp. merupakan bakteri yang bersifat psikrofilik
yaitu tumbuh pada suhu
kurang dari 15°C
dan beberapa diantaranya bersifat mesofilik yaitu tumbuh pada suhu 25-37oC.
Bakteri Bacillus sp. tidak mampu bertahan hidup atau tidak ada pertumbuhan
pada media yang mempunyai
konsentrasi garam 10% . Hal tersebut dikarenakan , antara media dan sel terjadi perbedaan
tekanan osmosa yang tinggi sehingga reaksi yang terjadi adalah media hipertonik terhadap sel sehingga
terjadi plasmolisis yang menyababkan sel tidak tumbuh pada media dengan konsentrasi
kadar garam tinggi. Pernyataan ini sesuai
dengan pendapat Feliatra (2004) bahwa Bakteri bacillus sp. Tumbuh optimum pada suhu 30-37oC dan tumbuh baik pada NaCl 1-3%.
A. hydrophyla adalah bakteri gram (-) , motil, mempunyai flagella, ukuran antar
0.3-1.0 mm x 1.0 x 3.5 mm dan tidak mempunyai spora (kapsul). Bakteri jenis ini merupakan jenis bakteri
yang tersebar luas diseluruh perairan tawar, terutama yang memiliki kandungan bahan organik yang
tinggi. Bakteri ini juga dapat menyebabkan ikan air tawar mengalami penyakit Motil
Aeromonas Septicemia (MAS). Serangan bakteri ini bersifat laten
(berkepanjangan), jadi tidak memperlihatkan gejala penyakit meskipun telah
dijumpai pada tubuh ikan. Serangan bakteri ini baru terlihat apabila ketahanan
tubuh menurun akibat stress yang disebabkan menurunnya kualitas air, kekurangan
pangan atau penanganan
penyakit yang kurang cermat dan cepat. Menurut Fauzi (2001). A.
hydrophylla merupakan bakteri patogen yang
bersifat fakutatif anaerob, terdapat di perairan tawar dan estuaria dan
hidup pada suhu antara 5 - 37o C.
Berdasarkan
hasil pengamatan, pada pengaruh suhu terhadap pertumbuhan, bakteri A. hydrophila tidak tumbuh pada suhu 70oC
namun tumbuh sedikit pada suhu kamar, 4oC dan 37oC. Pada
pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan, bakteri A. hydrophila tumbuh banyak pada salinitas 1.5% dan salinitas 3%,
tumbuh sedikit pada salinitas 0% dan tidak tumbuh pada salinitas 10%. Hal
ini menunjukan bahwa A. hydrophila merupakan bakteri yang bersifat psikrofilik
yaitu tumbuh pada suhu
kurang dari 15°C
dan beberapa diantaranya bersifat mesofilik yaitu tumbuh pada suhu 25-37oC.
A.
hydrophila tidak mampu bertahan hidup
atau tidak ada pertumbuhan pada media yang mempunyai konsentrasi garam 10% . Hal tersebut dikarenakan , antara media dan sel terjadi perbedaan
tekanan osmosa yang tinggi sehingga reaksi yang terjadi adalah media hipertonik terhadap sel sehingga
terjadi plasmolisis yang menyababkan sel tidak tumbuh pada media dengan
konsentrasi kadar garam tinggi tersebut. Pernyataan ini sesuai
dengan pendapat Fauzi (2001) bahwa Bakteri
A. hydrophila hidup pada suhu antara 5 - 37oC dan tumbuh baik pada salinitas 1-3%.
I.
KESIMPULAN
DAN SARAN
1.1
Kesimpulan
bakteri
Aeromonas hydrophila tidak tumbuh
pada suhu 70oC namun tumbuh sedikit pada suhu kamar, 4oC
dan 37oC dan tumbuh banyak pada salinitas 1.5% dan salinitas 3%,
tumbuh sedikit pada salinitas 0% dan tidak tumbuh pada salinitas 10%. Hal
ini menunjukan bahwa A. hydrophila merupakan bakteri yang bersifat psikrofilik
yaitu tumbuh pada suhu
kurang dari 15°C
dan beberapa diantaranya bersifat mesofilik yaitu tumbuh pada suhu 25-37oC.
Sedangkan bakteri Bacillus
sp. tumbuh sangat banyak pada suhu kamar dan suhu 4oC, tumbuh
banyak pada suhu 37oC dan tidak tumbuh pada suhu 70oC. Pada
pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan, Bacillus
sp. tumbuh banyak pada salinitas 0%, tumbuh sedikit pada salinitas 1.5% dan
salinitas 3% dan tidak tumbuh pada salinitas 10%. Hal
ini menunjukan bahwa Bacillus sp. merupakan bakteri yang bersifat psikrofilik
yaitu tumbuh pada suhu
kurang dari 15°C
dan beberapa diantaranya bersifat mesofilik yaitu tumbuh pada suhu 25-37oC.
Bakteri Bacillus sp. dan A. hydrophila tidak mampu bertahan hidup atau tidak ada pertumbuhan
pada media yang mempunyai
konsentrasi garam 10% . Hal tersebut dikarenakan , antara media dan sel terjadi perbedaan
tekanan osmosa yang tinggi sehingga reaksi yang terjadi adalah media hipertonik terhadap sel sehingga
terjadi plasmolisis yang menyababkan sel tidak tumbuh pada media dengan konsentrasi
kadar garam tinggi.
1.2
Saran
Pada
praktikum selanjutnya diharapkan bakteri-bakteri yang diuji viabilitasnya
terhadap pengaruh suhu dan alinitas agar diperbanyak jenisnya. Hal ini
dikarenakan sangat banyak bakteri-bakteri yang hidup pada lingkungan budidaya.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Azhari. 2001. Pengaruh Pemberian Lekamisol dan Saccharomyces
cerevisiae dosis 60 ppm terhadap Gambaran darah Ikan Mas (Cyprinus
carpio) yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophyla. Skripsi.
Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Departemen Budidaya Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor.
Feliatra, Irwan efendi, dan Adwar
suryadi. 2004. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik dari Ikan Kerapu
Macan (Ephinephalus fuscogatus) dalam
Upaya Efisiensi Pakan Ikan. Jurnal Natur Indonesia 6(2): 75-80.
Umam, AH. 2008. Pengaruh Faktor Luar Terhadap Pertumbuhan Bakteri.
Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.
This could either be interpreted as an instant and
BalasHapuscomplete refusal to be married to Paris, or it could just mean that Juliet was saying that the marriage would not
be able to make her happy. The article states "The president has gotten us involved in a war, but they won't call it a war," says Peter Wehner, another Bush White House
veteran. Eradication-3 Hitting with Corruption gives you a chance to increase
casting.
Here is my web blog :: minion rush unlimited Tokens