GAMBARAN DARAH IKAN PATIN (Pangasius sp.)
Oleh : Ita Apriani
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Darah ikan, seperti hewan vertebrata dan avertebrata
yang lain,terdiri atas sel-sel darah yang tersuspensi di dalam plasma dan beredar
menuju organ-organ tubuh. Darah berfungsi mengedarkan nutrient yang bersal dari
pencernaan makanan ke sel-sel tubuh (jaringan), dan membawa hormone dan enzim
ke organ tubuh yang memerlukannya. Volume darah pada tubuh ikan adalah sekitar
3 % dari bobot tubuhnya (Ashry, 2007).
Sel darah terdiri dari
tiga jenis, yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Beberapa
parameter yang dapat memperlihatkan perubahan patologi dan menunjukan status
kesehatan ikan pada darah adalah kadar hematokrit, kadar hemoglobin, indeks
fagositosis, nilai diferensial leukosit,
jumlah sel darah putih, dan jumlah sel darah merah (Ashry, 2007).
Nilai normal gambaran
darah ikan diperlukan untuk menentukan status kesehatan dan membantu diagnosis
penyakit pada ikan (Salasia dkk, 2001). Oleh karena itu, praktikum gambaran
darah pada ikan patin sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi kesehatan ikan
patin yang sedang di ujikan.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui mengenai
gambaran darah pada ikan patin Pangasius sp.
berupa diferensial leukosit dan aktifitas fagositis
II. METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
gambaran darah ikan patin ini di lakukan pada hari Senin, tanggal 19 Maret 2012
pukul 15.00-18.00 WIB di Ruang Nutrisi, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
2.2 Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah syringe,
tabung eppendorf, gelas objek, tutup gelas, mikroskop, baki, kain lap, dan
tisu. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah ikan patin, larutan
giemsa, larutan metanol, antikoagulan Na-sitrat 3,8%, dan bakteri Staphylococcus aureus.
2.3 Prosedur Kerja
2.3.1 Pengambilan sampel darah
Darah
ikan diambil dengan menggunakan alat suntik yang ditusukkan sampai tulang
vertebre dimana terdapat vena caudalis, lalu ditarik. Darah yang telah diambil,
dimasukkan ke dalam tabung eppendorf. Sebelumnya, alat suntik dan tabung
eppendorf sebagai tempat penyimpanan darah dibilas dengan antikoagulan, yaitu
Na-sitrat 3,8%
2.3.2 Pengamatan diferensial leukosit
Gelas objek dipegang dengan telunjuk
dan ibu jari tangan kiri, kemudian darah diteteskan sedikit pada objek (A) pada
bagian sebelah kanan. Setelah itu, gelas objek lain (B) diletakkan disebelah
kiri tetesan darah. Kemudian tarik gelas objek (B) ke kanan membentuk sudut 30o
. setelah darah menyebar, maka gelas B didorong dengan cepat ke kiri
sehingga darah menyebar ke seluruh permukaan gelas objek (A). setelah di ulas,
darah dikeringudarakan, kamudian fiksasi dengan larutan metanol selama 5 menit
kemudian diwarnai dengan larutan giemsa selama 30 menit. Lalu dicuci dengan
akuades dan dikeringkan kemudian ditutup dengan gelas penutup dan terakhir
diamati dibawah mikroskop. Perhitungan jumlah monosit, limfosit dan neutrofil
menggunakan rumus berikut
2.3.3 Pengamatan aktifitas fagositis
Sampel darah ikan dimasukkan kedalam
mikrptiter plate sebanyak 50 µl dan ditambahkan suspensi Staphylococcus aureus dalam PBS (107 sel). Kemudian
dicampur secara homogen dan diinkubasi selama 20 menit. Selanjutnya, campuran
darah dan bakteri diambil sebanyak 5 µl, dibuat sediaan ulas dan
dikeringudarakan. Ulasan darah diwarnai dengan pewarna giemsa selama 15 menit
dan dicuci dengan air mengalir kemudian dikeringkan dengan tissue. Aktifitas
fagositosis dihitung berdasarkan persentase sel yang menunjukan proses
fagositosis dari 100 jumlah sel yang dihitung.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Di bawah ini merupakan data hasil pengamatan praktikum
gambaran darah ikan yang telah di lakukan.
Tabel 1. Hasil
pengamatan Diferensial Leukosit (DL) dan Aktifitas Fagositis (AF) pada ikan
patin Pangasius sp.
Kelompok
|
Diferensial
Leukosit
|
Aktifitas
Fagositis (%)
|
||
Monosit (%)
|
Limfosit (%)
|
Neutrofil (%)
|
||
1
|
42
|
58
|
0
|
32
|
2
|
4
|
86
|
10
|
86
|
3
|
28
|
66
|
6
|
42
|
4
|
8
|
68
|
24
|
70
|
5
|
16
|
72
|
12
|
50
|
6
|
62
|
38
|
0
|
48
|
7
|
28
|
14
|
58
|
12
|
8
|
8
|
80
|
12
|
30
|
Berdasarkan
table 1 di atas, jumlah monosit tertinggi terdapat pada kelompok 6 yaitu
62% sedangkan terendah terdapat pada
kelompok 2 yaitu 4%. Jumlah limfosit tertinggi terdapat pada kelompok 2 yaitu
86% sedangkan terendah terdapat pada kelompok 7 yaitu 14%. Jumlah neutrofil
tertinggi terdapat pada kelompok 7 yaitu 58% sedangkan terendah terdapat pada
kelompok 3 yaitu 6%. Untuk aktifitas fagositosis, nilai tertinggi terdapat pada
kelompok 2 yaitu 86% dan terendah terdapat pada kelompok 7 yaitu 12%.
3.2 Pembahasan
Leukosit
berfungsi sebagai system pertahanan tubuh ikan, yang bereaksi terhadap gangguan
dari luar infeksi pathogen. Ada beberapa jenis leukosit pada ikan dan
masing-masing leukosit mempunyai peran yang berbeda. Jenis leukosit yang
diamati pada deferensial leukosit dari ikan patin adalah monosit, limfosit, dan
neutrofil (Ashry, 2007).
Persentase
limfosit ditemukan lebih tinggi dari monosit dan neutrofil pada seluruh
pengamatan kelompok. Moyle dan Cech (1988) dalam
Ashry (2007) menyatakan bahwa limfosit berfungsi sebagai penghasil antibody
untuk kekebalan tubuh dari gangguan penyakit. Jumlah limfosit tertinggi
terdapat pada kelompok 2 yaitu 86%, hal ini diduga ikan terserang penyakit dan
antibodi sudah mengenali antigen dan memproduksi limfaosit untuk meningkatkan
pertahanan tubuh. Sedangkan jumlah limfosit terendah terdapat pada kelompok 7
yaitu 14%, hal ini diduga limfosit yang berfungsi sebagai penghasil antibodi
sedang menyerang dan menghancurkan antigen dalam tubuh.
Monosit
berfungsi sebagai fagosit terhadap benda-benda asing, termasuk agen penyakit. Jumlah
monosit tertinggi terdapat pada kelompok 6 yaitu 62% sedangkan terendah terdapat pada kelompok 2
yaitu 4%. Secara keseluruhan, jumlah monosit semakin menurun. Hal ini diduga
karena monosit meninggalkan pembuluh darah dan menuju daerah yang terinfeksi
penyakit dan memfagosit antigen yang menyerang.
Neutrofil
merupakan jenis luekosit yang pertama meninggalkan pembuluh darah karena
mengandung enzim yang digunakan untuk menghancurkan organism yang dimakannya
(Bastiawan, 1995 dalam Ashry, 2007). Jumlah
neutrofil tertinggi terdapat pada kelompok 7 yaitu 58%, hal ini diduga karena
dalam tubuh ikan telah terbentuk system pertahanan tubuh sehingga ketika
terjadi infeksi makan neutrofil diproduksi oleh limfe untuk dikirim ketempat
infeksi. Sedangkan terendah terdapat pada kelompok 3 yaitu 6%, hal ini diduga
tubuh ikan sedang tidak terserang penyakit sehingga tidak memerlukan neutrofil
lagi.
Aktifitas
fagositosis tertinggi terdapat pada kelompok 2 yaitu 86%, hal ini meunjukan
bahwa ikan sampel darah pada kelompok 2 mampu memfagosit benda asing yang masuk
termasuk bekteri Staphylococcus aureus.
Hal ini di tandai dengan meningkatnya jumlah limfosit dalam tubuh yang
berfungsi memfagosit benda asing. Sedangkan
nilai aktifitas fagositosis terendah terdapat pada kelompok 7 yaitu 12%, hal
ini di duga bahwa darah tidak mampe memfagosit bakteri yang masuk sehingga
aktifitas fagositnya rendah.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum, gambaran darah ikan yang diperoleh dapat menunjukan kesehatan
ikan. Jika komponen darah pada ikan tidak berada pada jumlah yang normal, maka
dapat diduga bahwa ikan tersebut sedang terserang penyakit atau infeksi sehingga mengalami gejala klinis.
4.2 Saran
Praktikum
selanjutnya perlu komoditas yang lebih bervariasi antar kelompok serta perlu
diadakan penelitian lanjutan agar ilmu yang yang diserap lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ashry,
N. 2007. Pemanfaatan ekstrak daun ketapang Terminalia cattapa untuk
pencegahan dan pengobatan ikan patin Pangasionodon hypothalamus yang
terinfeksi Aeromonas hydrophila.[Skripsi]. Departemen Budidaya perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Salasia,
S.I.O., D. Sulanjari, A. Ratnawati. 2001. Haematology studies of fresh water
fishes. Biologi 2(12): 710-723