27 Mei 2012

BOTTOM GILLNET


BOTTOM GILLNET
oleh : ita apriani

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Definisi dan Klasifikasi
            Jaring insang dasar (bottom gillnet), yaitu alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama, dioperasikan pada bagian dasar perairan dengan sasaran penangkapan adalah ikan demersal (Sainsbury 1971 diacu dalam Rustandar 2005). Jaring insang dasar (bottom gillnet) diklasifikasikan ke dalam kelompok jaring insang (gillnet) (Ayodhyoa AU 1981 diacu dalam Rustandar 2005).


2. Konstruksi Alat Penangkap Ikan
            Bagian-bagian dari bottom gillnet menurut Martasuganda (2002) : (1) Pelampung (float), berfungsi untuk menghasilkan gaya apung pada bottom gillnet; (2) Tali ris atas dan bawah, berfungsi untuk dipakai memasang atau menggantungkan badan jaring. Pemasangan tali ris bagian atas dipasang di bawah tali pelampung sedangkan tali ris bawah dipasang di atas tali pemberat; (3) Tali penggantung badan jaring bagian atas dan bawah (upper bolch line and under bolch line), adalah tali yang dipakai untuk menyambungkan atau menggantungkan badan jaring pada tali ris; (4) Badan jaring atau jaring utama (main net), adalah bagian dari jaring yang digunakan untuk menangkap ikan; (5) Pemberat (sinker), berfungsi untuk menghasilkan gaya berat pada bottom gillnet.
Ukuran per tinting: panjang 50 m sebelum diikat (37,5 m setelah diikat); lebar 2,94 m sebelum diikat (1,94 m setelah diikat); bahan nilon monofilamen No. 25; Selvedge PE d/3 (Subani dan Barus 1989). Menurut kelompok kami, parameter utama dari bottom gillnet adalah ukuran mata jaring.

3.  Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
     3. 1 Kapal
      Kapal bottom gillnet termasuk ke dalam kelompok kapal dengan metode pengoperasian static gear (kapal dengan alat tangkap yang dioperasikan secara statis). Ada dua jenis kapal yang digunakan dalam pengoperasian bottom gillnet, yaitu: a) dengan motor tempel (12-25 PK), ukuran: panjang 6,7 m, lebar 1,5 m, dalam 0,5 m, jaring 14 tinting (pieces); b) dengan motor dalam (6,5-18 PK), ukuran: panjang 7,5 m, lebar 2 m, dalam 1 m, jaring 20-25 tinting (pieces) (Subani dan Barus 1989).
     3.2 Nelayan
     Untuk mengoperasikan bottom gillnet diperlukan 4 orang nelayan yang terdiri dari 1 orang nakhoda, 1 orang pengemudi dan 2 orang anak buah kapal (ABK). Nakhoda bertugas menentukan daerah pengoperasian, pengemudi bertugas mengemudikan kapal dan ABK bertugas untuk membantu dalam operasi penangkapan ikan (setting dan hauling) (Krisnandar 2001).
     3.3 Alat Bantu
     Alat bantu pada bottom gillnet berupa net hauler atau net drum, berfungsi untuk menarik jaring pada saat hauling (Sainsburry 1971).
    3.4 Umpan
     Umpan yang digunakan adalah makanan yang disukai oleh ikan-ikan demersal dan lobster, yaitu hewan lunak (Mollusca), seperti keong dan kerang-kerangan; hewan berkulit duri (Echinodermata) seperti bulu babi, bintang laut dan teripang atau lili laut. Umpan kulit kambing dapat digunakan sebagai umpan alternatif. Selain umpan kulit kambing, umpan kulit sapi juga dapat digunakan untuk meningkatkan hasil tangkapan udang karang. Umpan ini hanya untuk memikat atau sebagai bau-bauan untuk menarik kedatangan mangsa mendekati bottom gillnet. (Krisnandar 2001).

4.  Metode Pengoperasian Alat
              Metode pengoperasian bottom gillnet terdiri atas beberapa tahap (Miranti 2007), yaitu sebagai berikut.
(1) Persiapan yang dilakukan nelayan meliputi pemeriksaan alat tangkap, kondisi mesin, bahan bakar kapal, perbekalan, es dan tempat untuk menyimpan hasil tangkapan.
(2) Pencarian daerah penangkapan ikan (DPI), hal ini dilakukan nelayan berdasarkan pengalaman-pengalaman melaut yaitu dengan mengamati kondisi perairan seperti banyaknya gelembung-gelembung udara di permukaan perairan, warna perairan, serta adanya burung-burung di atas perairan yang mengindikasikan adanya schooling ikan.
(3) Pengoperasian alat tangkap yang terdiri atas pemasangan jaring (setting), perendaman jaring (soaking) dan pengangkatan jaring (hauling) (Krisnandar 2001):(a) Pemasangan jaring (setting). Penyusunan bottom gillnet dan pemasangan umpan dilakukan di atas kapal agar lebih memudahkan nelayan pada saat setting. Penurunan jaring dilakukan pada sisi kiri lambung kapal. Selama proses setting berlangsung, mesin kapal dalam keadaan berjalan dengan kecepatan rendah dan dilakukan dari arah tengah menuju arah pantai. Urutan proses penurunan jaring adalah penurunan batu pemberat lalu diikuti oleh mata jaring menyusul kemudian tali selambar, jangkar dan pelampung tanda. Nelayan akan kembali ke fishing base setelah proses setting selesai. (b) Perendaman jaring (soaking). Perendaman jaring dilakukan selama sehari semalam.(c) Pengangkatan jaring (hauling). Proses pengangkatan jaring (hauling) dilakukan pada sisi kiri lambung kapal. Pada saat hauling, jaring diangkat sekaligus ditata susunannya sambil memeriksa dan mengambil hasil tangkapan. Mesin kapal harus dalam keadaan mati ketika proses hauling dilakukan.
(4) Tahap penanganan hasil tangkapan adalah pelepasan ikan hasil tangkapan dari jaring untuk kemudian disimpan pada suatu wadah atau tempat.

5. Daerah Pengoperasian
            Bottom gillnet dioperasikan di danau pada bagian dasar perairan dan perairan berkarang. Bottom gillnet dapat dipasang di perairan air tawar yang dangkal pada kedalaman sekitar 50 m (Krisnandar 2001). Daerah distribusi bottom gillnet adalah Bali, Cibinuangeum, Pangandaran dan sekitarnya (Jawa Barat) (Subani dan Barus 1989).

6. Hasil Tangkapan
            Hasil tangkapan dari pengoperasian bottom gillnet adalah udang barong (Panulirus spp), manyung (Tachysurus spp), layur (Trichiurus spp), gulamah (Scienidae) dan kuro (Polynemus spp) (Subani dan Barus 1989).

Daftar Pustaka
Ayodhyoa AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 22-23

Krisnandar B. 2001. Penggunaan Umpan pada Alat Tangkap Bottom Gillnet untuk Menangkap Udang Karang di Perairan Pelabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. Skripsi [tidak dipublikasikan]. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 90-91

Martasuganda S. 2002. Jaring Insang (Gillnet). Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 107

Miranti. 2007. Perikanan Gillnet di Pelabuhan Ratu: Kajian Teknis dan Tingkat Kesejahteraan Nelayan Pemilik. Skripsi [tidak dipublikasikan]. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Rustandar R. 2005. Analisis Efisiensi Teknik Unit Penangkapan Gillnet di Muara Angke Jakarta. Skripsi [tidak dipublikasikan]. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.Hal 60-61

Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. No. 50. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Hal 31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu