30 Agustus 2012

TOGO GANDA


TOGO GANDA
oleh : ita apriani

Definisi dan klasifikasi
            Menurut Subani dan Barus (1989) togo ganda adalah jenis perangkap pasang surut (filter net) sama seperti bubu ambai, sici, gombang, dan bubu apolo. Sementara menurut Supardi (2007) togo ganda adalah jenis perangkap yang bahan utamanya adalah webbing baik sintetis maupun alami yang dioperasikan di dasar maupun permukaan perairan yang terdiri dari dua togo menghadap ke satu arah yang sama dengan satu rumah pelataran.


Konstruksi alat penangkap ikan
            Alat tangkap togo ganda terdiri dari: rumah pemilik togo, pelataran togo, tali penjemur togo, togo ganda (jaring), dan penaju. Rumah pemilik togo yang dilengkapi pelataran togo berfungsi untuk menjaga togo dan memindahkan arah bukaan mulut togo jika terbalik dari arah surut ke arah pasang. Tali penjemur togo dikaitkan pada sebuah kayu yang ditancapkan. Tali penjemur ini berfungsi untuk menjemur togo saat tidak sedang dioperasikan.
            Dua buah sayap togo (kiri dan kanan) diikatkan pada bambu yang ditancapkan di dekat togo, sehingga membentuk siku keluang (zig-zag). Togo memiliki ukuran mata jaring yang cukup besar, tetapi pada umumnya ukuran mata jaring tidak ditentukan secara khusus karena hasil tangkapan tidak menentu (Supardi 2007).
            Ukuran togo ganda cukup bervariasi, togo ganda yang berukuran besar mempunyai panjang sekitar 12.5 m, togo ganda berukuran sedang 10 m, dan togo ganda ukuran kecil 7.5 m. Bagian ujung jaring togo ada yang terbuat dari bambu/rotan yang bentuknya menyerupai gendang besar. Selain itu, togo ganda juga dilengkapi dengan bambu/kayu yang ditancapkan di kiri dan kanan togo yang disebut penaju yang berfungsi untuk mengarahkan/menghalangi ikan sehingga ikan masuk ke dalam jaring togo. Parameter utama alat tangkap togo ganda adalah arah arus air dan keadaan air pada saat pasang maupun surut (Subani dan Barus 1989).

Kelengkapan dalam unit penangkapan ikan
Kapal
Menurut kelompok kami alat tangkap togo ganda tidak menggunakan kapal dalam pengoperasiannya. Kapal hanya sebagai alat bantu nelayan untuk berpindah tempat atau tranportasi untuk mendekati togo.
Nelayan
       Alat tangkap togo ganda merupakan alat tangkap yang bersifat pasif, sehingga tidak membutuhkan banyak nelayan untuk pengoperasiannya. Kira-kira hanya 2-3 orang nelayan, nelayan tersebut bertugas untuk melepaskan tiang togo dan mengangkat togo yang telah berisi ikan (Subani dan Barus 1989).
Alat bantu
       Menurut kelompok kami alat tangkap togo ganda tidak memerlukan alat bantu dalam pengoperasiannya.
Umpan
       Menurut kelompok kami alat tangkap togo ganda tidak menggunakan umpan dalam pengoperasiannya karena alat tangkap ini merupakan alat tangkap yang dioperasikan pada saat pasang surut.

Metode pengoperasian alat
            Alat tangkap togo ganda menggunakan prinsip penangkapan yang menghadang ikan atau biota laut lainnya, yaitu pada waktu pasang mendekat dan ketika surut menjauhi pantai. Togo ganda dipasang dengan mulut togo menghadap pantai atau sejalan dengan arah arus air. Togo ganda dipasang pada saat air dalam keadaan pasang dan diambil hasilnya pada saat air surut. Pengambilan hasil tangkapan dapat dilakukan dalam keadaan kering, setengah kering, dan terkadang masih dalam keadaan togo tergenang air (Supardi 2007).


Daerah pengoperasian
            Togo ganda biasanya dioperasikan disekitar pantai yang dangkal dengan dasar perairan yang berpasir dan berlumpur untuk menancapkan bambu (Supardi 2007). Menurut Wiryawan et al (2005) togo ganda pada umumnya dioperasikan pada kedalaman 10-20 meter dan di bagian tepi sepanjang sungai hingga muara sungai, seperti di Laut Bera, Kalimantan Timur.
Hasil tangkapan
            Hasil tangkapan togo ganda adalah ikan bulu ayam (Engraulis sp.), biang-biang (Setipinna  sp.), udang barong, udang penaid, ikan bawal putih (Pampus argentus), dan lain-lain (Subani dan Barus 1989).

Daftar pustaka
Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. No. 50. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Supardi, Ardidja. 2007. Alat Penangkapan Ikan. Jakarta: Sekolah Tinggi Perikanan.

Wiryawan, B et al. 2005. Menuju kawasan konservasi Laut Berau, Kalimantan Timur. Status sumberdaya pesisir dan proses pengembangannya. Program Bersama Kelautan Berau Mitra Pesisir/CRMP II USAID, WWF dan TNC. Jakarta. Hal: 53.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu