19 September 2012

Otter Trawl


Otter Trawl
oleh : ita apriani

Definisi dan Klasifikasi
Otter trawl merupakan alat penangkapan ikan terbuat dari jaring berbentuk kerucut memiliki kantong, digerakan menyapu dasar perairan (Subani 1989). Otter trawl adalah jaring tarik dimana terbukanya mulut dikarenakan adanya rentangan kayu atau besi pada mulut jaring. Rentangan itu bisa berupa bingkai empat persegi panjang, bentuk huruf U terbalik, atau berbentuk kuda-kuda. Otter trawl disebut juga dengan trawl berpapan karena memiliki sepasang papan yang disebut otter board yang gunanya untuk membuka mulut jaring. Pada semua jenis trawl dilengkapi dengan sepasang papan di bagian sayap yang disebut otter board (Subani dan Barus 1989).


Konstruksi Alat Penangkapan Ikan
Otter trawl terbuat dari jaring yang berbentuk kerucut dengan tiga bagian utama yaitu, sayap (wing), badan jaring (body), dan kantong (cod end). Komponen lainnya seperti, tali ris atas (headrope), tali ris bawah (groundrope), pelampung (float), pemberat (sinker), sepasang papan di bagian sayap (otter board), dan tali penarik (warp). Bahan utama dalam pembentukan konstruksi alat tangkap otter trawl adalah Poly etilen (PE) dan beberapa bahan pendukung lainnya seperti kayu pada otter board dan besi pada tickler chain. Parameter utama dari otter trawl yaitu bukaan mulut jarring (Vont Brandt, 1984).

Kelengkapan dalam unit penangkapan ikan
Kapal
Otter trawl menggunakan kapal dalam pengoperasian yang pada umumnya kapal bermesin disebut trawler. Kapal yang digunakan dalam pengoperasian otter trawl berfungsi untuk menarik alat tangkap. Pada umumnya jaring ditarik dengan kecepatan 3-4 knot. Karakteristik trawler adalah terdapatnya tiang-tiang di bagian buritan yang digunakan sebagai tempat bergantungnya takal dan lewatnya tali yang digulung atau diulur menggunakan winch. Ukuran kapal bergantung pada ukuran otter trawl yang akan dioperasikan, biasanya berkisar 65-350 GT (Diniah 2008).
Nelayan
      Nelayan pada trawler dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan jabatannya yaitu, fishing master, nahkoda, kepala ruang mesin, ABK yang bekerja di bagian dek kapal, dan koki atau juru masak (Subani 1989).
Alat bantu
Kapal trawl dilengkapi dengan trawl winch sebagai tenaga penggerak. Winch dihubungkan dengan warp dan untuk mengontrol panjang warp dipasang brake. Selain winch ada juga gallow sebagai alat bantu lainnya (Subani 1989).
Umpan
      Alat tangkap ini tidak menggunakan umpan pada saat proses penangkapan (Subani 1989).

Metode pengoperasian alat
Tahapan awal dalam pengoprasian otter trawl adalah persiapan sebelum oprasi penangkapan ikan dilakukan, seperti pengecekan alat, bahan, mesin kapal, pembersihan palka, perbekalan es, dan lain-lain. Setelah semuanya siap, kapal menuju fishing ground. Pada fishing ground dilakukan tahapan penangkapan yang terdiri atas, penurunan jaring (setting), penyeretan jaring (towing), pengangkatan jarring (hauling), dan penanganan hasil tangkapan di atas palka (Subani 1989).

Daerah pengoperasian
Otter trawl dioperasikan di dasar perairan (demersal) yang berpasir atau berlumpur. Alat tangkap ini banyak dioperasikan di sekitar wilayah perairan Cilacap dan perairan wilayah Indonesia bagian Timur (Irian Jaya dan Maluku) (Subani 1989).

Hasil tangkapan utama
Hasil tangkapan utama dari otter trawl adalah ikan demersal yang dapat berupa udang rebung (Penaeus merguensis), udang windu (P. monodon), udang dogol (Metapenaeus ensis), udang krosok (Para penaeopsis spp.), bulu ayam (Setipinna spp.), pepetek (Leiognathus spp.), gulamah (Sciena spp.), nomei (Harpodon spp.), rajungan (Portunus pelagicus), cumi-cumi (Loligo spp.) dan sotong (Sepia spp.) (Subani 1989).

Daftar Pustaka
Brandt A V. 1984. Fishing Catching Methods of The World. England: Fishing News Books Ltd.

Diniah.2008. Pengenalan Perikanan Tangkap. Bogor: Departmenen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB.

Subani W. 1978. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia. jilid I. Jakarta: LPPL.

Subani W dan H R Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut vol. II No. 2. Jakarta: Balai Riset Perikanan Laut, Departemen Kelautan dan Perikanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu