TUNA LONG LINE
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Definisi dan Klasifikasi
Tuna
long line atau rawai tuna tergolong rawai hanyut (drift longline) tetapi
umumnya hanya disebut “tuna long line” saja. Satu perangkat rawai tuna bisa
terdiri dari ribuan mata pancing dengan panjang tali mencapai puluhan kilometer
(15 -75 km). ukuran rawai tuna itu termasuk besar maka untuk memudahkan penyusunan atau
pengaturannya ia dibagi dalam satuan-satuan, satuan tersebut biasa disimpan
dalam sebuah keranjang dari bambu yang lebih dikenal dengan satu basket.
Istilah ini dipakai karena dalam sejarah pekembangannya pada mulanya satu
kelompok alat yang berhubungan menjadi satu ditempatkan secara terpisah di
dalam keranjang bambu (Subani, dkk. 1898).
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Konstruksi Alat
Penangkapan Ikan
Rawai
tuna terdiri dari komponen-komponen utama yang biasa terdiri dari tali utama
(main line) berukuran 40-50 m, tali cabang (tali pancing atau branch line)
berukuran 17 m, berikut bagian-bagiannya, yaitu tali pelampung (float line)
berukuran 20 m berikut pelampungnya, batu pemberat dan tali penyambungnya. Dalam
operasi penangkapannya barulah bagian-bagian kelompok alat tersebut dihubungkan
dengan kelompok lainnya sehingga merupkan satu rangkaian yang panjang sekali
tergantung dari jumlah basketnya. Tiap satuan mulai dari pangkal sampai akhir mempunyai
susunan yang sama (Subani, dkk. 1898).
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Kelengkapan dalam Unit
Penangkapan Ikan
<!--[if !supportLists]-->3.1
<!--[endif]-->Kapal
Kapal
Alat tangkap rawai tuna dioperasikan menggunakan kapal khusus rawai tuna yang
memiliki buritan cukup luas untuk pengoperasian rawai menggunakan line hauler.
Kapal yang digunakan berukuran yang bervariasi sekitar 30 – 600 GT. Ukuran
kapal tersebut menentukan jumlah hari trip penangkapan yang dilakukan.Bahan
pembuatan kapal ada yang terbuat dari kayu, FRP dan baja. Bahan kapal juga
tergantung kepada ukuran besar kapal. Ukuran kapal lebih dari 150GT umumnya
terbuat dari baja (Subani, dkk. 1898).
<!--[if !supportLists]-->3.2
<!--[endif]-->Nelayan
Pengambilan ikan ke geladak
biasanya dilakukan oleh tiga orang tergantung besar kecilnya ikan yang
tertangkap (Subani, dkk. 1898).
<!--[if !supportLists]-->3.3
<!--[endif]-->Alat
Bantu
Alat bantu penangkapanAlat bantu
yang dipergunakan dalam pengoperasian rawai tuna adalah lampu apung atau radio
apung yang berfungsi sebagai pendeteksi keberadaan atau posisi alat tangkap.
Selain itu juga umumnya dilengkapi dengan line thrower, belt conveyor,
penggulung tali cabang dan peralatan oseanografi. Untuk
meringankan penurunan maupun penarikan dari dalam air keatas geladak kapal
diperlukan alat bantu secara mekanis yaitu berupa mesin penarik (line hauler) diluar dari mesin induk
kapal penangkap itu sendiri. Selain berfungsi untuk menarik tali utama juga
sebagai penggulung tali tersebut yang bekerja secara otomatik maupun semi
otomatik. Penggulungan dilakukan oleh komponen-komponen alat menarik yang satu
dengan lainnya berkaitan yang merupakan satu system (Subani, dkk. 1898).
<!--[if !supportLists]-->3.4
<!--[endif]-->Umpan
Umpan pada tun long line terdiri
dari ikan-ikan berukuran 15cm atau kadang lebih, seperti lemuru (Sardinella longicep), belanak (Mulet), layang
(Decapterus spp), kembung (Rastrelliger spp), bandeng (Chanos-chanos), pacific saury (Cololabis saira). Untuk umpan-umpan yang
baik umumnya bercirikan penampang bulat atau gilik dan memiliki warna mengkilap
menarik (Subani, dkk. 1898).
<!--[if !supportLists]-->4.
<!--[endif]-->Metode
Pengoprasian Alat
Pertama-tama
ialah mempersiapkan umpan yang jumlahnya kurang lebih sama jumalah mata pancing
yang akan dioprasikan. Untuk itu umpan-umpan tersebut ditempatkan di
kotak-kotak dalam jumlah tertentu. Selanjutnya anak buah mengambil posisi
masing-masing sesuai dengan tugasnya sementara kecepatan kapal dikurangi sampai
3-4 mil/jam, selanjutnya diikuti pelepasan pancing. Mula-mula pelampung dan
tiang bendera dilepaskan beserta tali pelampungnya, kemudian tali utama dan akhirnya
tali cabangnya yang diikuti mata pancing yang telah diberi umpan. Tali utama
tersebut kemudian dilepas dan begitu seterusnya sampai yang akhir untuk
disambungkan dengan satuan rawai berikutnya melalui sepotong tali penyambung (Subani,
dkk. 1898).
Penarikan
rawai dilakukan 5-6 jam kemudian setelah pelepasan pancing. Biasanya dimulai
jam 12.00 dan selesai menjelang matahari terbenam. Penarikan pancing dilakukan
dari bagian depan kapal dengan bantuan alat penarik. Dalam melakukan penarikan
ini dibagi juga menjadi beberapa kegiatan seperti halnya pada waktu pelepasan
dan merupakan suatu system yang satu dengan yang lainnya berkaitan erat dan
seirama. Penarikan pancing secara berturut-turut dimulai dari tiang
bendera-pelampung-tali pelampung serta pemberat diangkat keatas geladak kapal-
tali utama- berikut tali cabang beserta mata pancingnya dan begitu seterusnya
sampai keseluruhan satuan pancing terangkat ke atas geladak kapal. Bila mata
pancing ada ikan yang tertangkap, pengambilan ikan ke geladak biasanya
dilakukan oleh tiga orang tergantung besar kecilnya ikan yang tertangkap (Subani,
dkk. 1898).
<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Daerah Pengoprasian
Daerah
penangkapan dan daerah penyebaran tuna di perairan Indonesia adalah di Samudera
Hindia sebelah Barat Pulau Sumatera, Selatan Pulau Jawa, Laut Timor, Laut
Sulawesi, Laut Flores, dan perairan sebelah Utara Papua (Naingolan, 2007).
Beberapa kendala yang diamati oleh penulis adalah penentuan lokasi daerah
penangkapan yang tepat, penggunaan peralatan tangkap dan peralatan pendukung
lainnya, dan penangananan ikan hasil tangkapan (Subani, dkk. 1898).
<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Hasil Tangkapan
Jenis-jenis
ikan tuna yang tertangkap biasanya madidihang (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus
pelamis), tuna mata besar (Thunus
obsesus), tuna sirip biru (Thunus
maccoyii), albakora (Thunnus alalunga).sedangkan
hasil sampingnya meliputi ikan layaran (Isthiophorus
orientalis), setuhuk putih (Makaira
mazara), ikan pedang (Xiphias gladius),
setuhuk hitam (Makaira indica),
setuhuk loreng (Tetrapturus mitsukurii),
berbagai jenis cucut (cucut mako, cucut martil, dan lain-lain.) (Subani, dkk.
1898).
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu