KECERNAAN PAKAN
Ita Apriani
C14090019
Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor
Kecernaan
ransum ikan bawal air tawar yang menggunakan azola sampai 14,5% tidak menurunkan kecernaan bahan kering ransum.
Rendahnya kecernaan bahan kering ransum yang mengandung azola 29%, 37,5%, dan
58% disebabkan oleh meningkatnya kandungan serat kasar dalam ransum; yaitu
7,2%, 8,4%, dan 9,6%, yang berakibat kecernaan zat-zat makanan lainnya menurun.
Sejalan dengan pendapat Ranjhan (1980) yang menjelaskan bahwa tipe dan
kuantitas karbohidrat dalam bahan atau penambahannya dalam ransum merefleksikan
kecernaan zat-zat makanan lainnya, terutama dengan meningkatnya kandungan serat
kasar dalam ransum, maka kecernaan zat-zat makanan lainnya akan menurun. Selain
itu dengan meningkatnya kandungan serat kasar akan mempercepat laju perjalanan
makanan di dalam saluran pencernaan yang berdampak pada menurunnya kesempatan
saluran cerna mencerna zat-zat makanan lainnya yang terdapat di dalam ransum
tersebut. Bahan kering merupakan cerminan dari besarnya karbohidrat yang
terdapat di dalam bahan pakan penyusun ransum, karena sekitar 50 - 80 % bahan
kering tanaman tersusun dari karbohidrat.
Faktor-faktor
lain yang mempengaruhi nilai kecernaan bahan kering ransum adalah (1) tingkat
proporsi bahan pakan dalam ransum; (2) komposisi kimia; (3) tingkat protein
ransum; (4) persentase lemak; dan (5) mineral (Schneider dan Flatt. 1975).
Disamping itu, perbedaan nilai bahan kering dapat dicerna, mungkin disebabkan
karena adanya perbedaan pada sifat-sifat makanan yang diproses, termasuk
kesesuaiannya untuk dihidrolisis oleh enzim dan aktivitas substansi-substansi
yang terdapat di dalam pakan.
Selain
mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, azola juga mempunyai serat kasar
yang cukup tinggi (12,47%), lebih tinggi dibanding serat kasar protein nabati
lainnya yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tepung kedele dan dedak
padi. sehingga walaupun ikan bawal mampu memanfaatkan protein nabati hingga
100% Bittner (1989), namun perlu ditinjau kandungan serat kasarnya. Menurut
Djajasewaka (1985), umumnya ikan mempunyai keterbatasan dalam mencerna serat
kasar, sehingga kandungan serat kasar maksimal dalam ransum disarankan hanya
8%. Banyaknya jumlah feses yang dikeluarkan berhubungan dengan kecernaan bahan
makanan yang dikonsumsi. Sejalan dengan pendapat Wahju (1997), bahwa ransum
yang tinggi serat kasarnya akan menghasilkan feses yang lebih banyak, sehingga
serat kasar yang tidak dicerna dapat membawa zat-zat makanan yang dapat dicerna
dari bahan makanan lain keluar bersama-sama dalam feses. Dengan demikian
penggunaan tepung azola pada tingkat 43,5% dalam ransum, dapat meningkatkan
kandungan serat kasar ransum, yang pada gilirannya berpengaruh menurunkan nilai
kecernaan protein kasar ransum. Hal ini sesuai pula dengan pendapat Cho, et al (1985) yang menyatakan bahwa serat kasar akan
berpengaruh terhadap nilai kecernaan protein. Serat kasar yang tinggi
menyebabkan porsi ekskreta lebih besar, sehingga menyebabkan semakin
berkurangnya masukan protein yang dapat dicerna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu