15 Mei 2013

LAMPARA


LAMPARA
oleh : ita apriani

1.         Definisi dan klasifikasi
Menurut Subani dan Barus (1989) mendefinisikan lampara sebagai alat tangkap yang memiliki bentuk yang mirip dengan jaring payang namun masih dilengkapi dengan sebuah cincin. Kantong untuk lampara berbeda dengan kantong jaring payang, yaitu ujungnya tidak lagi lancip (berbentuk kerucut) tetapi lebih cenderung menggelembung. Lampara merupakan salah satu alat penangkapan yang masuk ke dalam kelompok pukat kantong. Lempara termasuk dalam klasifikasi pukat kantong, karena lampara hamper memiliki kantong palsu yang menggelembung (Subani dan Barus, 1989).


2.         Kontruksi Alat Tangkap
Kontruksi lampara terdiri dari tali ris atas dan tali ris bawah. Tali ris atas dan tali ris bawah dipasang dari ujung sayap kiri sampai ujung sayap kanan. Tali ris atas terdiri dari dua tali yaitu tali pelampung dan tali samping pelampung. Sedangkan pada tali ris bawah terdapat pemberat dan tali pemberat. Tali selambar terdiri dari tali selambar kiri dan kanan. Tali selambar memiliki panjang 100-150 meter. Bahan jaring untuk alat ini menggunakan jaring dari bahan polyethilen yang memiliki tingkat kekuatan lebih besar dibandingkan bahan jaring dari polyamide (Subani dan Barus, 1989).

3.         Kelengkapan Alat dalam Unit Penangkapan Ikan
3.1       Kapal
Pengoperasian lampara ada nelayan yang hanya menggunakan satu kapal sehingga disebut one boat system. Sedangkan ada juga yang menggunakan dua kapal yang disebut two boat system (Subani dan Barus, 1989).
3.2       Nelayan
Nelayan yang berperan dalam pengoerasian lampara terdiri dari 6 orang. 1 orang sebagai juru kemudi, 1 orang juru mesin, 1 orang juru masak, dan 3 orang pembantu (Subani dan Barus, 1989).
3.3       Alat bantu
Pada pengoperasian pada malam hari diperlukan alat bantu yaitu lampu. Posisi lampu tersebut terdapat pada permukaan dimana lampu tersebut digantungkan pada ketinggian 60 – 100 cm di atas permukaan air. Selain itu pula diperlokan serok dalam pemindahan hasil tangkapan dari kantong jaring ke bak-bak penyimpanan ikan (Subani dan Barus, 1989).

4.         Metode pengoperasian alat
Pengoperasian lampara dilaksanakan dengan tahapan setting, hauling, dan brailing. Pemantauan terhadap kumpulan ikan dilakukan terlabih dahulu sebelum penurunan jaring. Penggunaan lampu atau rumpon dalam pengoperasiannya dilakukan untuk mengumpulkan ikan sehngga mudah ditangkap. Kemudian jaring diturunkan hingga mengelilingi kapal dengan diawali penurunan pelampung tanda, kemudian ujung tali selambar dilepaskan diikuti dengan penurunan salah satu sayap. Kemudian badan jaring dan bagian yang menyerupai kantong diturunkan sampai akhirnya sampai tali selambar ke dua diturunkan untuk melingkari gerombolan ikan. Lampara yang telah siap untuk hauling, ditarik oleh nelayan yang bertugas untuk menarik lampara ke kapal (Subani dan Barus, 1989).

5.         Daerah pengoperasian   
Alat ini digunakan pada daerah karang yang memiliki tingkat arus yang tidak begitu kuat dan laut dalam keadaan tidak bergelombang. Di Indonesia, daerah yag banyak mengoperasikan lampara adalah Jakarta, Lampung, Tegal, dan di daerah utara Jawa (Subani dan Barus, 1989).

6.         Hasil tangkapan
Hasil tangkapan yang diperoleh dari alat penangkapan terdiri dari berbagai jenis ikan umpan seperti, layang (Decapterus spp.), sardin (Clupeid spp.), teri (Stolephorus spp.), ikan lolosi (Caesio sp.) (Subani dan Barus, 1989).

Daftar pustaka
Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia Jurnal Penelitian Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu