27 Mei 2012

TUNA LONG LINE


TUNA LONG LINE
 oleh : ita apriani

<!--[if !supportLists]-->1.    <!--[endif]-->Definisi dan Klasifikasi
Tuna long line atau rawai tuna tergolong rawai hanyut (drift longline) tetapi umumnya hanya disebut “tuna long line” saja. Satu perangkat rawai tuna bisa terdiri dari ribuan mata pancing dengan panjang tali mencapai puluhan kilometer (15 -75 km). ukuran rawai tuna itu termasuk besar  maka untuk memudahkan penyusunan atau pengaturannya ia dibagi dalam satuan-satuan, satuan tersebut biasa disimpan dalam sebuah keranjang dari bambu yang lebih dikenal dengan satu basket. Istilah ini dipakai karena dalam sejarah pekembangannya pada mulanya satu kelompok alat yang berhubungan menjadi satu ditempatkan secara terpisah di dalam keranjang bambu (Subani, dkk. 1898).


<!--[if !supportLists]-->2.    <!--[endif]-->Konstruksi Alat Penangkapan Ikan
Rawai tuna terdiri dari komponen-komponen utama yang biasa terdiri dari tali utama (main line) berukuran 40-50 m, tali cabang (tali pancing atau branch line) berukuran 17 m, berikut bagian-bagiannya, yaitu tali pelampung (float line) berukuran 20 m berikut pelampungnya, batu pemberat dan tali penyambungnya. Dalam operasi penangkapannya barulah bagian-bagian kelompok alat tersebut dihubungkan dengan kelompok lainnya sehingga merupkan satu rangkaian yang panjang sekali tergantung dari jumlah basketnya. Tiap satuan mulai dari pangkal sampai akhir mempunyai susunan yang sama (Subani, dkk. 1898).

<!--[if !supportLists]-->3.    <!--[endif]-->Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
<!--[if !supportLists]-->3.1    <!--[endif]-->Kapal
Kapal Alat tangkap rawai tuna dioperasikan menggunakan kapal khusus rawai tuna yang memiliki buritan cukup luas untuk pengoperasian rawai menggunakan line hauler. Kapal yang digunakan berukuran yang bervariasi sekitar 30 – 600 GT. Ukuran kapal tersebut menentukan jumlah hari trip penangkapan yang dilakukan.Bahan pembuatan kapal ada yang terbuat dari kayu, FRP dan baja. Bahan kapal juga tergantung kepada ukuran besar kapal. Ukuran kapal lebih dari 150GT umumnya terbuat dari baja (Subani, dkk. 1898).

<!--[if !supportLists]-->3.2    <!--[endif]-->Nelayan
Pengambilan ikan ke geladak biasanya dilakukan oleh tiga orang tergantung besar kecilnya ikan yang tertangkap (Subani, dkk. 1898).

<!--[if !supportLists]-->3.3    <!--[endif]-->Alat Bantu
Alat bantu penangkapanAlat bantu yang dipergunakan dalam pengoperasian rawai tuna adalah lampu apung atau radio apung yang berfungsi sebagai pendeteksi keberadaan atau posisi alat tangkap. Selain itu juga umumnya dilengkapi dengan line thrower, belt conveyor, penggulung tali cabang dan peralatan oseanografi. Untuk meringankan penurunan maupun penarikan dari dalam air keatas geladak kapal diperlukan alat bantu secara mekanis yaitu berupa mesin penarik (line hauler) diluar dari mesin induk kapal penangkap itu sendiri. Selain berfungsi untuk menarik tali utama juga sebagai penggulung tali tersebut yang bekerja secara otomatik maupun semi otomatik. Penggulungan dilakukan oleh komponen-komponen alat menarik yang satu dengan lainnya berkaitan yang merupakan satu system (Subani, dkk. 1898).

<!--[if !supportLists]-->3.4    <!--[endif]-->Umpan
Umpan pada tun long line terdiri dari ikan-ikan berukuran 15cm atau kadang lebih, seperti lemuru (Sardinella longicep), belanak (Mulet), layang (Decapterus spp), kembung (Rastrelliger spp), bandeng (Chanos-chanos), pacific saury (Cololabis saira). Untuk umpan-umpan yang baik umumnya bercirikan penampang bulat atau gilik dan memiliki warna mengkilap menarik (Subani, dkk. 1898).

<!--[if !supportLists]-->4.        <!--[endif]-->Metode Pengoprasian Alat
Pertama-tama ialah mempersiapkan umpan yang jumlahnya kurang lebih sama jumalah mata pancing yang akan dioprasikan. Untuk itu umpan-umpan tersebut ditempatkan di kotak-kotak dalam jumlah tertentu. Selanjutnya anak buah mengambil posisi masing-masing sesuai dengan tugasnya sementara kecepatan kapal dikurangi sampai 3-4 mil/jam, selanjutnya diikuti pelepasan pancing. Mula-mula pelampung dan tiang bendera dilepaskan beserta tali pelampungnya, kemudian tali utama dan akhirnya tali cabangnya yang diikuti mata pancing yang telah diberi umpan. Tali utama tersebut kemudian dilepas dan begitu seterusnya sampai yang akhir untuk disambungkan dengan satuan rawai berikutnya melalui sepotong tali penyambung (Subani, dkk. 1898).
Penarikan rawai dilakukan 5-6 jam kemudian setelah pelepasan pancing. Biasanya dimulai jam 12.00 dan selesai menjelang matahari terbenam. Penarikan pancing dilakukan dari bagian depan kapal dengan bantuan alat penarik. Dalam melakukan penarikan ini dibagi juga menjadi beberapa kegiatan seperti halnya pada waktu pelepasan dan merupakan suatu system yang satu dengan yang lainnya berkaitan erat dan seirama. Penarikan pancing secara berturut-turut dimulai dari tiang bendera-pelampung-tali pelampung serta pemberat diangkat keatas geladak kapal- tali utama- berikut tali cabang beserta mata pancingnya dan begitu seterusnya sampai keseluruhan satuan pancing terangkat ke atas geladak kapal. Bila mata pancing ada ikan yang tertangkap, pengambilan ikan ke geladak biasanya dilakukan oleh tiga orang tergantung besar kecilnya ikan yang tertangkap (Subani, dkk. 1898).

<!--[if !supportLists]-->5.    <!--[endif]-->Daerah Pengoprasian
Daerah penangkapan dan daerah penyebaran tuna di perairan Indonesia adalah di Samudera Hindia sebelah Barat Pulau Sumatera, Selatan Pulau Jawa, Laut Timor, Laut Sulawesi, Laut Flores, dan perairan sebelah Utara Papua (Naingolan, 2007). Beberapa kendala yang diamati oleh penulis adalah penentuan lokasi daerah penangkapan yang tepat, penggunaan peralatan tangkap dan peralatan pendukung lainnya, dan penangananan ikan hasil tangkapan (Subani, dkk. 1898).

<!--[if !supportLists]-->6.    <!--[endif]-->Hasil Tangkapan
Jenis-jenis ikan tuna yang tertangkap biasanya madidihang (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis), tuna mata besar (Thunus obsesus), tuna sirip biru (Thunus maccoyii), albakora (Thunnus alalunga).sedangkan hasil sampingnya meliputi ikan layaran (Isthiophorus orientalis), setuhuk putih (Makaira mazara), ikan pedang (Xiphias gladius), setuhuk hitam (Makaira indica), setuhuk loreng (Tetrapturus mitsukurii), berbagai jenis cucut (cucut mako, cucut martil, dan lain-lain.) (Subani, dkk. 1898).

Daftar Pustaka

Subani dan Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jakarta: Balai Perikanan Laut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu