TOGO
GANDA
oleh : ita apriani
Definisi
dan klasifikasi
Menurut
Subani dan Barus (1989) togo ganda adalah jenis perangkap pasang surut (filter net) sama seperti bubu ambai,
sici, gombang, dan bubu apolo. Sementara menurut Supardi (2007) togo ganda
adalah jenis perangkap yang bahan utamanya adalah webbing baik sintetis maupun alami yang dioperasikan di dasar
maupun permukaan perairan yang terdiri dari dua togo menghadap ke satu arah
yang sama dengan satu rumah pelataran.
Konstruksi
alat penangkap ikan
Alat
tangkap togo ganda terdiri dari: rumah pemilik togo, pelataran togo, tali
penjemur togo, togo ganda (jaring), dan penaju. Rumah pemilik togo yang
dilengkapi pelataran togo berfungsi untuk menjaga togo dan memindahkan arah
bukaan mulut togo jika terbalik dari arah surut ke arah pasang. Tali penjemur
togo dikaitkan pada sebuah kayu yang ditancapkan. Tali penjemur ini berfungsi
untuk menjemur togo saat tidak sedang dioperasikan.
Dua buah sayap togo (kiri dan kanan)
diikatkan pada bambu yang ditancapkan di dekat togo, sehingga membentuk siku
keluang (zig-zag). Togo memiliki ukuran mata jaring yang cukup besar, tetapi
pada umumnya ukuran mata jaring tidak ditentukan secara khusus karena hasil
tangkapan tidak menentu (Supardi 2007).
Ukuran togo ganda cukup bervariasi,
togo ganda yang berukuran besar mempunyai panjang sekitar 12.5 m, togo ganda
berukuran sedang 10 m, dan togo ganda ukuran kecil 7.5 m. Bagian ujung jaring
togo ada yang terbuat dari bambu/rotan yang bentuknya menyerupai gendang besar.
Selain itu, togo ganda juga dilengkapi dengan bambu/kayu yang ditancapkan di
kiri dan kanan togo yang disebut penaju yang berfungsi untuk mengarahkan/menghalangi
ikan sehingga ikan masuk ke dalam jaring togo. Parameter utama alat tangkap
togo ganda adalah arah arus air dan keadaan air pada saat pasang maupun surut
(Subani dan Barus 1989).
Kelengkapan
dalam unit penangkapan ikan
Kapal
Menurut
kelompok kami alat tangkap togo ganda tidak menggunakan kapal dalam
pengoperasiannya. Kapal hanya sebagai alat bantu nelayan untuk berpindah tempat
atau tranportasi untuk mendekati togo.
Nelayan
Alat
tangkap togo ganda merupakan alat tangkap yang bersifat pasif, sehingga tidak
membutuhkan banyak nelayan untuk pengoperasiannya. Kira-kira hanya 2-3 orang
nelayan, nelayan tersebut bertugas untuk melepaskan tiang togo dan mengangkat
togo yang telah berisi ikan (Subani dan Barus 1989).
Alat bantu
Menurut
kelompok kami alat tangkap togo
ganda tidak memerlukan alat bantu dalam pengoperasiannya.
Umpan
Menurut
kelompok kami alat tangkap togo
ganda tidak menggunakan umpan dalam pengoperasiannya karena alat tangkap ini
merupakan alat tangkap yang dioperasikan pada saat pasang surut.
Metode
pengoperasian alat
Alat
tangkap togo ganda menggunakan prinsip penangkapan yang menghadang ikan atau
biota laut lainnya, yaitu pada waktu pasang mendekat dan ketika surut menjauhi
pantai. Togo ganda dipasang dengan mulut togo menghadap pantai atau sejalan
dengan arah arus air. Togo ganda dipasang pada saat air dalam keadaan pasang
dan diambil hasilnya pada saat air surut. Pengambilan hasil tangkapan dapat
dilakukan dalam keadaan kering, setengah kering, dan terkadang masih dalam
keadaan togo tergenang air (Supardi 2007).
Daerah
pengoperasian
Togo
ganda biasanya dioperasikan disekitar pantai yang dangkal dengan dasar perairan
yang berpasir dan berlumpur untuk menancapkan bambu (Supardi 2007). Menurut
Wiryawan et al (2005) togo ganda pada
umumnya dioperasikan pada kedalaman 10-20 meter dan di bagian tepi sepanjang
sungai hingga muara sungai, seperti di Laut Bera, Kalimantan Timur.
Hasil
tangkapan
Hasil
tangkapan togo ganda adalah ikan bulu ayam (Engraulis
sp.), biang-biang (Setipinna sp.), udang barong, udang penaid, ikan bawal
putih (Pampus argentus), dan
lain-lain (Subani dan Barus 1989).
Daftar
pustaka
Subani W dan HR Barus. 1989. Alat
Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut.
No. 50. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Supardi, Ardidja. 2007. Alat
Penangkapan Ikan. Jakarta: Sekolah Tinggi Perikanan.
Wiryawan, B et
al. 2005. Menuju kawasan konservasi Laut Berau, Kalimantan Timur. Status
sumberdaya pesisir dan proses pengembangannya. Program Bersama Kelautan Berau
Mitra Pesisir/CRMP II USAID, WWF dan TNC. Jakarta. Hal: 53.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu