Probiotik dalam Akuakultur
Oleh : Timothy Leviano Mangapul Malau
29 September 2011
reviewer : Ita Apriani
Pada awalnya, penggunaan probiotik hanya diaplikasikan
pada manusia dan hewan ternak yang diberikan sebagai suplemen dalam makanan.
Namun pada akhir tahun 1980 muncul publikasi pertama mengenai kontrol biologi dalam
akuakultur, dan sejak itu penelitian
tentang probiotik dalam akuakultur terus meningkat (Verschuere et al.
2000).
Probiotik terdiri dari dua kata yaitu, pro yang
berarti mendukung (lawan katanya anti yang berarti melawan) dan biotik yang berarti
lingkungan hidup. Bisa disimpulkan, probiotik adalah mikroorganisme hidup yang
sengaja diberikan dengan harapan memberikan efek yang menguntungkan bagi
kesehatan inang. Selain itu probiotik diartikan sebagai mikroorganisme hidup
yang apabila dikonsumsi oleh inangnya (ternak, ikan, maupun manusia) akan memberikan
pengaruh menguntungkan baginya dengan memperbaiki lingkungan mikrobiota yang
ada dalam sistem pencernaan (Fuuler 1989 dalam Verschuere et al. 2000).
Probiotik dalam akuakultur menurut Moriarty (1999)
meliputi penambahan bakteri ke dalam tangki dan kolam dimana hewan air hidup,
karena bakteri tersebut memodifikasi komposisi bakteri dalam air dan
sedimen. Selanjutnya Verschuere et al. (2000) menambahkan penjelasan
bahwa pada hewan akuatik, selain saluran pencernaan, air di sekeliling
organisme tersebut juga memegang peranan penting, Sehingga probiotik untuk
hewan akuatik adalah agen mikro hidup yang memberikan pengaruh menguntungkan
pada inang dengan memodifikasi komunitas mikroba atau berasosiasi dengan inang,
menjamin perbaikan dalam penggunaan pakan atau memperbaiki nilai nutrisinya,
memperbaiki respon inang terhadap penyakit atau memperbaiki respon inang
terhadap penyakit atau memperbaiki kualitas lingkungan ambangnya.
Probiotik dalam media budidaya perikanan, berfungsi
sebagai pengatur kondisi mikrobiologi di air atau sedimen, membantu mengatur
atau memperbaiki kualitas air, meningkatkan keragaman mikroorganisme dalam air
atau sedimen serta meningkatkan kesehatan ikan dengan menghambat efek bakteri
patogen. Bakteri probiotik dapat meningkatkan kesehatan ikan dan memperbaiki
kualitas air serta digunakan sebagai pakan tambahan sehingga dapat memacu
pertumbuhan dan mencegah terjadinya serangan penyakit. Bakteri probiotik
apabila masuk kedalam tubuh ikan, udang dan moluska akan berfungsi sebagai immunostimulan
yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap bakteri patogen (Susanto et
al. 2005).
Penggunaan probiotik dapat dikategorikan sebagai
agensia pengendalian biologis (biological control) karena perannya dalam
membatasi atau membunuh hama dan penyakit. Dalam akuakultur, sebagai
pengendalian biologis melalui makanan, probiotik juga berperan dalam
peningkatan kualitas air media pemeliharaan ikan. Biokontrol digambarkan
sebagai penggunaan musuh alami untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh
organisme merugikan sampai batas yang dapat ditoleransi (Debach dan Rosen 1991
dalam Gomez-Gill 2000) atau lebih tepatnya, kontrol atau pengendalian populasi
yang merusak dengan menggunakan musuh alami (Smith 1991 dalam Gomez-Gill 2000).
Probiotik sebagai agen pengurai (bioremediasi)
merupakan kelompok bakteri menguntungkan seperti Nitrosomonas, Cellumonas,
Bacillus sp, dan Nitrobacter. Dalam usaha budidaya
perikanan dapat digunakan baik secara langsung dengan ditebarkan ke dalam air
atau melalui perantara makanan (Khasani 2007). Menurut Ali (2000) bahwa
penggunaan probiotik ke dalam air pemeliharaan ikan dapat memberikan pengaruh
yang baik terhadap kesehatan ikan karena probiotik tersebut akan mengubah
komposisi bakteri di dalam air dan sedimen sehingga dapat memperbaiki beberapa
parameter kualitas air dan meningkatkan kelangsungan hidup benih ikan.
Menurut Verschuere et al. (2000) mekanisme
kerja probiotik meliputi (1) Produksi senyawa inhibitor, (2) Kompetisi untuk
senyawa atau sumber energi yang tersedia (3) perbaikan kualitas air, (4) sumber
makro dan mikro nutrient (5) kontribusi enzim untuk pencernaan. Sedangkan
menurut Fuller (1992) faktor yang mempengaruhi respon inang terhadap probiotik
antara lain: komposisi mikroflora inang, dosis yang digunakan, umur dan spesies
atau strain hewan inang, dan kualitas probiotik.
Beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan untuk
mendapatkan probiotik dengan pengaruh positif yang optimal bagi inangnya
menurut Shortt (1999) meliputi (1) Spesies bakteri probiotik merupakan
mikroflora normal usus sehingga bakteri tersebut lebih mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungan usus. (2) Tidak bersifat patogen. (3) Memiliki kemampuan
untuk menempel dan mengkolonisasi sel usus.
(4) Memiliki aktivitas antagonistik terhadap mikroba
patogen enterik. (5) Terbukti memiliki pengaruh yang menguntungkan pada
kesehatan. (6) Bakteri probiotik diharapkan memiliki jumlah sel hidup yang
besar (106 sampai 109).
Beberapa penelitian mengenai bakteri probiotik dengan
menggunakan berbagai dosis telah banyak dilakukan baik melalui pakan maupun ke
media pemeliharaan. Nikoskelainen et al. (2001) menggunakan probiotik Lactobacillus
rhamnosus dengan dosis 109 CFU/g pakan dan 1012 CFU/g
pakan untuk menanggulangi Furunculosis pada ikan rainbow trout (Onchoryncus
mykiss), kelangsungan hidup tertinggi justru diperoleh pada perlakuan
probiotik dengan dosis 109 CFU/ml. Malau (2003) dalam penelitiannya
juga menggunakan bakteri SKT-b dan BL542 serta kombinasi keduanya menunjukkan
bahwa tingkat kelangsungan hidup larva udang windu yang tertinggi pada
perlakuan yang diberi bakteri SKT-b (90 %) dengan konsentrasi 106
CFU/ml dan diinfeksi Vibrio harveyi setelah 6 jam dengan
konsentrasi 103 CFU/ml.
Rahmadiarti (2009) menunjukkan bahwa pada benih ikan
nila dengan kepadatan 40 ekor/200L dan bobot rata-rata 5 gram/ekor menunjukan
bahwa penggunaan probiotik Epicin Pond Direct dengan dosis 3 mg/L memberikan
pengaruh tertinggi dengan 1,92% untuk laju pertumbuhan dan 51,53% untuk
efisiensi pemberian pakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu