BOTTOM GILLNET
oleh : ita apriani
<!--[if !supportLists]-->1.
<!--[endif]-->Definisi dan Klasifikasi
Jaring insang dasar (bottom gillnet),
yaitu alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, berbentuk empat
persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama, dioperasikan pada bagian
dasar perairan dengan sasaran penangkapan adalah ikan demersal (Sainsbury 1971
diacu dalam Rustandar 2005). Jaring insang dasar (bottom gillnet)
diklasifikasikan ke dalam kelompok jaring insang (gillnet) (Ayodhyoa AU 1981
diacu dalam Rustandar 2005).
2. Konstruksi Alat Penangkap Ikan
Bagian-bagian dari bottom gillnet
menurut Martasuganda (2002) : (1) Pelampung (float), berfungsi untuk
menghasilkan gaya apung pada bottom gillnet; (2) Tali ris atas dan bawah,
berfungsi untuk dipakai memasang atau menggantungkan badan jaring. Pemasangan
tali ris bagian atas dipasang di bawah tali pelampung sedangkan tali ris bawah
dipasang di atas tali pemberat; (3) Tali penggantung badan jaring bagian atas
dan bawah (upper bolch line and under bolch line), adalah tali yang dipakai
untuk menyambungkan atau menggantungkan badan jaring pada tali ris; (4) Badan
jaring atau jaring utama (main net), adalah bagian dari jaring yang digunakan
untuk menangkap ikan; (5) Pemberat (sinker), berfungsi untuk menghasilkan gaya
berat pada bottom gillnet.
Ukuran per tinting: panjang 50 m sebelum diikat (37,5 m setelah diikat);
lebar 2,94 m sebelum diikat (1,94 m setelah diikat); bahan nilon monofilamen
No. 25; Selvedge PE d/3 (Subani dan Barus 1989). Menurut kelompok kami,
parameter utama dari bottom gillnet adalah ukuran mata jaring.
3. Kelengkapan dalam Unit
Penangkapan Ikan
3.
1 Kapal
Kapal bottom gillnet termasuk ke dalam
kelompok kapal dengan metode pengoperasian static gear (kapal dengan alat
tangkap yang dioperasikan secara statis). Ada dua jenis kapal yang digunakan
dalam pengoperasian bottom gillnet, yaitu: a) dengan motor tempel (12-25 PK),
ukuran: panjang 6,7 m, lebar 1,5 m, dalam 0,5 m, jaring 14 tinting (pieces); b)
dengan motor dalam (6,5-18 PK), ukuran: panjang 7,5 m, lebar 2 m, dalam 1 m,
jaring 20-25 tinting (pieces) (Subani dan Barus 1989).
3.2 Nelayan
Untuk mengoperasikan bottom gillnet diperlukan 4 orang nelayan yang terdiri
dari 1 orang nakhoda, 1 orang pengemudi dan 2 orang anak buah kapal (ABK).
Nakhoda bertugas menentukan daerah pengoperasian, pengemudi bertugas
mengemudikan kapal dan ABK bertugas untuk membantu dalam operasi penangkapan
ikan (setting dan hauling) (Krisnandar 2001).
3.3 Alat Bantu
Alat bantu pada bottom gillnet berupa net hauler atau net drum, berfungsi untuk
menarik jaring pada saat hauling (Sainsburry 1971).
3.4 Umpan
Umpan yang digunakan adalah makanan yang disukai oleh ikan-ikan demersal dan
lobster, yaitu hewan lunak (Mollusca), seperti keong dan kerang-kerangan; hewan
berkulit duri (Echinodermata) seperti bulu babi, bintang laut dan teripang atau
lili laut. Umpan kulit kambing dapat digunakan sebagai umpan alternatif. Selain
umpan kulit kambing, umpan kulit sapi juga dapat digunakan untuk meningkatkan
hasil tangkapan udang karang. Umpan ini hanya untuk memikat atau sebagai
bau-bauan untuk menarik kedatangan mangsa mendekati bottom gillnet. (Krisnandar
2001).
4. Metode Pengoperasian Alat
Metode pengoperasian bottom
gillnet terdiri atas beberapa tahap (Miranti 2007), yaitu sebagai berikut.
(1) Persiapan yang
dilakukan nelayan meliputi pemeriksaan alat tangkap, kondisi mesin, bahan bakar
kapal, perbekalan, es dan tempat untuk menyimpan hasil tangkapan.
(2) Pencarian daerah
penangkapan ikan (DPI), hal ini dilakukan nelayan berdasarkan
pengalaman-pengalaman melaut yaitu dengan mengamati kondisi perairan seperti
banyaknya gelembung-gelembung udara di permukaan perairan, warna perairan,
serta adanya burung-burung di atas perairan yang mengindikasikan adanya
schooling ikan.
(3) Pengoperasian alat
tangkap yang terdiri atas pemasangan jaring (setting), perendaman jaring
(soaking) dan pengangkatan jaring (hauling) (Krisnandar 2001):(a) Pemasangan
jaring (setting). Penyusunan bottom gillnet dan pemasangan umpan dilakukan di
atas kapal agar lebih memudahkan nelayan pada saat setting. Penurunan jaring
dilakukan pada sisi kiri lambung kapal. Selama proses setting berlangsung,
mesin kapal dalam keadaan berjalan dengan kecepatan rendah dan dilakukan dari
arah tengah menuju arah pantai. Urutan proses penurunan jaring adalah penurunan
batu pemberat lalu diikuti oleh mata jaring menyusul kemudian tali selambar,
jangkar dan pelampung tanda. Nelayan akan kembali ke fishing base setelah
proses setting selesai. (b) Perendaman jaring (soaking). Perendaman jaring
dilakukan selama sehari semalam.(c) Pengangkatan jaring (hauling). Proses
pengangkatan jaring (hauling) dilakukan pada sisi kiri lambung kapal. Pada saat
hauling, jaring diangkat sekaligus ditata susunannya sambil memeriksa dan
mengambil hasil tangkapan. Mesin kapal harus dalam keadaan mati ketika proses
hauling dilakukan.
(4) Tahap penanganan
hasil tangkapan adalah pelepasan ikan hasil tangkapan dari jaring untuk
kemudian disimpan pada suatu wadah atau tempat.
5. Daerah Pengoperasian
Bottom gillnet dioperasikan di danau
pada bagian dasar perairan dan perairan berkarang. Bottom gillnet dapat
dipasang di perairan air tawar yang dangkal pada kedalaman sekitar 50 m
(Krisnandar 2001). Daerah distribusi bottom gillnet adalah Bali, Cibinuangeum,
Pangandaran dan sekitarnya (Jawa Barat) (Subani dan Barus 1989).
6. Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan dari pengoperasian
bottom gillnet adalah udang barong (Panulirus spp), manyung (Tachysurus spp),
layur (Trichiurus spp), gulamah (Scienidae) dan kuro (Polynemus spp) (Subani
dan Barus 1989).
Daftar Pustaka
Ayodhyoa AU. 1981. Metode Penangkapan
Ikan. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 22-23
Krisnandar B. 2001. Penggunaan Umpan pada Alat Tangkap Bottom Gillnet untuk
Menangkap Udang Karang di Perairan Pelabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. Skripsi
[tidak dipublikasikan]. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 90-91
Martasuganda S. 2002. Jaring Insang
(Gillnet). Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 107
Miranti. 2007. Perikanan Gillnet di Pelabuhan Ratu: Kajian Teknis dan
Tingkat Kesejahteraan Nelayan Pemilik. Skripsi [tidak dipublikasikan]. Bogor:
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Rustandar R. 2005. Analisis Efisiensi Teknik Unit Penangkapan Gillnet di
Muara Angke Jakarta. Skripsi [tidak dipublikasikan]. Bogor: Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.Hal 60-61
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu