PENYIAPAN MEDIUM DAN STERILISASI BAHAN DAN PERALATAN
Ita Apriani
C14090019
1.1 Latar Belakang
Untuk
menelaah bakteri di laboratorium, kita harus dapat menumbuhkan atau mengembangkan
bakteri tersebut. Adanya pembiakan bakteri dimaksudkan untuk memudahkan
pemeriksaan yang akan dilakukan di dalam laboratorium, sehingga jika
sewaktu-waktu diperlukan bakteri untuk suatu percobaan, maka bakteri tersebut
telah tersedia. Biakkan bakteri tersebut
dapat disimpan di dalam lemari es untuk waktu yang lama tanpa ada kerusakan
(Caray, 2009).
Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi dianatara mikroorganisme
diimbangi oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk
kultivasinya. Macam media yang tersedia dapat dikelompokkan dengan berbagai
cara. Selain menyediakan nutrien yang sesuai untuk kultivasi mikroorganisme,
juga perlu disediakan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum. Mikroorganisme
tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan
respons yang berbeda-beda terhadap kondisi fisik di dalam lingkungannya (
Caray, 2009).
Sebelum digunakan sebagai medium pertumbuhan, harus
dilakukan sterilisasi medium yang akan membunuh bakteri dan mikroorganisme lain
yang mungkin terkandung atau mengkontamikasi. Untuk mencapai tujuan ini dapat
dilakukan sterilisasi menggunakan autoclave
dengan memanaskan hingga suhu 121oC selama kursng lebih 15 menit
pada tekanan 1 atm. Kadang terdapat komponen medium yang sensitif panas
sehingga tidap dapat dilakukan sterilisasi menggunakan autoclave, sterilisasi komponen tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
kertas saring yang memeliki pori-pori 45 mikro. Kertas saring ini akan menahan
sel dan endospora yang mungkin ada sehingga komponen dapat ditambah pada medium
yang sudah mengalami sterilisasi panas (Inforedia, 2009). 1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah
mempelajari prosedur umum untuk merekonstitusi (mengembalikan dalam keadaan
asalnya) medium berbentuk bubuk (terdehidrasi) dan menaruhnyaa dalam jumlah
dikehendaki ke dalam wadah-wadah yang sesuai. Selain itu mempelajari berbagai
macam prosedur sterilisasi bahan dan peralatan.
PEMBAHASAN
Medium adalah bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di atas
atau di dalamnya. Macam-macam medium berdsarkan konsistensinya dibagi menjadi 3
jenis; medium padat, medium setengah padat, dan medium cair. Medium padat berfungsi
untuk menumbuhkan bakteri yang dapat diamati penampilan atau morfologi koloni.
Misalnya, tubuh buah mikrobakteri dan endospora spesies-spesies tertentu.
Medium setengah padat mengandung zat pembentuk gel berkonsentrasi rendah dan
mempunyai konsistensi menyerupai jeli. Medium semacam ini berguna untuk
membiakan bakteri mikroaerofil dan juga untuk menelaah berbagai aspek motilitas
dan kemotaksis. Sedangkan medium cair digunakan untuk berbagai keperluan
seperti pembiakan organisme dalam jumlah besar (Hadiutomo, 2009).
Komposisi pembuatan agar TSA adalah
kasein yang diuraikan secara pankreatik USP 17 g, bungkil kedele yang diuraikan
dengan papain USP 3 g, NaCl 5 g, pepton 5 g, dan air suling 1.000 ml. Komposisi
pembuatan agar TCBS adalah natrium tiosulfat 10 g, natrium sitrat 10 g, oxgall 5 g, natrium kolat 3 g, sukrosa
20 g, kasein yang diuraikan secara pankreatik USP 5 g, jaringan hewan yang
diuraikan secara peptik USP 5 g, ekstrak khamir 5 g, NaCl 10 g, besi sitrat 1 g, biru timol 0,04 g,
biru bromotimol 0,04 g, agar 14 g, air suling 1.000 ml. Komposisi pembuatan
agar TSB adalah kasein yang diuraikan secara pankreatik USP 17 g, bungkil
kedele yang diuraikan dengan papain USP 3 g, NaCl 5 g, K2HPO4
2,5 g, glukosa 2,5 g, dan air suling 1.000 ml. (Hadiutomo, 2009).
Bentuk media kultur yang dapat dibuat dengan derbagai macam cara
diantaranya: 1). tabung broth adalah tabung yang berisi medium cair. Mediun ini
berisi nutrien tertentu yang berfungsi sebagai substrat pertumbuhan mikrobia,
misalnya kasein, NaCI dan air. 2). agar miring adalah tabung yang berisi
nutrien dan agar. Medium dibiarkan memadat pada salah satu ujung sehingga
diperoleh permukaan miring yang rata. 3). Plate agar merupakan cawan petri
streril yang secara aseptis berisi medium agar cair steril yang dibiarkan
memadat. Hal ini biasa digunakan untuk metode pengkulturan, pemisahan dan
perhitungan mikrorganisme. Koloni mikroorganisme ini akan memunculkan
kenampakan tertentu pada cawan petri setelah masa inkubasi tertentu yang akan
tumbuh pada goresan (streaking) yang
kemudian akan memunculkan koloni tunggal (Inforedia, 2009).
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada,
sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang
dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling
tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992). Sterilisasi
merupakan metode praktis yang dirancang untuk membersihkan dari mikroorganisme,
atau sengaja untuk menghambat pertumbuhannya yang nyata dari kepentingan dasar
di banyak keadaan. Jenis dari mikroorganisme sangat berbeda dalam kelemahannya.
Terdapat berbagai macam agen antimikroba, dan lebih banyak lagi, afek yang
praktis dari agen ini pada adanya keadaan nyata yang sangat besar dipengaruhi
oleh keadaan sekitar. Banyak yang akan bertahan, contohnya, pada cuaca tertentu
organisme memiliki kulit, pada beberapa tubuh zat cair atau pada udara, Air,
makanan, kotoran, atau ruangan berdebu. Caranya harus dirubah, oleh karena itu,
dengan masalah nyata. Hal ini tidak mungkin, bagaimanapun pada garis besarnya
tentunya prinsip dasar digaris bawahi pada umumnya digunakan cara untuk
memusnahkan dan mengontrol kehidupan mikroba (Burdon dalam inforedia, 2009).
Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri
masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi
berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten
dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan (Lay dan Hastowo, 1992).
Sterilisasi
dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu panas, penyaringan, radiasi, dan
penambahan bahan kimia. Sedangkan sterilisasi dengan cara panas dapat dilakukan
dengan panas basah, panas kering, pemanasan bertahap dan perebusan.
1. Pemanasan basah
Pemanasan basah adalah sterilisasi panas yang digunakan bersama-sama dengan
uap air. Pemanasan basah biasanya dilakukan didalam autoklaf atau sterilisator
uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan pada suhu
1210C selama 15 menit (Hadioetomo, 1985). Cara pemanasan basah dapat
membunuh jasad renik atau mikroorganisme terutama karena panas basah dapat
menyebabkan denaturasi protein, termasuk enzim-enzim didalam sel (Fardiaz,
1992).
2. Pemanasan kering
Dibandingkan pemanasan basah, pemanasan kering kurang efisien dan
membutuhkan suhu yang lebih tinggi serta waktu lama untuk sterilisasi. Hal ini
disebabkan karena tanpa kelembaban maka tidak ada panas laten (Hadioetomo,
1985). Pemanasan kering dapat menyebabkan dehidrasi sel dan oksidasi
komponen-komponen di dalam sel (Fardiaz, 1992). Keuntungan dari pemanasan
kering adalah tidak adanya uap air yang membasahi bahan atau alat yang
disterilkan, selain itu peralatan yang digunakan untuk sterilisasi uap kering
lebih murah dibandingkan uap basah (Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan kering
sering dilakukan dalam sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium, dimana
menggunakan oven dengan suhu 160-1800C selama 1,5-2 jam dengan
sistem udara statis (Fardiaz, 1992).
3. Pemanasan bertahap
Pemanasan bertahap dilakukan bila media atau bahan kimia tahan terhadap uap
1000C (Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan bertahap (tindalisasi)
dilakukan dengan cara memanaskan medium atau larutan menggunakan uap selama
satu jam setiap hari untuk tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi diantara
dua proses pemanasan sengaja diadakan supaya spora dapat bergerminasi menjadi
sel vegetatif sehingga mudah dibunuh pada pemanasan berikutnya (Fardiaz, 1992).
4. Perebusan
Perebusan adalah pemanasan didalam air mendidih atau uap air pada suhu 1000C
selama beberapa menit (Fardiaz,1992). Pada suhu ini sel vegetatif dimatikan,
sedang spora belum dapat dihilangkan (Lay dan Hastowo, 1992).
Beberapa
bakteri tertentu tahan terhadap suhu perebusan ini, misalnya Clostridium
perfringens dan Clostridium botulinum tetap hidup meskipun direbus
selama beberapa jam (Lay dan Hastowo, 1992)
5. Penyaringan
Penyaringan adalah proses sterilisasi yang dilakukan pada suhu kamar.
Sterilisasi dengan penyaringan digunakan untuk bahan yang peka terhadap panas
misalnya serum, urea dan enzim (Lay dan hastowo, 1992). Dengan cara penyaringan
larutan atau suspensi dibebaskan dari semua organisme hidup dengan cara
melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang sedemikian kecilnya
sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan diatasnya, sedangkan
filtratnya ditampung didalam wadah yang steril (Hadioetomo,1985).
6. Radiasi ionisasi
Radiasi
ionisasi adalah radiasi yang mengandung energi yang jauh lebih tinggi daripada
sinar ultraviolet. Oleh karena itu mempunyai daya desinfektan yang lebih kuat.
Salah satu contoh radiasi ionisasi adalah sinar gamma yang dipancarkan dari
kobalt-10 (Fardiaz, 1992). Radiasi dengan sinar gama dapat menyebabkan ion
bersifat hiperaktif (Lay dan Hastowo, 1992).
7. Radiasi sinar ultra violet
Sinar ultra violet dengan panjang gelombang yang pendek memiliki daya antimikrobial
yang sangat kuat. Daya kerjanya adalah absorbsi oleh asam nukleat tanpa
menyebabkan kerusakan pada permukaan sel. Kerusakan tersebut dapat diperbaiki
bila disinari dengan berkas yang mempunyai gelombang yang lebih panjang (Lay
dan Hastowo, 1992).
8. Penambahan bahan kimia
Menurut Lay dan Hastowo (1992), bahan yang menjadi rusak bila disterilkan
pada suhu yang tinggi dapat disterilkan secara kimiawi dengan menggunakan gas.
Bahan kimia yang sering digunakan antara lain : 1) Alkohol, daya kerjanya adalah
mengkoagulasi protein. Cairan alkohol yang umum digunakan berkonsentrasi 70-80
% karena konsentrasi yang lebih tinggi atau lebih rendah kurang efektif. 2)
Khlor, Gas khlor dengan air akan menghasilkan ion hipokloride yang akan
mengkoagulasikan protein sehingga membran sel rusak dan terjadi inaktivasi
enzim. 3) Yodium, daya kerjanya adalah bereaksi dengan tyrosin, suatu asam
amino dalam emzim atau protein mikroorganisme. 4) Formaldehida 8 % merupakan
konsentrasi yang cukup ampuh untuk mematikan sebagian besar mikroorganisme.
Daya kerjanya adalah berkaitan dengan amino dalam protein mikrobia. 5) Gas
etilen oksida, gas ini digunakan terutama untuk mensterilkan bahan yang dibuat
dari plastik.
Sterilisasi dengan bahan kimia digunakan alkohol 70 %. Menurut Gupte
(1990), etil alkohol sangat efektif pada kadar 70 % daripada 100 % dan ini
tidak membunuh spora. Sterilisasi dengan alkohol dilakukan pada proses
pembuatan kultur stok dan teknik isolasi. Alkohol 70 % disemprotkan pada tangan
praktikan dan alat-alat seperti makropipet dan mikropipet. Menurut Volk dan
Wheeler (1988), alkohol bila digunakan pada kulit kontaknya terlalu pendek
untuk menimbulkan banyak efek germisida dan alkohol segera menguap karena
sifatnya mudah menguap. Namun alkohol dapat menyingkirkan minyak, partikel
debu, dan bakteri. Menurut Gupte (1990), alkohol 70 % dapat menyebabkan
denaturasi protein dan koagulaasi.
Berdasarkan hasil
pengamatan yang diperoleh, penyiapan medium tidak menimbulkan kontaminan
bakteri sehingga proses sterilisasi bahan dan peralatan dapat dikatakan
berhasil. Medium steril adalah medium yang tidak mengandung semua jenis kehidupan,
yang biasanya disterilkan dengan memanaskan pada temperatur tertentu sehingga
semua mikroorganisme pengkontaminasi dimatikan. Akhirnya, dalam bekerja dengan
mikroorganisme harus dibuat cara untuk memindahkan organisme yang tumbuh (yang
disebut inokulum) dari suatu kultur murni ke medium. Medium steril tanpa
terjadi pemindahan kontaminan luar yang tidak diinginkan. Metode untuk mencegah
masuknya mikroorganismeyang tidak dikehendaki disebut teknik aseptik. Dengan
teknik aseptik maka tidak terjadi introdiksi organisme kontaminan ke dalam
kultur. Hal ini juga menjamin organisme yang sedang ditangani tidak mengkontaminasi
orang yang ada di sekitar. Sterilisasi merupakan suatu proses yang bertujuan
untuk menghilangkan dan membebaskan semua alat dan media dari gangguan
organisme mikroba, termasuk virus, bakteri, spora dan fungi beserta sporanya.
Sterilisasi merupakan suatu metode atau cara yang digunakan untuk mengeliminasi
semua mikroorganisme (Greenwood dalam Oktarina, 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu