2 April 2012

kecernaan pakan


KECERNAAN PAKAN
 Ita Apriani
C14090019
Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor

Kecernaan ransum ikan bawal air tawar yang menggunakan azola sampai 14,5% tidak menurunkan kecernaan bahan kering ransum. Rendahnya kecernaan bahan kering ransum yang mengandung azola 29%, 37,5%, dan 58% disebabkan oleh meningkatnya kandungan serat kasar dalam ransum; yaitu 7,2%, 8,4%, dan 9,6%, yang berakibat kecernaan zat-zat makanan lainnya menurun. Sejalan dengan pendapat Ranjhan (1980) yang menjelaskan bahwa tipe dan kuantitas karbohidrat dalam bahan atau penambahannya dalam ransum merefleksikan kecernaan zat-zat makanan lainnya, terutama dengan meningkatnya kandungan serat kasar dalam ransum, maka kecernaan zat-zat makanan lainnya akan menurun. Selain itu dengan meningkatnya kandungan serat kasar akan mempercepat laju perjalanan makanan di dalam saluran pencernaan yang berdampak pada menurunnya kesempatan saluran cerna mencerna zat-zat makanan lainnya yang terdapat di dalam ransum tersebut. Bahan kering merupakan cerminan dari besarnya karbohidrat yang terdapat di dalam bahan pakan penyusun ransum, karena sekitar 50 - 80 % bahan kering tanaman tersusun dari karbohidrat.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi nilai kecernaan bahan kering ransum adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum; (2) komposisi kimia; (3) tingkat protein ransum; (4) persentase lemak; dan (5) mineral (Schneider dan Flatt. 1975). Disamping itu, perbedaan nilai bahan kering dapat dicerna, mungkin disebabkan karena adanya perbedaan pada sifat-sifat makanan yang diproses, termasuk kesesuaiannya untuk dihidrolisis oleh enzim dan aktivitas substansi-substansi yang terdapat di dalam pakan.
Selain mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, azola juga mempunyai serat kasar yang cukup tinggi (12,47%), lebih tinggi dibanding serat kasar protein nabati lainnya yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tepung kedele dan dedak padi. sehingga walaupun ikan bawal mampu memanfaatkan protein nabati hingga 100% Bittner (1989), namun perlu ditinjau kandungan serat kasarnya. Menurut Djajasewaka (1985), umumnya ikan mempunyai keterbatasan dalam mencerna serat kasar, sehingga kandungan serat kasar maksimal dalam ransum disarankan hanya 8%. Banyaknya jumlah feses yang dikeluarkan berhubungan dengan kecernaan bahan makanan yang dikonsumsi. Sejalan dengan pendapat Wahju (1997), bahwa ransum yang tinggi serat kasarnya akan menghasilkan feses yang lebih banyak, sehingga serat kasar yang tidak dicerna dapat membawa zat-zat makanan yang dapat dicerna dari bahan makanan lain keluar bersama-sama dalam feses. Dengan demikian penggunaan tepung azola pada tingkat 43,5% dalam ransum, dapat meningkatkan kandungan serat kasar ransum, yang pada gilirannya berpengaruh menurunkan nilai kecernaan protein kasar ransum. Hal ini sesuai pula dengan pendapat Cho, et al (1985) yang menyatakan bahwa serat kasar akan berpengaruh terhadap nilai kecernaan protein. Serat kasar yang tinggi menyebabkan porsi ekskreta lebih besar, sehingga menyebabkan semakin berkurangnya masukan protein yang dapat dicerna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu