RESPIRASI
( Tingkat Konsumsi Oksigen )
Ita Apriani
C14090019
1.1
Latar Belakang
Respirasi (pernafasan) adalah proses pertukaran
oksigen dan karbondioksida antara suatu organisme dengan lingkungannya. Peranan
oksigen dalam kehidupan ikan merupakan zat yang mutlak dibutuhkan oleh tubuh
yaitu untuk mengoksidasi zat makanan (karbuhidrat, lemak dan protein) sehingga
menghasilkan energi. Tingkah laku ikan saat kandungan oksigen dalam air kurang
adalah ikan akan berenang ketempat yang lebih baik kondisi oksigennya seperti inlet
dan aerator (Affandi, 2002).
Pengetahuan mengenai kandungan oksigen dalam
perairan dapat digunakan untuk menentukan tingkat konsumsi oksigen dari suatu
organisme. Pengetahuan tentang konsumsi oksigen sangat diperlukan untuk
menunjang kegiatan budidaya. Dengan pengetahuan tersebut dapat dilakukan
usaha-usaha untuk menciptakan lingkungan perairan dengan kandungan oksigen yang
optimum sehingga kegagalan produksi akibat kurangnya oksigen terlarut dapat
dihindari.
Pengetahuan tersebut juga dapat digunakan sebagai uji kelayakan
suatu perairan. Jika kandungan oksigen berada di bawah nilai konsumsi
oksigennya, dapat dikatakan lingkungan tersebut tidak layak untuk dihuni atau dijadikan tempat budidaya. Tingkat konsumsi oksigen
hewan akuatik berbeda-beda tergantung pada jenis, ukuran, kondisi fisiologis
dan variabel lingkungan seperti suhu, kadar oksigen terlarut, kadar CO2,
salinitas dan lain-lain. Selain itu setiap jenis ikan memiliki toleransi yang
berbeda terhadap kebutuhan oksigen. Oleh karena itu praktikum tentang respirasi
ikan sangat diperlukan.
1.2
Tujuan
Mengetahui
prinsip-prinsip pengukuran konsumsi oksigen diukur dengan menggunakan
respirometer tertutup, mengetahui kebutuhan (konsumsi) oksigen pada hewan uji
sebagai refleksi tingkat metabolismenya serta mengetahui ketahanan ikan diluar
media air
Berdasarkan praktikum respirasi dengan berbagai
spesies ikan diperoleh data sebagai berikut :
Tabel
1.Hasil Pengamatan Konsumsi Oksigen
No
|
Hewan Uji
|
Konsumsi Oksigen (mg O2/kg/jam)
|
|||
15 menit
|
30 menit
|
45 menit
|
60 menit
|
||
1.
|
Ikan
Lele
|
266.7
|
373.3
|
480
|
453.3
|
2.
|
Ikan
Mas
|
358.31
|
236.21
|
224.63
|
249.99
|
3.
|
Ikan
Black Ghost
|
59.26
|
1488.59
|
1009.78
|
1161.48
|
4.
|
Ikan
Belut
|
1.88
|
32.04
|
0
|
37.08
|
5.
|
Ikan
Sepat
|
324.41
|
752.94
|
-62.7
|
721.57
|
6.
|
Lobster
|
249.94
|
124.97
|
149.96
|
224.94
|
7.
|
Ikan Nila
|
273.58
|
296.39
|
232.99
|
186.49
|
8.
|
Ikan Black Molly
|
120.79
|
424.50
|
344.43
|
291.98
|
9.
|
Ikan
Patin
|
844.22
|
292.66
|
234.37
|
279.39
|
10.
|
Ikan
Komet
|
158.42
|
269.31
|
271.57
|
291.94
|
1.1
Pembahasan
Oksigen sebagai bahan pernafasan sangat penting yang dibutuhkan oleh sel untuk untuk berbagai
reaksi metabolisme, sehingga kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh
kemampuannya dalam memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Kelarutan
oksigen di dalam air jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kandungan oksigen
di udara, kondisi yang seperti ini menyebabkan ikan harus memompa melalui air
yang masuk ke alat respirasinya untuk mengambil oksigen. Proses pengambilan
oksigen secara difusi disebut respirasi. Laju respirasi dipengaruhi oleh
tingkat konsumsi oksigen terlarut di perairan. Pada ikan, tingkat konsumsi
oksigen digunakan untuk menggambarkan tingkat metabolisme tubuh. Laju
pengambilan oksigen akan menurun jika kandungan oksigen dalam air berkurang.
Hasil pengukuran DO pada penghitungan tingkat
konsumsi oksigen menggunakan respirometer
didapatkan hasil yang menurun. Adanya penurunan nilai DO tersebut
menunjukkan adanya konsumsi oksigen oleh ikan untuk proses respirasi, selain
itu faktor lainnya adalah tidak adanya suplai
oksigen dari luar karena permukaan
akuarium ditutup dengan sterofoam yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
difusi udara. Hal ini jika dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan ikan
menjadi stess atau bahkan mati. Oleh karenanya ketersedian oksigen terlarut
dalam media dapat dikatakan sebagai faktor pembatas bagi hidup dan kehidupan
biota akuatik.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, pada menit ke-15 dari 10 jenis
spesies yang diuji kadar konsumsi oksigen terbesar yaitu ikan patin sebesar
844,22 mgO2/kg/jam. Pada menit ke-30 kadar konsumsi oksigen terbesar
yaitu ikan black ghost sebesar 1488.59 mgO2/kg/jam. Pada menit ke-45
kadar konsumsi oksigen terbesar yaitu ikan black ghost sebesar 1009.78 mgO2/kg/jam.
