Pengendalian Dampak Teknologi terhadap Lingkungan
dengan Perdagangan Karbon dan Pemanfaatan Teknologi Ramah Lingkungan
oleh : Ita apriani
Dampak
kenaikan konsumsi masyarakat dunia terhadap teknologi semakin terlihat jelas
seiring dengan perkembangannya. Dampak negatif yang telah dirasakan secara
nyata adalah kerusakan lingkungan yang semakin parah di berbagai penjuru dunia.
Salah satunya, seperti yang telah dipaparkan secara gamblang dalam film dokumenter
mantan Wakil Presiden AS era Bill Clinton, Algore, “An Inconvenient Truth” adalah terjadinya pemanasan global akibat
efek gas rumah kaca (GRK) yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
aktivitas industri, terutama di Negara-negara maju. AS misalnya, menyumbang 40%
dosa emisi dunia.
Sebenarnya
dampak pemanasan global sudah mulai dicermati sejak sekitar 20 tahun yang lalu.
Ada laporan ilmuwan tahun 1990 tentang perubahan iklim memberi tanda bahaya
bagi kehidupan umat manusia, dan mendesak agar dibentuk suatu kesepakatan
global untuk mengatasi perubahan iklim. Pada tahun 1992 disepakati konvensi PBB
tentang perubahan iklim (United Nations
Frameworks Convention on Climate Change atau UNFCCC) yang tujuan pokoknya
menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) pada tingkat yang aman dan tidak mengganggu iklim global.
Berbagai
pakta diteken setelahnya. Puncaknya adalah pertemuan di Kyoto, Jepang tahun
1997 yang menghasilkan Protokol Kyoto. Perjanjian tersebut mewajibkan
Negara-negara industri untuk mengurangi emisi GRK- salah satunya CO2-
sebanyak 5,2% di bawah kadar yang mereka lepas pada tahun 1990 dalam kurun
waktu 5 tahun (mulai 2008-2012), yang disebut
sebagai periode komitmen pertama.
Protokol
Kyoto menawarkan tiga mekanisme fleksibel untuk membantu negara-negara industri
menekan laju emisi GRK: implementasi Bersama (joint implementation/JI), Perdagangan Emisi Internasional (international emission trading/IET) dan
Mekanisme Pembangunan Bersih (clean
development mechanism atau CDM).
Salah
satu solusi menarik yang ditawarkan dalam protokol Kyoto adalah CDM karena
begitu sulit memaksa negara-negara tersebut mengurangi emisi karbonnya, akibat
begitu besarnya ketergantungan mereka pada konsumsi bahan bakar minyak. Sampai
sekarang Amerika Serikat saja masih menolak protokol Kyoto.
Melalui
mekanisme ini, sebuah proyek penurunan emisi oleh suatu negara atau sektor
swasta dapat disertifikasi oleh PBB, sehingga mendapatkan Certified Emissions Reduction (CERs),disebut juga Carbon Credits. Mekanisme ini dapat
memberi keuntungan finansial, sekaligus mendukung penanaman modal asing, terbukanya
peluang usaha dan lapangan kerja baru, alih teknologi serta pembangunan
berkelanjutan.
Melalui
perdagangan karbon, negara-negara
industri- sebagai penyumbang terbesar emisi gas CO2, penyebab
utama pemanasan global- bisa membayar
suatu negara berkembang yang mampu mengupayakan pengurangan emisi karbon.
Setiap
upaya penurunan emisi yang setara dengan satu ton karbon (tCO2) akan
mendapat satu CER (certified emission
reduction). Sertifikat yang mirip surat berharga ini dikeluarkan oleh Badan
Eksekutif CDM di bawah UNFCCC. Negara industri yang sudah meratifikasi Protokol
Kyoto (disebut dengan kelompok Annex-1), atau lembaga non-pemerintah manapun
yang merasa berkepentingan, bisa membeli CER ini dari proyek-proyek CDM di negara
berkembang (non-Annex-1) yang tidak diwajibkan untuk mengurangi emisi.
Istilah
“reduksi emisi karbon” bukan hanya berarti pengurangan kadar karbon yang sudah
ada saat ini di udara, tetapi merupakan upaya menekan bertambahnya emisi GRK
akibat penggunaan bahan bakar fosil. Jadi, angka-angka tersebut pada dasarnya
adalah jumlah karbon yang diemisikan jika tanpa proyek CDM.
Kelemahan
solusi ini adalah keleluasaan negara industri maju untuk tetap mengotori
atmosfer selama masih mampu membeli CER sebagai kompensasi. Tetapi, keuntungan
yang dapat diambil oleh negara berkembang adalah peluang membankitkan
perekonomian dengan negara dengan usaha konservasi lingkungan yang menjadi
bernilai ekonomi, bukan sekedar beban biaya seperti selama ini. Menurut Agus
P.Sari, Direktur Regional Asia Tenggara EcoSecurities ,salah satu pemain besar
perdagangan karbon yang bermarkas di Oxford, Inggris, dengan adanya CDM,
pengelolaan lingkungan juga berarti aset berharga.
Namun,
pada pelaksanaannya, sejauh ini kebanyakan pihak yang berpartisipasi adalah pihak-pihak yang menghasilkan emisi
rendah. FIFA, federasi sepak bola dunia, membeli beberapa kredit karbon
sehubungan pelaksanaan Piala Dunia 2006 lalu. Sementara Paramount, studio film
Hollywood, juga membeli kredit karbon atas setiap emisi yang mereka keluarkan
selama proses pembuatan film tentang pemanasan global An Inconvenient Truth
(2006).
Setelah
meratifikasi Protokol Kyoto melalui Undang-Undang Nomor 17 tahun 2004,
Indonesia membuka peluang ikut serta dalam arus perdagangan karbon. Berdasarkan
Kajian Strategis Nasional sektor Kehutanan dan Energi (KSNKE) yang dilakukan
tahun 2001-2001, Indonesia memiliki potensi pengurangan emisi GRK sekitar 23-24
juta ton CO2e pertahun. Jika dikonversi ke nilai CER, potensinya menjadi 230
juta dolar AS dalam setahun (sekitar Rp 2,3 T). Sehubungan dengan itu,
Pemerintah Indonesia dalam konferensi Internasional PBB tentang perubahan iklim
3-14 Desember 2007 di Bali, akan
menawarkan proposal pemeliharaan hutan hujan tropis di Indonesia dan sejumlah negara
lain, yang umumnya miskin ke negara maju, terutama Eropa dan Amerika. Biaya
pemeliharaan itu sebagai bagian dari bentuk tanggung jawab negara maju terhadap
perubahan iklim. Karbon (CO2) akan diserap oleh hutan di Indonesia,
yang membayarnya nanti adalah sektor swasta yang harus mengurangi
pencemarannya. Untuk sektor energi, Chevron Geothermal Indonesia (CGI), melalui
proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi Darajat Unit III telah mendapat
persetujuan, Desember tahun lalu, dengan kapasitas pembangkit 110 MWatt.
Menurut data CGI, emisi CO2 dari pembangkit listrik geothermal hanya
sekitar sepersepuluh dari emisi yang dihembuskan oleh pembangkit konvensional
seperti batubara, dan seperenam dari bahan bakar diesel dan minyak. Selisih jumlah
emisi inilah yang bisa dijadikan kredit karbon untuk diperjualbelikan.
Memasuki
periode tahun 2012, pencemaran yang terjadi akan lebih besar lagi sebagai ekses
pembangunan. Karena itu, diperlukan modal yang cukup besar selain juga
teknologi. Namun, terlepas dari meminta ganti rugi, sebenarnya yang lebih
penting adalah menjaga serta mengendalikan CO2.
Di
samping solusi yang di atas yang telah berjalan selama kurun waktu 15 tahun
ini, masih terdapat banyak upaya konservasi lingkungan dari dampak teknologi
yang terus bergerak maju, bahkan dengan melibatkan teknologi itu sendiri. Salah
satu di antaranya adalah membentuk komitmen bersama negara maju dan berkembang
untuk mulai beralih pada pemafaatan teknologi ramah lingkungan menggantikan atau
memperbarui teknologi konvensional yang telah banyak mencemari lingkungan,
mengganti sumber bahan bakar industri dari fosil dengan energi terbarukan/alternatif,
pengelolaan limbah yang tepat dan bertanggung jawab, serta peremajaan bumi
dengan reboisasi kawasan hutan penyerap karbon secara besar-besaran dan berkesinambungan.
Langkah
konkret yang dapat diambil adalah dengan menciptakan tren opini global lewat
media internasional -yang notabene dikuasai negara maju- untuk mengkampanyekan
penggantian energi fosil dengan energi terbarukan untuk kelangsungan kehidupan
generasi mendatang di bumi ini, kemudian mempersiapkan studi kelayakan
pemanfaatan sumber energi terbarukan sesuai potensi wilayah masing-masing. Bagi
negara-negara yang telah menjadikan energi terbarukan sebagai bagian dari
aktivitas industrinya, perlu mem-break-down
teknologi pemanfaatan energi terbarukan kepada negara yang belum dapat
melaksanakannya dalam rangka ikut berpartisipasi aktif menyelamatkan bumi,
bukan hanya berorientasi ekonomi untuk menghemat bahan bakar industrinya. Alih
teknologi energi terbarukan merupakan langkah akselerasi untuk menanggulangi
bahaya dampak pencemaran lingkungan lebih lanjut.
Negara
berkembang, terutama yang mempunyai potensi sumber energi terbarukan (tenaga
air, angin, surya, panas bumi , arus dan termal laut (OWC dan OTEC), hydrogen (fuel
cell), dan biomassa), termasuk Indonesia juga harus segera mengambil langkah
strategis mempersiapkan diri menuju kemandirian energi sehingga tidak
bergantung lagi dengan impor minyak mentah yang selalu tidak sebanding dengan
produksi dalam negeri, apalagi dengan kenaikan harga minyak mentah dunia saat
ini hingga level US$90 per barel (19 Oktober 2007) yang menekan neraca ekonomi
Indonesia.
Persiapan
tersebut perlu dilakukan sedini mungkin menuju berakhirnya Protokol Kyoto 2012
mendatang. Sehingga, semua pihak telah siap menghadapi berbagai kemungkinan
terburuk akibat pengeluaran emisi GRK selama ini dan berbagai bentuk
pemanfaatan energi terbarukan dapat siap beroperasi setelah Protokol Kyoto
berakhir nanti.
Referensi
:
- National Geographic Indonesia
Magazine, Maret 2007
- Kompas,
Selasa, 9 Oktober 2007
postingan yang menarik, kami juga punya artikel terkait 'Gas Rumah Kaca (GRK)' silahkan buka link ini
BalasHapushttp://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/3143/1/PESAT%202005%20_ekonomi_008.pdf
semoga bermanfaat ya
[url=http://www.santehslon.ru/dushevye-kabiny/ot-90-do-100-sm/gidromassazhnaia-dushevaia-kabina-serena-se-2235g?vmcchk=1]душ кабина серена se 2227g[/url]
BalasHapus[url=http://www.santehslon.ru/sanfaians/rakoviny/s-pedestalom/rakovina-cersanit-president-60-belaia?vmcchk=1]cersanit president 60 купить в москве[/url]
Кануло в небытие то время, когда ванная комната была самым маленьким и темным помещением во всем доме с наименьшим количеством необходимой мебели и сантехники. Сегодня обстановке этой по-прежнему малогабаритной, но очень необходимой комнаты уделяется много времени и внимания. В нынешнем многообразии специализированной мебели и сантехники очень легко запутаться и приобрести совершенно не то, что мечталось! Наш магазин сантехники - это ваш безопасный проводник в мир мега удобной, изысканнной и безопасной ванной комнаты. Наш магазин сантехники предлагает своим клиентам огромный выбор высококачественной мебели и сантехники популярных мировых производителей, продукция которых зарекомендовала себя только с положительной стороны по низким ценам! В ассортименте нашего магазина вы найдете ванны и душевые кабины, смесители, мебель и всевозможные аксессуары. Мы знаем, что такое качество, поэтому можете не сомневаться в вашем верном выборе.
[url=http://www.santehslon.ru/mebel-dlia-vannoi/shkafy/penal-s-korzinoi-dlia-belia-akva-rodos-matteo-60?vmcchk=1]шкаф пенал ширина 68[/url]
[url=http://www.santehslon.ru/mebel-dlia-vannoi/zerkala/zerkalo-shkaf-akvaton-altair-77-belyi-gliantcevyi?vmcchk=1]альтаир 72 мебелб[/url]