11 Februari 2015

Cara Budidaya cacing sutera


Budidaya Cacing Sutra
By : ita apriani
Ita_ap@yahoo.co.id / hp : 085-764-698-865


Wadah pemeliharaan
            Wadah berupa kotak kayu berukuran 100 cm x 50 cm x 15 cm (Lampiran 1). Wadah dibuat bertingkat di mana jarak antar wadah yaitu 20 cm. Setiap wadah dilapisi lembaran plastik agar dapat menampung air dan mencegah 4 terjadinya kebocoran dan dapat memberikan suasana lingkungan yang mendukung bagi budidaya cacing oligochaeta seperti yang dilakukan oleh Chumaidi et al. (1988). Aliran air dibuat dengan sistem resirkulasi di mana air dipompa dan dimasukkan ke dalam wadah, selanjutnya air buangan dari wadah dimasukkan kembali ke dalam wadah untuk mengisi air di wadah pemeliharaan.

Media Kultur
            Media berupa lumpur kolam halus sedalam 3 cm dan kotoran ayam potong hasil fermentasi sedalam 3 cm. Sebelum digunakan, lumpur dijemur di bawah sinar matahari langsung hingga kering kemudian dimasukkan ke dalam wadah dan kotoran ayam diambil dari kotoran ayam ras/potong/pedaging kemudian dijemur di bawah sinar matahari langsung hingga kering selama kurang lebih 6 jam (Puspitasari 2012; Sinaga 2012). Wadah digenangi air setinggi 2 cm di atas permukaan substrat. Setelah diisi air, wadah dibiarkan tergenang selama 10 hari. Penggenangan dilakukan agar pupuk awal pada media dapat terurai oleh bakteri sehingga bakteri tersebut dapat menjadi pakan awal bagi cacing sutra. Substrat yang digunakan untuk pemeliharaan cacing berupa lumpur dan kotoran ayam dengan komposisi perbandingan 1:1 (Djokosetiyanto et al. 1991).

Penebaran Cacing Sutra
            Cacing sutra yang digunakan berasal dari kelas Oligochaeta yang diperoleh dari pengumpul cacing sutra. Penebaran cacing dilakukan setelah penggenangan wadah (setelah air jernih di dalam wadah). Cacing yang dikultur memiliki ukuran panjang 2-5 cm pengamatan secara visual. Kemudian bibit dibersihkan dan ditimbang sebelum ditebar secara merata ke media budidaya. Cacing sutra yang ditimbang dimasukkan ke dalam media. Aklimatisasi cacing dilakukan dengan cara menambahkan air dari wadah budidaya ke dalam gelas plastik yang berisi cacing sehingga air dari wadah dan di dalam gelas bercampur. Cacing sutra ditebar sebanyak 150 g/m2 .

Pemberian Pupuk
            Kotoran ayam sebagai pupuk diambil dari kotoran ayam ras/potong/pedaging. Kotoran ayam yang diberikan adalah yang telah dikeringkan selama 6 jam, difermentasikan menggunakan EM4 selama 5 hari (Puspitasari 2012; Sinaga 2012). Pemberian pupuk dilakukan 5 hari sekali dengan dosis yang diberikan sebanyak 1 kg/m2 atau 500 g/wadah. Proses fermentasi kotoran ayam menggunakan EM4 sebagai aktivator fermentasi, gula pasir dan air. Proses ini diawali dengan pembuatan larutan aktivator: (a) Sebanyak 3,75 g gula pasir dan 4 5 ml EM4 dimasukkan ke dalam 300 ml air, (b) Campuran tersebut dicampurkan pada 10 kg kotoran ayam dan diaduk secara merata, dan (c) Kotoran ayam yang telah diberi campuran aktivator tersebut dibungkus dalam plastik untuk proses fermentasi selama 5 hari. Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan mikroorganisme atau segala macam metabolisme (enzim, jasad renik secara oksidasi, reduksi, hidrolisa atau reaksi kimia lainnya) melakukan perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk akhir. Sebelum di pupuk, aliran air pada wadah dimatikan. Kemudian pupuk yang sudah bercampur air dituang merata pada wadah dan wadah didiamkan sampai pupuk mengendap. Setelah itu aliran air dinyalakan kembali.

Pengelolaan Air
            Pemeliharaan menggunakan sistem pengairan tertutup yang artinya penggunaan air kembali atau resirkulasi, di mana setiap tingkat dibuat pengairan masuk dan keluar yang berujung di wadah pemeliharaan dan air di wadah pemeliharaan kembali digunakan. Tujuan dari sistem ini adalah untuk mengurangi penggunaan sumberdaya air dan lahan yang terbatas. Debit aliran yang digunakan sebesar 1.500 ml/menit (Puspitasari 2012; Sinaga 2012). Debit air yang masuk ke dalam wadah diatur dengan menggunakan klep pada selang pemasukan.

Pemanenan

            Pemanenan dilakukan setelah cacing sutra berada pada puncak populasi. Puncak populasi ditentukan dengan melihat kepadatan cacing pada malam hari, dimana seluruh permukaan sudah dipenuhi oleh cacing sutra. Pemanenan dilakukan dengan mengambil seluruh lapisan bahan organik yang didiami cacing sutra, kemudian dipindahkan ke dalam wadah berupa ember plastik dan didiamkan selama 6 jam. Setelah 6 jam maka cacing sutra dengan sendirinya akan memisahkan diri dari media yang ikut terbawa pada saat pemanenan Puspitasari (2012) dan Sinaga (2012).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tinggalkan pesan dan kesan terbaikmu