Dan pada menit ke-60 kadar konsumsi oksigen terbesar yaitu ikan black ghost
sebesar 1161,48 mgO2/kg/jam. Jadi, secara umum kadar konsumsi
oksigen terbesar terdapat pada spesies ikan black ghost. Dengan kadar oksigen
terlarut yang semakin berkurang maka semakin banyak konsumsi oksigen yang
dilakukan oleh organisme akuatik. Hal ini sesuai dengan Affandi (2002) bahwa
berkurangnya oksigen terlarut dalam air menunjukkan adanya metabolisme energetik
dengan indikator tingkat konsumsi oksigen per unit berat dan dan per
unit waktu.
Hubungan ukuran, jenis dan kondisi fisiologis
ikan tentunya berpengaruh terhadap tingkat konsumsi oksigen yang terjadi. Ukuran
ikan yang kecil dengan ikan yang berukuran
yang lebih besar menjadikan perbedaan untuk mengambil oksigen dari air.
Perbedaan tingkat konsumsi oksigen ikan besar dibandingkan
dengan ikan berukuran kecil disebabkan karena ikan yang semakin dewasa maka kebutuhan oksigennya hanya pada
awal pertumbuhan saja, dan untuk selanjutnya ia akan menyimpan oksigen yang
telah diserapnya dalam hemoglobin (Hb) darahnya untuk metabolisme tubuh,
sehingga setelah beberapa lama ikan itu berada dalam perairan maka tingkat
konsumsi oksigennya tidak akan terlalu besar. Secara
umum dengan bobot ikan yang lebih besar maka tingkat konsumsi oksigennya
semakin menurun begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan pengamatan, ikan secara terus menerus memompa air
melalui mulut dan diatas lengkung insang,
dengan menggunakan pergerakan terkoordinasi dari rahang dan operkulum (penutup insang) untuk ventilasi ini. Masing-masing lengkung
insang memiliki dua baris filamen insang yang terbuat
dari lempengan pipih yang
disebut lamella. Hal ini sesuai dengan Kusfebriani (2008) bahwa darah yang mengalir melalui kapiler
di dalam lamella akan mengambil oksigen didalam air. Air mengalir
diatas lamella dengan arah yang berlawanan dengan aliran darah, suatu
pengaturan yang disebut lawan arus atau countercurrent,
yang meningkatkan pemindahan oksigen dari air ke darah. Ketika darah mengalir
melalui kapiler, darah tersebut semakin banyak terisi oleh oksigen. Akan tetapi
secara bersamaan pula ia akan berhadapan dengan air dengan konentrasi oksigen yang lebih tinggi karena air itu
baru saja mulai mengalir di atas insang. Hal
tersebut berarti bahwa di sepanjang kapiler terdapat suatu gradien difusi yang
mendorong perpindahan oksigen dari air ke darah.
Menurut Sipayung (2009), lamella sekunder pada insang berperan dalam
proses penyerapan oksigen yang berlangsung secara efektif karena aliran darah
bertekanan parsial oksigen lebih rendah dar air yang kaya oksigen. Sedangkan
rongga operkulum dan rongga mulut membantu pergeraakan air yang dipompa secara
aktif. Tetapi ikan pada umumnya memilih meningkatkan volume air yang masuk
melalui insang daripada meningkatkan frekuensi pemompaan melaui mulut. Hal ini
berkaitan dengan energi yang digunakan lebih sedikit.
Menurut Affandi (2002) organ
pernapasan tambahan umumnya dijumpai pada ikan-ikan yang hidup di perairan yang
ekstrim, stagnan dan misnkin oksigen. Ikan sepat (labirin), ikan lele (arborescent),
ikan belut (bukopharinx), dan ikan
gabus (divertikula).
II.
KESIMPULAN
2.1
Kesimpulan
Prinsip pengukuran tingkat konsumsi oksigen
dengan menggunakan respirometer tertutup adalah mencegah terjadinya difusi
antara air dan udara dengan cara menutup rapat akuarium. Tingkat konsumsi
oksigen dihitung dengan menggunakan data DO awal dan akhir, bobot ikan serta
volume air dalam akuarium. Setiap spesies ikan mempunyai toleransi dan tingkat
konsumsi oksigen yang berbeda-beda. Dari 10 jenis spesies ikan yang diujikan,
ikan black ghost mengalami tingkat konsumsi oksigen yang sangat tinggi dan
terus meningkat dari waktu ke waktu, sehingga dapat disimpulkan dalam
pemeliharaan ikan black ghost membutuhkan kadar DO yang cukup tinggi untuk
bermetabolisme dan kelangsungan hidupnya. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat
konsumsi oksigen adalah umur, aktivitas ikan, suhu, salinitas, pH, dan
lain-lain.
2.2
Saran
Untuk
praktikum-praktikum selanjutnya diharapkan ikan uji yang digunakan lebih
bervariasi, tidak hanya ikan air tawar melainkan ikan laut atau, sehingga dapat
menambah pengetahuan kita tentang ikan budidaya dan dapat mengetahui karakter
lingkungan akuatik yang cocok untuk jenis ikan budidaya tertentu yang mendukung
keberhasilan sistem budidaya perairan.
DAFTAR
PUSTAKA
Affandi,
R dan Tang, UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru : Unri Press.
Kusfebriani, dkk. 2008. Fisiologi Pernafasan Ikan Mas. [terhubung
berkala] http://www.scribd.com/doc/24174029/laporan-praktikum-FHA-konsumsi-oksigen. [1 April 2011].
Sipayung, DA, dkk. 2009.
Respirasi (Tingkat Konsumsi Oksigen) dan ketahanan Ikan diluar Media Air.
[terhubung berkala] http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/31275/respirasi%20dan%20ketahanan%20ikan.pdf?sequence=1. [1 April 2011].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu